Tasya diam terpaku, membantu layaknya sebuah patung. Terlalu banyak tekanan yang dia hadapi dalam sehari ini. Otaknya berputar tak henti, sekilas banyangan kedua orang tuanya yang terbaring tak berdaya di jalanan bersimbah darah hadir dalam benaknya. "Maaf Ma, Pa..putrimu ini tidak berguna. Aku tidak bisa menuntut keadilan atas kepergian kalian." "Aku akan memberikan kamu waktu untuk bersiap siap. Satu minggu! jika sampai Minggu depan kamu belum pergi maka jangan salahkan jika Aku menggunakan jalan kekerasan." ujar Rana tanpa belas kasih lalu beranjak pergi meninggalkan Tasya yang masih dengan dukanya. Tasya mengembalikan semua foto itu kedalam amplop seperti semula lalu kembali menutupnya seakan tidak pernah membukanya. Dia berharap semua ini hanya mimpi, kenyataan yang baru saja diketa

