09 - Makan malam berdua.

1514 Kata
  Dugaan Reno ternyata benar, Nesya sudah berada di lantai 1, tepatnya berada di ruang makan. Nesya sedang menikmati buah-buahan yang entah di potong oleh dirinya sendiri atau memang sudah disiapkan oleh ART.   Reno duduk tepat di samping kanan Nesya, dan saat Nesya akan menyuap buah mangga yang ia tusuk dengan garfu ke dalam mulutnya, Reno malah menarik tangan Nesya, lalu menyuap buah mangga tersebut ke dalam mulutnya.   "Ih Abang!" Nesya memekik, kesal dengan apa yang baru saja Reno lakukan. Padahal ia sudah membuka lebar mulutnya, tapi Reno malah mengambil mangga yang akan ia makan.   "Minta Sya." Reno menyahut lembut sambil mengusap lembut ubun-ubun Nesya. Pria itu juga tak lupa untuk memberi Nesya senyuman manis yang sayangnya sama sekali tidak mampu untuk membuat rasa kesal Nesya pada Reno hilang.   Nesya bisa merasakan jantungnya yang berdebar dengan sangat cepat ketika Reno mengusap lembut puncak kepalanya. Nesya segera memalingkan wajahnya, tak ingin Reno melihat rona merah muda yang menghiasi wajahnya.   "Ya ambil sendiri ih, di kulkas ada loh dan masih banyak." Kini raut wajah Nesya sudah berubah kecut dengan bibir ranum yang cemberut.   "Malas ambilnya."   "Abang menyebalkan." Nesya akhirnya menggerutu.   Bukannya marah ketika Nesya menyebutnya menyebalkan, Reno malah tertawa.   "Tuh, buat Abang semua." Nesya menggeser piring buah miliknya ke hadapan Reno, tapi Reno malah menolak dan kembali menggeser piring itu ke hadapan Nesya.   "Buat kamu aja, Abang enggak mau."   "Nesya sudah kenyang, buat Abang aja." Nesya kembali menggeser piring tersebut ke hadapan Reno.   "Yakin?"   "Huum." Nesya mengangguk, lalu kembali fokus pada ponselnya. "Abang enggak pulang?" Ini sudah sore, tidak mungkinkan kalau Reno akan terus berada di sini bersamanya?   "Malam ini Abang mau menginap."   Jawaban Reno membuat Nesya terkejut. Dengan cepat, atensi Nesya pun tertuju pada Reno. "Abang mau menginap?" tanyanya, mengulang jawaban yang tadi Reno berikan.   "Iya, malam ini Abang mau menginap."   "Kenapa tiba-tiba mau menginap?" Nesya tak bisa mencegah agar keningnya tidak berkerut.   "Bunda belum telepon kamu?"   Nesya menggeleng. "Ponsel Nesya kehabisan daya, jadi lagi di charger."   Nesya memiliki 2 ponsel, 1 ponsel pribadi dan satu lagi ponsel yang khusus untuk bekerja. Ponsel yang saat ini Nesya pegang adalah ponsel yang khusus ia gunakan untuk pekerjaannya, dan saat ini Nesya sedang memeriksa pekerjaannya.   "Bunda sama Ayah lagi di luar kota, mereka mau menjenguk salah satu teman mereka yang lagi sakit. Jadi Abang di minta untuk menginap, menemani kamu, karena Bang Arsa juga sedang pergi keluar kota." Reno akhirnya menjelaskan secara singkat alasan kenapa malam ini ia akan menginap.   "Sama Ayah dan Bunda Abang juga keluar kota?"   "Iya."   "Sampai kapan mereka di luar kota?" Kalau Arsa, Nesya tahu berapa lama waktu yang akan Arsa habiskan di luar kota, karena tadi sebelum ia keluar dari kamar, ia sempat membaca pesan yang Arsa kirimkan padanya. Isi pesan tersebut berupa informasi, di mana Arsa memberi tahu dirinya kalau Kakaknya tersebut akan pergi keluar kota selama kurang lebih 1 minggu lamanya lalu meminta agar dirinya memberi tahu kedua orang tuanya. Itu artinya, Arsa tidak pergi keluar kota bersama kedua orang tuanya.   "Abang belum tahu pasti, nanti coba Abang tanya lagi." Tadi ketika Rinda menghubunginya, Reno lupa untuk menanyakan berapa lama mereka semua berada di luar kota, tepatnya di Solo.   "Ya sudah, Nesya mau mandi dulu deh." Tanpa menunggu jawaban dari Reno, Nesya segera pergi meninggalkan ruang makan dan kini hanya tinggal Reno sendiri. Reno meraih ponselnya, lalu ia pun membaca pesan yang ternyata di kirimkan oleh Bundanya.   Reno membaca pesan tersebut dengan seksama, dan ternyata isi pesan tersebut adalah informasi tentang berapa lama waktu yang akan Bundanya tersebut habiskan di Solo dan tentang apa saja yang harus Reno lalukan selama kedua orang tuanya tidak ada.   Seperti yang sudah Nesya katakan, ia pergi mandi dan saat ini sudah berada dalam kamar mandi, berdiri tepat di bawah guyuran shower.   "Akh!" Nesya sontak menjerit ketika lampu tiba-tiba mati dan semuanya menjadi gelap gulita. Astaga, bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan?   Tentu saja gelap, karena hanya lampu kamar mandilah yang menyala, sedangkan lampu kamar dalam keadaan mati, tak ada satupun yang menyala. Semua gorden kamar juga tertutup rapat, jadi tak ada cahaya yang masuk, jadilah gelap gulita.   "Handuk, handuk mana handuk?" gumam Nesya dengan kedua tangan terulur, terus mencari di mana handuknya berada. Nesya sedang panik, karena itulah ia menjadi lupa di mana tempat handuk berada. Tadi Nesya membawa handuk, bukan bathrobe, karena ia sedang malas untuk menggunakan bathrobe.   "Haduh perih." Nesya lantas mengucek matanya yang baru saja terkena air dari rambutnya yang masih berbusa. Dengan pelan serta penuh kehati-hatian, Nesya menuju pintu dan memilih untuk tidak keluar dari kamar mandi.   "Abang!" Nesya akhirnya berteriak memanggil Reno. Tapi setelah berteriak 3 kali, tak kunjung ada tanggapan dari Reno.   Sementara Reno kini sudah berdiri tepat di depan kamar Nesya, dan begitu ia mendengar Nesya memanggilnya, ia pun segera memasuki kamar perempuan itu. "Sya!" teriaknya begitu sudah berada dalam kamar Nesya.   Reno tidak melihat Nesya, tapi begitu ia melihat kalau pintu kamar mandi tertutup, ia pun langsung berpikir kalau Nesya berada dalam kamar mandi.   "Abang!" Nesya berteriak histeris, senang ketika mendengar suara Reno. "Kenapa lampunya mati?"   "Mati lampu Sha."   "Loh kok bisa mati lampu?"   "Mungkin ada gangguan Sya, kamu lagi ngapain?"   "Nesya lagi mandi. Terus ini bagaimana Bang? Rambut Nesya masih penuh busa dan sama sekali belum dibilas."   "Sebentar lagi juga nyala Sya, sabar ya." Setelah itu, Reno segera menghubungi salah satu satpam untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dan tak berselang lama kemudian, lampu kembali menyala.   Nesya melanjutkan kegiatannya, sementara Reno memilih untuk keluar dari kamar Nesya dan menunggu Nesya di ruang makan.   Katanya, hari ini Nesya yang akan memasak makanan untuk makan malam, jadi Reno akan menemani perempuan itu masak. Jujur saja, ia sama sekali tidak pandai dalam memasak, ia hanya bisa memasak mie, terkadang saat memasak mie pun gagal.   Sambil menunggu Nesya, Reno memilih untuk bermain game di ponselnya dan tanpa terasa, 30 menitpun sudah berlalu sejak Reno keluar dari kamar Nesya.   Reno menolehkah kepalanya ke belakang ketika ia mendengar suara langkah kaki mereka memasuki ruang makan, dan itu adalah suara langkah kaki Nesya. Penampilan Nesya jauh lebih segar dari sebelumnya, dan kali ini, perempuan itu memakai piyama lengan panjang berbahan satin.   "Abang ngapain di sini?" Tadinya Nesya pikir Reno sedang berada di kamar, ternyata malah sedang ada di ruang makan.   "Abang sengaja menunggu kamu, kamu mau masak untuk makan malamkan?"   Nesya menggangguk sebagai jawaban atas pertanyaan yang Reno ajukan. Karena malam ini ia hanya berdua dengan Reno, maka ia akan memasak sendiri makan malamnya.   Nesya lantas menuju dapur, di ikuti oleh Reno yang berjalan tepat di belakangnya.   "Mau masak apa?" Reno tentu saja penasaran dengan menu apa yang akan Nesya masak untuk makan malam.   "Abang maunya makan apa?" Nesya membuka pintu kulkas untuk melihat bahan-bahan apa saja yang ada.   "Abang akan ikut apapun keputusan kamu." Reno masih setia berdiri di belakang Nesya yang kini sedang mengambil bahan-bahan dari dalam kulkas, kemudian menyerahkannya pada Reno.   Nesya akhirnya memutuskan untuk memasak steak, salah satu masakan yang ia dan Reno sukai. Selama Nesya masak, Reno memilih untuk memperhatikan setiap gerak-gerik perempuan itu, sama sekali tidak membantu Nesya, karena Nesya memang melarangnya. Katanya, akan jauh lebih baik kalau Reno diam dan memperhatikannya.   Setelah hampir 30 menit berkutat dengan segala macam bahan dan alat masak, akhirnya steak yang Nesya buat sudah jadi.   Nesya memberikan dua piring yang berisi steak pada Reno, lalu meminta pria itu untuk membawanya ke ruang makan, sementara dirinya kini sibuk untuk merapihkan dapur. Meskipun ada banyak ART yang bekerja, sejak dulu, Anita selalu meminta agar Nesya mandiri sekaligus bertanggung jawab.   Jadi, karena Nesya yang membuat dapur kotor sekaligus berantakan, maka Nesyalah yang harus membersihkan sekaligus merapihkan kembali dapur seperti sedia kala.   Setelah selesai merapihkan dapur, barulah Nesya menyusul Reno yang kino sudah menunggunya di ruang makan.   Nesya duduk di samping Reno, dan begitu Nesya duduk, keduanya sama-sama berdoa, sebelum akhirnya menikmati steak buatan Nesya.   "Bagaimana rasanya?" Nesya bertanya dengan sangat antusias, dan ia harap, Reno memberi respon yang positif, karena menurutnya, steak yang ia masak sangat enak.   "Seperti biasa, rasanya enak." Reno sama sekali tidak berbohong, steak buatan Nesya memang enak. Reno memberi dua jempol untuk Nesya, membuat senyuman di wajah Nesya semakin lebar.   "Abang enggak bohong kan?"   "Enggaklah, untuk apa Abang bohong? Rasanya memang benar-bemar enak dan tentu saja Abang suka."   "Cobain punya Nesya deh." Nesya memotong steak miliknya, lalu menyuapkannya pada Reno yang dengan cepat membuka mulutnya, menerima suapan dari Nesya.   Steak milik Nesya dan Reno memang berbeda. Jika milik Reno adalah daging sapi, maka milik Nesya adalah daging ayam. Nesya tidak suka daging sapi, karena itulah ia memilih untuk menggunakan daging ayam.   "Bagaimana? Enakkan?" Nesya bertanya dengan senyum yang masih senantiasa menghiasi wajah cantiknya.   "Enak banget," gumam Reno di sela kunyahannya. "Kamu mau coba punya Abang?"   Nesya menggeleng. "Enggak mau, Abang kan tahu kalau Nesya enggak suka daging sapi."   Reno menggangguk dan setelah itu, mereka pun kembali menikmati makanan mereka. Suasana kali ini jauh lebih bersahabat dari sebelumnya yang terasa begitu kaku sekaligus canggung.   Senyum terus menghiasi wajah Reno, ia benar-benar merasa senang saat Nesya menyuapinya. Reno masih tak menyangka kalau Nesya akan menyuapinya, mengingat ini adalah kali pertama Nesya menyuapinya setelah hampir 5 tahun lamanya perempuan itu tidak menyuapinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN