BAB 1 (Bismillahirrahmanirrahim Allahumma shali’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad)

1701 Kata
“Sejatinya, Allah menciptakan hati manusia adalah agar manusia bisa mencintai-Nya dengan sepenuh hati.”=== Seorang perempuan memakai jilbab bergo hitam dan menggunakan celemek berwarna biru tengah sibuk di dapurnya membuat kue kecil. Perempuan yang bernama lengkap Rayhana Putri Dewi itu tengah membuat kue sus pesanan pelanggannya. Hana bolak-balik antara kompor dan meja dapur untuk mengecek kuenya di oven agar tidak gosong. Setelah warna kuenya berubah warna, Hana pun mengeluarkannya dari oven dan menyimpannya di atas meja dapur. Kemudian ia kembali memasukkan loyang berisi kue sus yang belum matang, begitu seterusnya hingga adonan habis. Sambil menunggu kue susnya dingin, ia membuat isian vlanya. Setelah vlanya matang, Hana juga mendinginkannya terlebih dahulu sebelum ia masukkan ke dalam kue sus. Sambil menunggu kue dan vla dingin, ia membereskan semua peralatan dapur dan mencucinya agar dapur tidak berantakan dan terlihat rapi. Ibunya bisa murka jika mendapati keadaan dapur yang berantakan sehabis digunakan memasak. Usai mencuci peralatan memasak, Hana bersiap mengisi kue sus dengan vla yang sudah dingin. Ia mengambil sebuah kantung berbentuk segituga lalu mengisi dengan vla dingin. Setelah itu ia gunting ujungnya, lalu vla itu ia isikan ke dalam kue sus. Hana menghela napas sambil tersenyum ketika pesanan seratus kue susnya sudah selesai ia kerjakan. “Alhamdulillah, akhirnya selesai juga,” ucap Hana sambil mengelap kedua tangannya dengan serbet motif hitam kotak-kotak. “Sudah selesai Han bikin pesenannya?” tanya Bu Ranti –Ibu Hana- yang baru memasuki dapur. “Alhamdulillah udah Bu, tinggal dipacking terus dikirim deh, hehe,” jelas Hana. “Yaudah, ibu mau mandi terus tidur ya,” ucap Bu Ranti sambil berjalan meninggalkan Hana menuju kamar mandi. “Oke, siap, Bos!" ucap Hana sambil memberikan tanda hormat pada ibunya tercinta. Hana tersenyum puas menatap kue hasil buatan tangannya. Ia merasa senang ketika bisa melayani pelanggannya dengan kedua tangannya sendiri. Semenjak lulus dari kuliah, Hana membantu ibunya mengembangkan bisnis kuenya sambil menunggu panggilan dari beberapa lamaran kerja yang telah ia masukkan ke beberapa perusahaan. Tetapi, ia malah asyik berbisnis daripada fokus mencari kerja. Bisnis kue ini sebenarnya sudah lama dijalankan oleh sang ibu. Dulu, ketika ayahnya meninggal, sang ibu memutuskan untuk menerima pesanan kue dan masakan dari tetangga dekatnya untuk menambah pendapatan rumah tangga sekaligus membayar biaya sekolah Hana. Tak jarang, ketika masih sekolah dulu Hana juga membawa kue buatan ibunya untuk dijual kepada teman-temannya di sekolah. Kue dan masakan ibu Hana memang terkenal enak dan lezat, sehingga mereka sudah cukup banyak pelanggan. Entah kenapa, sejak lulus kuliah Hana lebih senang berwirausaha daripada bekerja kantoran. Menurutnya, waktunya bisa lebih fleksibel dan bisa bebas berkreasi sesuka hati. Setelah selesai mengemas kue susnya, Hana pun segera membersihkan meja dapur dan bersiap untuk sholat dzuhur. Namun, bisnis yang dijalankan oleh Hana dan ibunya ini masih tergolong usaha kecil, bahkan bisa dikatakan home industry. Mereka masih menggunakan dapur rumah mereka untuk produksi dan juga mereka belum memakai tenaga karyawan. Hana dan ibunya akan mengerjakan pesanannya sendiri jika jumlah yang diminta massih sanggup mereka kerjakan. Jika tidak, ibu Hana akan meminta bantuan dari anak tetangganya yang kebetulan sekolah di SMK jurusan tata boga. Salah satu impian Hana adalah bisa mempunyai kios dan dapur untuk produksi yang terpisah dari dapur rumahnya. Ia dan ibunya sedang menabung sedikit demi sedikit agar bisa menyewa kios yang berada di jalan utama atau jalan raya sehingga memudahkan para konsumen untuk membeli produknya. Hana harap cita-citanya itu segera terwujud. Aamiin. === Selain sibuk mengembangkan bisnisnya, Hana juga rajin mengikuti pengajian atau kajian keislaman yang sering diadakan di mesjid lingkungan rumahnya. Ia pikir, sebagai muslimah, calon istri dan calon ibu, sangat perlu untuk mendalami ilmu agama. Ah ya, calon istri. Siapa yang tidak mau segera menikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu. Namun apa daya, Hana hanya bisa mencintai dalam diam. Dia hanya mampu mengutarakan perasaannya pada doa sepertiga malam, berharap Sang Khalik mau menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan, itulah doa Hana selama ini. Hari ini jadwalnya Hana mengikuti pengajian di masjid komplek rumahnya. Setelah melaksanakan pengajian, Hana dijadwalkan mengikuti rapat pengurus DKM masjid untuk mengurus acara tabligh akbar yang rutin dilaksanakan tiap tiga bulan sekali dan yang menjadi ketua panitia kegiatan tersebut adalah Lutfi Azzar, lelaki yang selama ini Hana sebut dalam doa sepertiga malamnya. . Lutfi memang sosok lelaki yang mudah membuat para perempuan jatuh cinta. Ia lelaki yang tampan, berasal dari keluarga yang cukup terpandang, sudah mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang mapan dan mudah bergaul dengan banyak orang. Ia juga ramah, murah senyum dan suka membantu pada siapa saja. Witing tresno jalaran soko kulino. Mungkin itulah pepatah yang tepat untuk Hana saat ini. Satu sekolah dengan Lutfi sejak SMA, satu kampus, dan satu komplek perumahan pula. Mereka sering tergabung dalam kepanitaan acara masjid di komplek merekaTak sadar, keseringan bersama menumbuhkan benih-benih cinta di hati Hana. Hana berusaha menampik perasaan itu, ia takut berdosa, tapi lama kelamaan perasaan tersebut semakin menguat dalam hatinya. Lutfi pun menunjukkan gelagat yang sepertinya juga tertarik dengan Hana, tapi mereka masih tahu batasan-batasan dalam bergaul menurut Islam. Hana hanya bisa pasrah menyerahkan semuanya pada Allah. “Oh iya, untuk bagian konsumsi biasa ya Han, Hana yang handle?” pinta Lutfi. “Oh, oke disesuaikan dengan budget aja, kan? Apa mau milih snacknya?” tanya Hana. “Disesuaikan sama budget aja, keperluan di divisi lain masih banyak,” jelas Lutfi. “Oke siap, nanti saya koordinasikan dengan tim konsumsi yang lain,” ucap Hana. “Oke, konsumsi beres ya, sekarang tinggal bagian dekorasi nih gimana, Ahmad?” tanya Lutfi. “Untuk dekorasi tinggal beli peralatan sama pernak-pernik aja sore ini, uang juga udah dikasih sama bendahara, besok sore tinggal mulai dekor,” jelas Ahmad. “Oke siap, berarti semua divisi lancar-lancar aja ya, mudah-mudahan semua lancar sampai hari H. Aamiin, “ ucap Lutfi. “Aamiin,” ucap yang lain serempak. “Oke kalo tidak ada yang dilaporkan lagi, sekian ya rapat hari ini. Kita tutup dengan hamdalah. Wassalamu’alaykum wr.wb,” ucap Lutfi. “Wa’alaykumussalam wr.wb,” ucap yang lain serempak. Selesai rapat, Hana bergegas pulang ke rumah bersama tetangga yang juga teman dekatnya sejak kecil, yaitu Rika. Dalam perjalanan, mereka pun ngobrol masalah jodoh. “Gimana bisnis kue lo, Han?” tanya Rika. “Alhamdulillah baik, lancar juga, lagi nabung ngumpulin modal biar bisa punya kios, hehe,”  jelas Hana. “Wah bagus tuh, semoga lancar ya. Eh gimana nih, udah ada calon belum? Masih betah aja lo ngejomblo. Gue aja dah mu punya anak dua,” ledek Rika. “Hah? Serius lo lagi isi lagi?” ucap Hana terkejut. “Iya, Alhamdulillah baru jalan dua bulan, doain ya lancar dan sehat,” pinta Rika. “Iya, aaminn. Soal jodoh mah yah gitu deh, masih berdoa aja gw,” jelas Hana. “Ya sambil usaha lah. Lo udah ngasih CV ke ustadzah Aisyah belum?” tanya Rika. “Udah, itu mah udah dari lama keles.” “Hmm ... gitu ya? Sampe sekarang belum ada kabar?” Tanya Rika. “Ya belum ada, makanya gw juga lagi banyak-banyakin doa,” jelas Hana. “Tapi, lo ga ada ikhwan yang disuka gitu?” tanya Rika penasaran. “Hmm ... gitu deh, kepo lo!” “Kalau ada, lo minta tolong lah sama Usstadzah Aisyah, biar dicomblangin gitu,” usul Rika. Wajah Hana langsung memerah mendengar usulan sahabatnya itu. “Ih, nggak ah! Gue masih punya malu kali. Ya kali gue yang minta, ntar kalo ditolak mau ditaro di mana muka gue, Ka?” “Ah elah, pake gengsi-gengsi segala. Siti Khadijah aja, beliau duluan tuh yang minta Nabi Muhammad SAW jadi suaminya, berarti gak apa-apa, kan?” “Iya sih, memang benar. Tapi gue belum semampu Ibunda Siti Khadijah. Gue belum sanggup harus mulai duluan. Ya sebagai perempuan, gue juga pengen lah kalau lelakinya yang datang ke gue duluan. Gue bakalan gak punya muka lagi kalau ditolak,” jelas Hana. “Yaudah kalau gitu mah, lo siap-siap aja patah hati.” “Loh kok gitu?” “Ya mana tahu lelaki yang lo suka udah punya perempuan yang dia incar? Gak tahu kan? Atau lo mau gue comblangin ma temen laki gue?” “Ah, lo mah ada-ada aja, udah stop jangan bahas jodoh lagi ah!” “Ah ngehindar mulu ni anak,” keluh Rika. Dan obrolan mereka pun terhenti karena mereka harus berpisah untuk pulang ke rumahnya masing-masing. === Hari tabligh akbar pun tiba. Semua panitia sibuk dengan jobdesknya masing-masing. Ada yang bertugas menjadi MC, mendokumentasikan acara, mengurus logistic, konsumsi dan lain-lain. Acara terlihat berjalan sukses dan sesuai rencana. Ustadz yang membawakan materi juga interaktif dengan para warga yang hadir sehingga mereka tidak mengantuk atau merasa bosan. Materi tabligh akbar pun bisa tersampaikan dengan baik. Acara tabligh akbar berlangsung selama sekitar dua jam. Tak terasa acara tabligh akbar pun selesai. Namun, tugas para panitia belum selesai. Mereka tidak langsung bisa pulang seperti warga yang lain. Mereka harus membereskan mesjid agar rapi kembali. Selesai acara beres-beres, Lutfi selaku ketua panitia melakukan evaluasi terhadap acara tadi sekaligus berterima kasih atas kerja keras panitia sehingga acara bisa sukses. “Teman-teman, terima kasih ya atas kontribusi dan kerja keras kalian hari ini, semoga dibalas oleh Allah SWT,” ucap Lutfi. “Aamiin,” ucap panitia lain serempak. “Oh iya, untuk tim konsumsi, makasih banyak ya, kuenya enak-enak, pembicara dan istrinya tadi suka lho,” puji Lutfi “Ya, itu kan bikinan Mbak Hana pasti enaklah, Kak,” ucap Arin, divisi dokumentasi. “Ah Lutfi bisa aja, itu juga dibantuin ibu kok bikinnya,” ucap Hana malu-malu. Hati Hana bahagia sekali dipuji oleh Lutfi di depan panitia yang lain. Duh, kan jadi pengen cepet-cepet dihalalin, meleleh hati Hana rasanya. Oke fiks, Hana terlalu baper. Setelah panitia bubar, Lutfi pun menghampiri Hana untuk membicarakan sesuatu. “Han, saya ada perlu sebentar bisa?” tanya Lutfi. “Oh, ada apa Fi?” tanya Hana penasaran. “Saya mau pesan kue untuk hari Ahad pekan depan, nanti biar detilnya ibu saya yang hubungi ya,” jelas Lutfi. “Oh iya siap, mau ada acara ya di rumah?” tanya Hana “Iya, nanti kuenya tolong dianterin ya ke rumah saya,” pinta Lutfi “Oke siap.” Hati Hana tambah berbunga-bunga ketika sang pujaan hati memesan kue padanya. Aku harus buat yang paling enak dan special buat Lutfi, gumam Hana dalam hati. === Setibanya Hana di rumah, Hana langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam. “Assalamu’alaikum, Bu, ” ucap Hana. “Wa’alaikumussalam, eh udah pulang kamu,”  ucap Ibu Hana. “Iya bu, oh iya, Alhamdulillah ada pesenan kue lagi Bu, Lutfi pesen untuk acara di rumahnya ahad depan,” jelas Hana. “Oh ya? Alhamdulillah, siap kita kerjain berdua ya. Oh iya, ini tadi ada paket buat kamu, kayanya undangan deh,” ucap Ibu Hana sambil menunjukkan sebuah amplop cokelat. Hana pun segera melihat paket tersebut. Setelah dibuka, isinya betul undangan pernikahan dari temannya dulu semasa kuliah. “Iya Bu, betul undangan dari teman kuliah Hana.” “Terus kamu kapan ngundangnya, Han? Masa kondangan mulu,” ledek Ibu Hana “Ibu mah, yah doain aja, Hana juga mau cepet nikah dan punya anak, tapi belum ada lelaki yang mau sama Hana,” ucap Hana sedih. “Doa ibu selalu buat kamu, Nak. Allah pasti kasih yang terbaik buat kamu.” Ibu Hana dengan tulus mendoakan putri semata wayangnya itu. “Aamiin.” Satu lagi temannya mengakhiri masa lajangnya. Ya Allah kapan jodoh dari-Mu untukku akan datang? Batin Hana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN