Tasya menerima pesan dari Tedy yang menginformasikan kalau nanti jam enam dia akan menjemputnya. Sekarang sudah jam empat, dan Tasya mulai mempersiapkan diri. Dia sudah menyiapkan gaun sabrina berwarna hitam dan berencana untuk menyanggul rambutnya yang sebahu. Sepatu hitam hak tinggi pun sudah disiapkan.
Tepat pukul enam Tedy sudah tiba, kali ini Tasya tidak terlambat, bahkan lima belas menit sebelum jam enam dia sudah menunggu di ruang tamu. Penampilannya tentu saja mengundang banyak pertanyaan dari teman teman kos.
Masuk kedalam mobil Tasya melihat Tedy sudah mengenakan setelan jas biru navy. Harum parfum memenuhi mobilnya.
Sepanjang perjalanan mereka tidak banyak bicara, Tasya sebenarnya menunggu permintaan maaf Tedy namun kata kata tersebut tak kunjung keluar dari mulutnya. Seperti biasa jika mereka terlibat pertengkaran dan saling diam selama 2 atau 3 hari, lalu beberapa hari kemudian seakan akan Tedy melupakan kejadian itu dan bersikap seperti biasa lagi. Ini yang tidak disukai Tasya, permsalahan tidak pernah dibahas untuk dicarikan solusi.Jadi pada saat bertengkar lagi pasti dia mengungkit ungkit masalah yang dulu dulu.
Mereka turun di lobby hotel dan Tedy memberikan kunci mobil kepada petugas valet hotel yang memang sengaja disediakan pihak hotel. Tasya sedikit kerepotan dengan dressnya yang panjang menyentuh lantai. Hampir saja dia tersuruk jika tidak dibantu Tedy. "Thanks" ucap Tasya dan melanjutkan langkahnya dengan menggandeng lengan Tedy.
Para tamu sudah banyak yang hadir di pesta pernikahan itu. Tedy dan mempelai pria adalah teman sekantor sehingga banyak kenalan Tedy yang menyapanya. Dengan senyum lebar Tedy menghampiri Boy, sang mempelai pria.
"Hei man...selamat ya...malam ini jadi raja semalam rupanya?" sapaan Tedy disambut dengan tawa sang mempelai.
"Siapa ini Ted? Calon?" tanyanya ketika melihat Tedy yang sedang menggandeng Tasya. "Ya..perkenalkan ini calon istri gue, Tasya, Tasya ini teman sekantor yang sering kuceritakan itu." ujar Tedy.
Tasya hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan dengan mempelai pria kemudian mempelai wanita "Selamat ya..semoga bahagia selalu"
"Thank you...Thank you...enjoy the party Ted, Tasya.." ucap sang empunya pesta.
Setelah itu Tedy mengajak Tasya untuk menikmati hidangan yang ada, dari kambing guling, soto, siomay, sampai pempek semua bebas dimakan oleh para tamu undangan. Tidak ketinggalan minuman beralkohol juga tersedia.
"Ted, ini sudah gelas yang ke empat loh. Nanti kamu masih harus nyetir." tegur Tasya
"Ah...segini mah kecilll...." kilah Tedy dan mengambil gelas yang ke lima.
"Terserah, kalau kamu mabuk Aku tinggal pulang naik taxi saja daripada masuk rumah sakit nanti. Aku mau ke toilet dulu sebentar, kamu disini tunggu yah jangan kemana mana nanti susah cari kamu lagi." Tedy hanya mengangguk sambil menghirup wine nya.
Karena sepatunya yang tinggi dan gaun yang panjang membuat Tasya kesulitan berjalan. Terpaksa gaun nya diangkat sedikit agar tidak terinjak dan dengan hati hati Tasya menuruni undakan menuju ke toilet. Tiba tiba entah dari arah mana ada anak kecil yang sedang berlari dan menubruknya sehingga Tasya kehilangan keseimbangan "Ahh....."
Namun ada seseorang yang meraih pinggangnya, menariknya kembali dan jatuh dalam pelukan orang tersebut. Jarak antara mereka berdua hampir tidak ada lagi, bahkan wajah Tasya sudah sangat dekat dengan sang penolong. Mereka saling pandang dan..."Tasya..." suara yang familiar baginya.
"An....Andreas?" tak menyangka Tasya akan bertemu dengan si bos. Buru buru Tasya menjauhkan tubuhnya dari Andreas karena merasa risih dipeluk atasannya.
"Kok kamu bisa disini?"
"Aku? Mempelai wanita teman sekolahku di Amerika dulu. Kamu?"
