Minaki Ista

1904 Kata
Setelah Hazin pulih dari lukanya setelah bertarung melawan Dough di akhir turnamen, Vondest langsung membicarakan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada saat ia pergi. "p*********n?" Latina terkejut mendengarnya. Ruang makan yang menjadi tempat Hazin, dua orang tuanya serta Latina sarapan itu cukup hening saat Vondest mengatakan tentang p*********n. Vondest melanjutkan pembicaraan, "Ya, awalnya ayah hanya akan mengirim tim penyelidik yang biasa menangani kasus seperti ini. Namun, ayah tidak melakukannya karena sepertinya ada sesuatu yang janggal. Sang pembunuh ini melakukannya secara terang-terangan." "Yah.. walaupun ia masih tetap menghapus jejaknya. Tapi, tidak seperti pembunuh lain, ia dengan sengaja menumpukan mayat mayat para petani tepat digerbang masuk ke desa itu." Jelasnya. "Apakah itu ada kaitannya dengan Dough yang berubah menjadi iblis tuan?" Tanya Latina. "Benar, tujuan utama dari pembunuh itu bukanlah untuk membunuh para petani disana, melaikan untuk memancing prajurit dan para petinggi yang lain untuk datang kesana. Namun, ayah berhasil mengetahui keanehan dari dua orang yang berhasil selamat dari insiden itu, dan salah satunya ialah pembunuh itu sendiri yang menyamar sebagai suami salah satu petani disana." Jawab Vondest. "Bagaimana ayah bisa mengetahui hal itu?" Hazin ikut bertanya. "Soul Tracking, ayah mencari apakah ada korban selamat atau tidak. Dan ternyata, hanya ada satu energi dari bangsa Fadelta, ayah langsung menangkap basah orang itu, menghajarnya, lalu menyiksanya agar ia mau mengatakan yang sebenarnya terjadi. Dan pada akhirnya, ayah kembali ke kerajaan untuk menghabisi manusia setengah iblis itu, haha..!" Vondest tertawa jahat. "Kenapa bagian pentingnya tidak ia ceritakan?" Gumam Latina sambil sedikit cekberut. "Nah, sekarang. Ayah akan memberitahu tentang hasil dari Turnament Gya kali ini! Iyakan?" Viole menepuk tangannya. Vondest mengangguk, "Benar juga, mungkin Latina sudah mengetahui hal ini karena pengumuman nya sudah disampaikan oleh komentator turnamen kamarin!" "Pemenang dari turnamennya adalah.... HAZIN..!!" Vondest berdiri. "Apa itu benar Vondest? Itu benar kan?" Viole sangat terharu saat mengetahui bahwa Hazin telah berhasil memenangkan Turnament Gya, itu pertama kalinya untuk Hazin. "Tentu saja! Hazin sudah mengalahkan Dough kan?" Vondest kembali duduk. "Sebenarnya, aku sudah mendunga itu. Namun, bukan aku yang mengalahkan Dough. Ayah sendiri yang telah mengalahkannya." ucap Hazin sebelum minum. "Ahaha, itu tidak termasuk hitungan Hazin. Setelah Dough berubah menjadi iblis, dia tidak lagi menjadi peserta turnamen." Jelas Vondest. "Itu benar Hazin, semua orang setuju bahwa kaulah pemenangnya." Viole tersenyum lebar. "Semua.. orang?" Hazin sedikit melamun. "Ya! Kau akan mendapatkan semua hadiahnya!" Ucap Vondest bersemangat. "Ayah selalu ingin memberiku uang kan? Jadi sebenarnya jika aku mau, aku hanya tinggal memintanya padamu kan?" Ucap Hazin dengan wajah dingin. Sedangkan, Vondest hanya kembali tertawa lepas. "Ahaha..! Kauu benar! Tapi, ada hal yang ingin ayah minta darimu Hazin" Vondest berubah menjadi serius saat bilang ia ingin memibta bantuan Hazin. "Hal yang ayah minta?" Tanya Hazin heran, "Ya, ada seseorang yang harus kau bawa kesini." semua orang terlihat tidak mengerti. Tep-tep "Hah.. apa yang harus aku lakukan sekarang? Turnamennya sudah