Setelah menempuh perjalanan beberapa menit, Nadia kini sudah tiba di kediaman keluarga Wijaya. Seperti biasa, ia hanya akan disambut oleh kesunyian. Nadia yang merasa bosan berencana untuk ikut bersama kedua sahabatnya malam nanti. Kebetulan, malam nanti ada kegiatan bazar yang diadakan oleh anak kuliah di salah satu kafe.
Nadia meraih ponselnya, dan mulai mengetik pesan untuk kedua sahabatnya.
Nadia
[Guys, gue jadi ikut deh, nanti malam. Jangan lupa jemput gue ya!]
Kiki
[Oke siap, Tuan Putri.]
Caca
[Bentar malam kita boleh ya, tidur di rumah lo?]
Nadia
[Oke.]
Malam hari ... Nadia tengah menunggu kedua sahabatnya di teras rumah. Sudah hampir 30 menit gadis itu terduduk di sana dengan terus mengumpati Caca dan Kiki. Hingga akhirnya, kedua sahabatnya itu, tiba juga di halaman rumahnya.
“Yuk, gas!” ujar Caca antusias.
“Santai aja kali Ca, semangat banget, sih!” ucap Nadia tersenyum geli.
“Tau nih, anak. Kalau giliran jalan aja cepat,” ujar Kiki ikut menimpali.
Saat ketiganya sudah berada di dalam mobil, Kiki mulai menjalankan kemudinya saat itu.
“Ih, gue tuh gak sabar. Di sana pasti banyak cowok ganteng,” ujar Caca.
“Norak!” sahut Nadia dan Kiki bersamaan. Mendengar itu, Caca mengerucutkan bibirnya kesal.
Setelah beberapa menit perjalanan, ketiga gadis tersebut telah berada di area kafe, tempat bazar itu digelar.
“Wah, rame banget ... lihat deh, Guys! Ganteng banget cowok yang di sana,” ucap Caca, memandang seorang pria dengan tatapan berbinar.
Caca masih terus mengoceh, sambil mengedarkan pandangannya ke sana ke mari. Sampai netra gadis itu, menangkap sebuah pemandangan yang membuatnya terkejut sekaligus senang. Berbeda dengan Nadia dan Kiki, yang merasa sangat malas untuk menanggapi ocehan Caca saat itu.
“Guys, lihat siapa di sana!” seru Caca dengan jemari terangkat menunjuk ke arah samping.
Nadia dan Kiki mengikuti arah telunjuk Caca. Betapa terkejutnya Nadia, saat melihat sosok Gerald dan teman-temannya berada di sana saat itu. Tanpa diduga oleh Nadia dan Kiki, Caca malah berjalan begitu saja ke tempat Gerald dan teman-temannya saat itu.
Nadia dan Kiki merasa kesal sekaligus kaget, melihat Caca yang dengan beraninya berjalan menghampiri meja para lelaki itu, bahkan tanpa pamit terlebih dahulu kepada mereka berdua.
Namun, kedua gadis itu sengaja membiarkan Caca pergi, lalu mereka memilih tempat duduk yang agak sedikit jauh dari tempat Gerald dan teman-temannya saat itu.
“Hai, Kak!” sapa caca dengan senyum manisnya.
“Hai, juga Ca,” sahut Satya. Gerald dan yang lain hanya tersenyum tipis menanggapi sapaan Caca.
“Kok lo di sini? Lo buntuti kita ya!” ucap Kenzo ketus, menuduh Caca.
“Enak aja! Sekali pun gue membuntuti kalian, gue gak akan sudi buntuti lo!” Caca mengibaskan rambut panjangnya dengan wajah ketus ke arah Kenzo.
“Ya, sudah para senior tampan, Caca balik ke sana dulu ya." Caca berpamitan, kemudian berjalan pergi.
Nadia dan Kiki keduanya menatap malas ke arah Caca, yang saat itu hendak kembali menghampiri mereka.
“Kenapa lo balik ke sini!” ujar Kiki ketus.
“Lo jahat banget sih, Baby!” sahut Caca, dengan wajah sok yang manis. Nadia dan Kiki memperagakan raut wajah seperti hendak muntah. Melihat hal itu, Caca kembali memajukan bibirnya, ketika diledek kedua sahabatnya itu.
“Sudah buruan, kita pesan makan. Lapar gue tunggu lo dari tadi.” Nadia menatap kesal ke arah Caca. Sedangkan yang ditatap hanya cengengesan tak berdosa.
Berbeda di tempat Gerald saat itu, para pemuda di sana tengah membicarakan ketiga gadis tersebut, yang merupakan Nadia, Caca, dan Kiki.
“Itu para ceriwis kok bisa di sini ya, tahu gini ogah gue ke sini. Bikin selera gue hancur aja!” ucap Kenzo malas.
“Jangan gitu Ken, gue doakan lo jodoh sama si Caca itu.” Celetuk Satya, yang sukses membuat kepalanya dipukul oleh Kenzo.
“Lo gak ada akhlak memang Sat!” ucap K
enzo kesal.
“Canda kali Ken, dari pada buat lo mah, mending buat gue. Si Caca manis, gak cocok buat lo yang sepat,” sahut Satya.
“Lo mau Sat? Gue sih, ogah. Tuh cewek semuanya gak ada yang beres, apa lagi yang di tengah. Tobat gue, kalau bisa ganti jabatan nih, gue ogah jadi wakil OSIS. Lo aja Sat, mau gak?” tawar Kenzo, yang mendapat tolakan dari Satya.
“Siapa?” tanya Arka dingin.
“Siapa lagi kalau bukan mereka,” sahut Kenzo sambil menunjuk ke meja Nadia.
“Apa lagi cewek yang di tengah itu. Lo tahu ‘kan, siapa dia?” sambung Kenzo. Pandangan pria itu tak lepas menatap ke arah ketiga gadis yang tengah berkumpul dalam satu meja.
“Si Nadia Ar, gitu aja lo gak tau sih. Makanya, mainan lo jangan sama bola terus,” ucap Satya mengejek Arka. Namun, yang diejek sama sekali tak bereaksi.
“Tiap hari buat masalah terus, gada bosan-bosannya, malahan gue yang bosan berhadapan sama dia. Herannya gue, cewek model kaya gitu, kok banyak yang demen,” ucap Kenzo lagi.
Gerald sejak tadi hanya diam menyimak. Begitu juga dengan Satya, yang mulai sibuk dengan makanannya.
“Oh. Wajarlah, dia memang cantik,” sahut Arka santai. Namun, tidak untuk ketiga pria di hadapannya. Jawaban Arka barusan menyebabkan Satya tersedak makanannya dan Gerald yang beralih menatap Arka, dengan tatapan tak percaya. Apa yang diucapkan Arka barusan, membuat ketiga orang di sana menatap Arka dengan horor.
Menyadari tatapan teman-temannya, Arka menghela napas dan spontan meletakkan sendoknya.
"Kenapa? Dia cewek pasti cantik, masa tampan." Arka menatap sahabatnya satu persatu setelah memberi klarifikasi.
Sayangnya, perkataan Arka tak masuk akal dan berpengaruh untuk Gerald. Pria itu mulai berpikir pada kejadian siang tadi. Di mana dengan keras Arka menentang keputusan Gerald yang akan menghukum Nadia, ternyata dia tertarik kepada Nadia. Gerald adalah seorang pria, dia tahu persis bagaimana sikap seorang pria, yang mempunyai rasa tertarik pada seorang perempuan.
“Emang benar, sih, Dede Nadia itu cantik,” ucap Satya yang ikut memuji Nadia.
“Kesurupan kali lo pada!” ujar Kenzo tak terima.
Gerald mengalihkan pandangannya, ke arah tempat di mana Nadia dan teman-temanya duduk. Sesaat pandangan Gerald dan Nadia bertemu, tetapi secepat kilat Gerald memutuskan kontak mata di antara keduanya.
"Kenapa perasaan gue jadi aneh gini," ucap Gerald dalam hati.
“Woi Brother! Malah bengong. Ada apa sih, lo?” tanya Satya menepuk pundak Gerald.
“Gak. Ayo cabut!” sahut Gerald sembari mengambil kunci mobilnya, dan segera beranjak pergi dari sana.
“Woi, main pergi aja. Tunggu kita lah!” teriak Satya.
Gerald dan teman-temannya melewati meja Nadia dan teman-temannya saat itu.
“Duluan ya Nad, Ca, Ki,” ucap Satya sambil tersenyum.
“Duluan aja sana. Buruan pergi!” sahut Caca ketus.
“Tau tuh, sok kenal banget, sih,” ucap Kiki ikut menimpali Caca.
“Ya elah, cantik-cantik galak,” ucap Satya.
“Untung cantik, dari pada lo? JELEK!” sahut Caca dan Kiki bersamaan. Sementara Nadia, Arka, dan Kenzo. Keempatnya menahan tawa melihat wajah masam Satya.
Berbeda dengan Gerald, pria itu malah fokus menatap ke arah Nadia yang tengah menunduk saat itu.
“Nad, gue duluan ya,” ucap Arka. Nadia spontan mengangkat wajahnya, lalu mengangguk diiringi senyum manis.
Gerald yang melihat hal itu, tiba-tiba saja langsung melangkah pergi dari sana, meninggalkan teman-temannya.
“Eh, kenapa tuh, anak?” tanya Kenzo kepada Satya dan Arka, sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahunya, lalu mereka bergegas pergi menyusul Gerald.
Setelah kepergian Gerald dan teman-temannya beberapa menit yang lalu. Kini giliran Nadia, Caca dan Kiki yang bersiap-siap untuk segera pulang.
“Balik ayo, udah malam nih. Besok kita harus ke sekolah pagi-pagi,” ucap Kiki mengingatkan kedua sahabatnya.
“Oke, yuk!” sahut Nadia dan Caca bersamaan.
Ketiga gadis itu berjalan beriringan hendak menuju pekarangan kafe. Namun, saat belum sampai di sana, tiba-tiba saja Nadia merasa ingin buang air kecil.
“Tunggu deh, gue kebelet nih. Mau cari toilet dulu. Kalian tunggu gue di mobil aja!” titah Nadia
“Enggak apa-apa nih, lo sendiri? Atau kita temani aja lah,” ujar Caca, disusul anggukan oleh Kiki.
“Gak usah, gak lama kok. Udah gue gak tahan nih, gue ke sana dulu ya.” Pamit Nadia, kemudian berjalan pergi meninggalkan Caca dan Kiki.
Setelah berkeliling tempat, akhirnya Nadia menemukan sebuah toilet. Dengan perasaan lega, gadis keluar dari toilet dan hendak melangkah menyusul Caca dan Kiki. Namun, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang membekap mulutnya dari belakang, dan membawanya secara paksa ke dalam sebuah mobil.