"Aku menemani Tedy, teman sekantornya si mempelai pria." jawab Tasya
"Tedy nya mana?" Andreas celingukan mencari sosok Tedy
"Dia di dalam lagi asik dengan wine nya sementara aku kebelet mau ke toilet." jelas Tasya
"Yuk, kutemani." lantas Andreas memegang tangan Tasya dan menuntunnya ke toilet yang tidak jauh letaknya dari tempat mereka bertemu.
Setelah Tasya keluar dari toilet, Andreas masih menunggnya di depan.
"Loh..kamu masih disini."
"Ya lah...nanti kamu jatuh lagi aku yang repot." kembali Andreas menuntun Tasya.
"Kamu dengan Bu Rana?"
"Tidak, sendirian ...tadinya mau ajak kamu ehh gak taunya ketemu disini. What a small world" ujar Andreas sambil terkekeh.
Dalam benaknya Andreas sangat mengagumi penampilan Tasya. Sungguh anggun dan berkelas, kulitnya yang putih dan mulus pasti membuat setiap pria normal tergiur untuk mengelusnya. Tidak terkecuali Andreas, namun sayang sekali wanita cantik yang sekarang sedang berjalan disampingnya itu bukan miliknya.
"Hei..Andre!!" seorang pria bertubuh gemuk seperti seorang pesumo memanggil Andreas. Suaranya yang keras membuat beberapa pengunjung memperhatikan mereka.
"Hallo Juno! Gile..badan lo tambah gemuk saja sekarang? Apa kabar?" sahut Andrean dan menghampiri pria itu lalu memeluknya.
"Hahahahah....gemuk tandanya senang tau! Lo tau sendiri kalau gue suka makan dari dulu." jawabnya sambil tertawa terbahak bahak. "Eh..siapa nih?" matanya tertuju pada wanita cantik yang berdiri disamping Andreas. "Istri? Lo married gak ngundang ngundang nih?"
"Bukan...hmm...mungkin bisa dikatakan calon." Andreas melirik Tasya menunggu responnya. Tasya hanya tersenyum namun matanya melihat sekeliling mencari Tedy.
"Lo pinter yah nyari calon istri. Cantik banget...gak dikenalin nih?"
"Ehh ya..sampai lupa. Tasya kenalin ini Juno sahabatku sewaktu kuliah di Amrik."
"Halo....Tasya." salamnya dan mengulurkan tangan untuk berjabatan. Sekilas matanya menangkap sosok Tedy yang tengah berjalan ke arah mereka. Segera Tasya berbisik pada Andreas "Tedy" Andreas yang mengerti maksud Tasya segera mohon pamit pada Juno dan kembali menuntun Tasya menghampiri Tedy.
Terlihat sekali wajah Tedy sangat gusar, gimana tidakmarah jika melihat kekasihnya menggandeng pria lain? Jika tidak mengingat dia sedang di persta , Tasya pasti sudah diseretnya pulang.
Ketika jarak mereka semakin dekat, Tasya segera melepaskan gandengan tangannya pada Andreas lalu meraih lengan Tedy sebagai penggantinya. Hatinya berdetak sangat kencang, bahkan tangannya sudah mulai berkeringat.
"Hm..Ted, kenalin ini Pak Andreas atasan aku di kantor. Kebetulan tadi bertemu ketika hendak ke toilet."jelas Tasya
"Hai, Andreas." dengan sopan Andreas mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Tedy yang juga mengulurkan tangannya.
"Tedy, pacarnya Tasya." Sungguh, Tasya malu mendengarnya, seakan akan dia adalah sebuah piala.
Andreas tersenyum mendengar penekanan kalimat terakhir Tedy, "Pacarnya Tasya" Setelah berkenalan, Andreas mohon pamit dengan alasan ditunggu teman teman nya.
Baru beberapa langkah Andreas meninggalkan mereka, Tedy sudah membetak Tasya, suaranya sempat terdengar oleh Andreas.
"Beraninya kamu gandengan dengan cowok lain di hadapanku hah?"
Andreas menghentikan langkahnya, hati kecilnya ingin kembali dan menjelaskan namun ditahannya. Dia adalah pihak luar dan tidak berhak ikut campur. Akhirnya dengan berat hati Andreas melanjutkan langkah dan menghampiri sahabat sahabatnya.
Pesta telah usai, Andreas masih bercengkrama dengan para sahabatnya termasuk mempelai pria. Bisa dikatakan pesta ini merupakan reuni kecil mereka setelah beberapa tahun tidak bertemu. Namun tak ada pesta yang tak berakhir, dengan berat hati para sahabatnya satu persatu berpamitan pulang, begitu pula Andreas.
Mata Andreas berkeliling mencari sosok Tasya, dia berharap dapat memandang anugerah Tuhan yang sempurna. Namun sepertinya usaha Andreas sia sia, sepertinya Tasya sudah meninggalkan pesta itu.