selesai, apa aku harus kembali ke kediamanku sekarang?" Minaki bertanya pada dirinya sendiri, ia tengah berjalan di tengah ibukota Triton. "Tapi, hal yang dimilikinya itu... Sangat membuatku penasaran. Apa-apaan energinya itu, bahkan Vondest yang begitu ditakuti akan kekuatannya tidak memiliki energi sebesar itu" Minaki mengingat kembali saat Hazin hampir mengamuk. Dep Seseorang memegang Minaki dari belakang. "Hey! Jangan sembarangan menyentuh-.." Minaki berbalik dan kaget saat melihat orang yang menyentuh pundaknya bukanlah orang asing, melainkan Hazin. "Huf.. aku kira siapa, kau kan bisa memanggil namaku." Minaki menghela napas. "Aku tidak mengingat namamu." Hazin menjawab singkat. "Sedih sekali kau tidak mengingat namaku. Aku adalah-.." "Aku tidak peduli." Hazin menyela perkataannya. "Egk! Kau.. kenapa kau menyela perkenalan tadi?" Minaki cemberut. "Karena aku tidak peduli." Jawab Hazin sambil memasang wajah dingin. "Hump! apa urusanmu denganku?" Minaki mengalihkan pandangannya. "Cepat ikuti aku!" Hazin langsung menggandeng tangan Minaki. "Apa?! Uh.. aku tidak menyangka ini. Jika kau mau mengajakku berkencan, kau tidak perlu memaksaku seperti ini Hazin-.." Minaki senyum-senyum. "Hah..?!" Hazin menatapnya kesal. "Uh.. Hazin, jangan menatapku seperti it-.." Minaki masih terus menyangka Hazin akan mengajaknya jalan-jalan. Namun, "Kau benar-benar kucing cengeng menyebalkan." Duash..!! Hazin terbang dengan kecepatan tinggi. "Uah haha...!! Hazin! Jangan terlalu cepat!! Kau terlalu cepat!!" Kelopak mata Minaki terbuka karena angin yang kencang. "Ini kencan untuk mu!" Hazin menjatuhkannya tepat di depan pintu masuk ke kastel. "Tidak..!!" Minaki berhasil mendarat tanpa terluka. "Kau..?! Aku tadi hampir saja mati kau tahu?" Sentaknya. "Kucing mempunyai sembilan nyawa kan?" Hazin memegang tangannya lagi. "Apa? Dari mana kau mempunyai pemikiran seperti itu?!" Gled..deg Pintu besar kastel dibuka oleh para penjaga kerajaan. "Tunggu, mau dibawa kemana aku?" Minaki bingung karena tadi dia tidak sadar bahwa dia dibawa ke kastel Triton. "Ikuti saja aku!" Hazin terus memegang tangan Minaki. "Ah.. Hazin, ini terlalu cepat! Apa kau mau membawaku pada orang tuamu untuk melamar kucing cantik ini?" Minaki mencoba untuk menggoda Hazin. Namun sudah jelas, Hazin benar-benar tidak peduli akan hal semacam itu. Mereka berdua diam sejenak, Hazin yang menatap Minaki serius membuat gadis setengah kucing itu sedikit terpana. Lalu tiba-tiba, Hazin menyeretnya secara paksa. "Ah.. tidak Hazin, aku belum siap untuk dilamar!" Minaki hanya diam walaupun diseret oleh Hazin, sedangkan Hazin tidak berpaling ataupun mendengarkan Minaki lagi. "Haduh..! Hazin, kau tidak boleh seperti itu pada seorang wanita!" Viole keluar dari suatu ruangan di lorong kastel. "Em, ibu sedang tidak terpengaruh oleh kucing solokan ini kan?" Hazin mengamati mata ibunya. "Terpengaruh?" "Dimana ayah?" Tanya Hazin, ia melepaskan genggamannya pada Minaki. Viole hanya menjawab, "Sedang bersama yang lainnya." Setelah melepaskan tangan Minaki, Hazin langsung mendorong kursi roda Viole ketempat yang ibunya arahkan. "Jangan coba-coba untuk melarikan diri." Hazin terus mengawasi Minaki, "Aku tidak akan melakukan itu!" Minaki menjawab sambil terus mengikutinya. Tidak terlalu jauh dari tempat Hazin bertemu ibunya, terdapat satu ruangan kosong dimana Vondest, Latina, Jack, dan Kairo sedang menunggu mereka. "Dia orangnya kan ayah?" Hazin menyodorkan Minaki. "Haha..! Hazin, kau membuat dia terlihat seperti pelaku kejahatan saja. Maafkan dia ya, boleh kutahu siapa namamu?" Vondest sedikit tertawa dan menanyakan nama Minaki. "Tidak apa-apa tuan Vondest, namaku Minaki Ista. Calon penerus penguasa daerah pohon suci di negeri timur bangsa manusia setengah hewan." Minaki memperkenalkan dirinya pada semua orang yang ada diruangan itu. "Baiklah, aku akan memanggilmu Minaki. Maaf jika aku menyuruh Hazin untuk menjemputmu, dia memang sedikit tidak menyukai wanita. Tidak, ini salahku." Vondest menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak begitu tuan! Aku sama sekali tidak keberatan." Minaki balik meminta maaf. Tapi disamping itu, Latina menatapnya dengan penuh rasa curiga. "Hai Latina! Sudah lama kita tidak bertemu." Minaki menyapa Latina. "Lama tidak bertemu katamu? Memangnya apa yang kau lakukan di turnamen?" "Oh iya, aku kan menjadi peserta turnamen dan berhasil melawan Hazin." Minaki melirik kearah Hazin dengan senyuman nya yang menggoda. "Sudah nyonya, tidak perlu seperti itu pada nyonya Minaki" Kairo mencoba membuat tenang Latina. Namun, "Hah?! seperti apa Kairo?" Latina justru balik menyentak Kairo. "Sepertinya kau masih tidak dapat menahan emosimu ya, Latina." Minaki dan Latina saling menantang. "Hey! Kalian seharusnya malu, kalian tidak mengerti sedang berada dimana?" Ucap Jack, Minaki dan Latina langsung melirik kearah Vondest dan Viole. "Ahaha.. tidak apa Jack, mungkin Latina dan Minaki sedang reunian disini." Vondest tersenyum. Akhirnya, mereka berdua damai sejenak. "Minaki, aku ingin menanyakan satu hal padamu, mungkin ini tidak sopan. Tapi, aku harus menanyakannya padamu agar orang lain tidak salah paham." Vondest mulai serius. "Aku akan langsung ke intinya saja, apa yang kau lakukan saat Hazin melawan Dough? Kau mengawasinya dari kejauhan kan?" Tanya Vondest. "Ah.. itu.." Minaki bingung akan menjawab apa. "Aku mengetahuinya saat aku datang diakhir pertarungan, kau dengan asyik meyaksikan pertarungan itu. Sedangkan, Viole sudah mengetahui itu setelah kau selesai bertarung dengan Hazin, namun Viole membiarkanmu." Jelas Vondest. "Kau sebaiknya menjawab dengan jujur Minaki." Latina menjulurkan lidahnya pada Minaki guna meledeknya. "B-baiklah, aku akan mengatakan semuanya dengan jujur. Sejak awal aku masuk ke Ibukota, aku sudah merasakan energi yang aneh. Biar tuan tahu, aku selalu tertarik akan energi yang aneh. Maka dari itu, aku mulai melacak keberadaan energi yang tidak biasa itu. Dan akhirnya, aku menemukan sumbernya, seorang Fadelta lelaki dengan rambut biru." "Hazin." Latina menebak. "Ya, energi aneh itu berasal dari tubuh Hazin." Jawab Minaki. "Setelah aku mengetahui sumbernya, aku mulai menyelidiki dan mengikuti kemanapun Hazin pergi. Dan suatu saat, aku mendengar bahwa Hazin akan mengikuti Turnament Gya yang akan digelar sebentar lagi. Tampa pikir panjang, akupun mengikuti turnamen itu dengan tujuan bisa melihat kekuatan asli dari energi yang kurasakan pada tubuh Hazin." "Namun, setelah melihat kedatangan Dough di arena, aku berpikir bahwa sepertinya aku tidak usah langsung menghadapi Hazin di arena. Karena aku tidak ingin mengambil resiko dari bertarung secara sungguh-sungguh dengan Hazin." "Jadi, aku berencana menggunakan kesempatan ini dengan cara mempertemukan Dough dan Hazin untuk bertarung, sedangkan aku hanya perlu melihat kekuatan asli dari energi itu." Minaki melanjutkan ceritanya. "Disaat akhir dari pertarungan Hazin aku hampir melihatnya, melihat kekuatan yang luar biasa itu, bahkan belum sampai kekuatan itu muncul seluruhnya, aku merasakan tekanan energi yang sangat luar biasa. Namun, siapa sangka, raja Vondest datang dan membuat energi itu tertutup kembali." Setelah Minaki menjelaskan semua ceritanya, Vondest langsung melirik kearah Viole, "Viole?" Vondest melirik seolah menanyakan sesuatu. "Dia tidak berbohong." Viole mengetahui bahwa cerita Minaki tadi bukanlah suatu kebohongan. "Jadi seperti itu. Aku mengerti, kau tidak ada sangkutannya dengan Dough yang menjalin kontrak sesat dengan iblis. Tapi, apa kau sudah mengetahui kenapa Hazin memiliki energi itu?" Vondest bertanya lagi. "Aku masih belum mengetahuinya tuan." "Baiklah. Sebernanya Tony, Artegius dan Evanhell sedang menyelidikimu sejak kemarin, itu karena aku merasa curiga padamu dan memberikan perintah pada mereka agar terus mengawasimu tampa kau tahu, tapi." Vondest sedikit membungkuk, "Sepertinya aku sudah salah menduga, maafkan aku ya Minaki. Aku melakukan itu karena aku khawatir jika aku akan membuat kesalahan yang sama." "Tidak apa tuan! Sungguh, aku mengerti karena bangsa iblis selalu saja membuat bangsa yang ada di dunia ini menjadi hancur. Jadi itu wajar, anda tidak perlu meminta maaf tuan." Minaki merasa malu karena Vondest meminta maaf padanya. "Baiklah, dengan ini kecurigaan kerajaan Triton pada Minaki Ista sudah selesai." Vondest meregangkan badannya. "Oh ya Minaki, apa kau akan langsung pulang pada keluargamu. Karena jarak dari Triton ke daerah keluarga mu itu cukup jauh kan?" Tanya Viole. "Soal itu aku tidak tahu nyonya, sepertinya aku akan menetap disini lebih lama lagi. Aku ingin menikmati suasana yang begitu berbeda dengan kampung halamanku, menggunakan Teleport sepertinya terlalu membosankan, benarkan Latina?" Tanya nya sambil melirik putri Latina. "Hah?! Menetap lebih lama lagi? Aku tahu maksudmu itu Minaki, kau pasti sedang mencari kesempatan untuk mengenal Hazin lebih lama lagi kan? Hah! Rencanamu itu mudah sekali untuk ditebak" Latina menuduh Minaki. "Apa?! Aku tidak bermaksud seperti itu! Lagi pula, kau juga kenapa masih ada disini? Sepertinya tuduhanmu tadi menunjuk sendiri pada dirimu, iya kan?" Minaki membalas ucapan Latina. "Hah! Tentu saja bukan, aku disini karena.. aku masih memiliki banyak urusan dengan raja Vondest!" mereka berdua mulai berdebat lagi. "Urusan? Urusan itu kau buat terlambat karena kau tidak langsung datang kesini kan? Kenapa kau menggunakan kereta untuk datang kesini?" Tanya Minaki. Latina balik menyentak nya, "Diamlah Minapret! Teleport hanya digunakan oleh orang yang malas, aku tidak ingin menyia-nyiakan perjalanan panjang itu, kau tahu?!" "Huf..." Jack menghela napasnya saat melihat mereka berdua mulai berdebat, "Saya permisi dulu tuan Vondest." Jack keluar dari ruangan itu. "Saya juga permisi dulu tuan Vondest, saya ingin merasakan pemandian air panas yang ada di ibukota." Kairo keluar setelah Jack. "Hazin, ayo ikut dengan ayah." Vondest mengajak Hazin untuk keluar. Lalu, disaat yang lain meninggalkan perdebatan antara Minaki dan Latina, "Em.. jadi, aku ditinggal sendiri ditengah perdebatan ini?" Tanya Viole. Hanya tersisa Viole saja ditengah perdebat-tan antara Minaki dan Latina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN