Awal

1048 Kata
Naila gadis berusia 27 tahun tapi sudah memiliki usaha sendiri itu pun berkat sang mama yang selalu memberikan dukungan penuh atas apa yang dipilih, benar kata sang papa jika mama memiliki peran besar dalam kehidupan keluarga ini. Terlihat dari kakaknya Yudo yang baru saja menikah, tidak banyak yang tahu bagaimana drama percintaan kakak tercinta ya walaupun bukan darah daging papa dan mama tapi semua menganggap Yudo adalah bagian dari keluarga, bahkan Naila sangat menyayangi Yudo sepenuh hati sebagai saudara bukan lebih. Back tentang Naila di mana orang tuanya bernama Fajar Putra Mardani dan Indira Pradipta yang katanya membuat orang-orang terdekat iri, karena sikap Fajar dan Indira antara satu dengan yang lain. Naila sendiri lahir setelah Yudo usia 5 tahun dan usia pernikahan kedua orang tuanya hampir mendekati 10 tahun. Naila lahir karena keinginan kuat Indira untuk memberikan Fajar anak dengan segala drama akhirnya Fajar menyetujui dengan syarat-syarat yang harus disetujui dan ternyata Naila lahir dengan selamat begitu juga dengan Indira yang selamat hanya saja Naila harus melakukan operasi jantung ketika usianya sudah sedikit beranjak, sekarang Naila dan keluarga bisa hidup dengan tenang melihat keadaan Naila. Cita-cita Indira adalah menjadi dokter dengan dukungan keluarga Naila, walaupun bukan menjadi dokter Naila bisa melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi sekitar. Naila mengambil fakultas gizi, setidaknya ilmu Naila bisa digunakan untuk cafe orang tuanya dan juga usahanya sendiri. "Nay" panggil Indira membuat Naila menatapnya "mama mau pulang kamu masih lama?" Naila mengangguk "jangan capek-capek" Naila mengangguk "mama juga jangan terlalu lelah" mencium pipi Indira "papa udah datang?" sambil mengantarkan Indira ke depan. "Kalau papa belum datang gak akan mama pulang" jawab Indira "ada apa kok ramai?" membuat Naila menatap sekitar yang ramai "kayaknya cafe kita kedatangan artis, mama mau lihat" dengan wajah bersinarnya. Kelakuan sang mama membuat Indira memutar matanya lelah, bagaimana sang mama bisa seperti ini padahal papanya masih gagah. Meskipun begitu mereka saling mencintai dan Naila tahu itu, pandangan Naila mengarah pada kerumunan yang tampak penuh itu di mana ada beberapa bodyguard berusaha melindungi beberapa pria. "Nay, buruan sambut" perkataan sang mama menghentikan pemikiran tidak penting lihat "Nay, itu atlet bulutangkis yang baru menang dapat emas buka?" "Gak tahu, udah Naila mau layani mereka kalau mama mau pulang hati-hati" mencium pipi Indira sebelum meninggalkan ke meja kebesarannya ketika melayani pembeli. Naila menatap Indira ke meja tempat Fajar duduk dengan santai, Naila tahu jika sang mama sangat penasaran dengan pembeli yang datang. Naila yang melihat hanya menggelengkan kepala atas kelakuan sang mama, tapi Naila berharap bisa mendapatkan pria seperti sang papa atau minim seperti kakaknya Yudo. "Mbak, ada orang terkenal" ucap Yuri dengan wajah bersinarnya membuat Naila menggelengkan kepala "mbak gak mau lihat?" "Kamu aja tapi ingat jangan sampai lupa kerja bisa marah tu Mbak Gendis dan papa" ucap Naila yang membuat Yuri memberi tanda dengan jarinya membentuk huruf ok. Naila kembali sibuk dengan pekerjaannya yang tadi di tinggal oleh Gendis karena harus menjemput sang anak, beberapa menu baru harus segera dikeluarkan secepatnya sebelum ulang tahun cafe ini. "Nay" panggil Fajar "temuin sana atletnya" Naila memandang bingung. "Kenapa bukan papa?" tanya Naila mendekati yang langsung memeluk Fajar. "Sama papa dan mama, mama kamu tu ngrengek minta bicara sama atlet itu" sambil membelai rambut Naila, perkataan sang papa mengenai mamanya membuat Naila mencibir "kamu tahu kan kalau mama kamu itu segala-galanya" "Dan papa akan melakukan apa pun asal mama bahagia" putus Naila membuat Fajar tertawa. "Ayo keburu mama marah" Naila hanya mengikuti langkah Fajar. Dari jauh Naila bisa melihat sang mama sedang menatap Naila dan Fajar dengan tersenyum, dari gerakan bibir Naila bisa membaca kalau di minta untuk datang cepat. Mendatangi kelompok orang terkenal bukan suatu hal yang Naila sukai hanya saja memang ini adalah keharusan untuk menyenangkan hati sang mama tercinta, Naila juga tidak terlalu mengenal mereka satu per satu jika sang mama tidak heboh dengan sendiri. Naila mengakui jika kedua orang tuanya ini mudah dekat dengan orang baru, bahkan sang mama yang seorang introvert bisa dengan mudah mengajak seseorang berbicara nyaman. Naila pernah bertanya apa rahasianya bisa dengan mudah dekat dengan orang, jawaban kedua orang tuanya bukan jawaban yang Naila inginkan dimana hanya jawaban jika kita nyaman dengan sesuatu kita akan mudah beradaptasi dan juga jangan pernah berpikir negatif pada orang lain. "Ya yang mengelola anak saya" ucap Fajar membuat Naila menatapnya "bisa karena dia yang mengatur makanan ini untuk diet atau tidak" lanjut Fajar. Pembicaraan selanjutnya tidak terlalu Naila perhatikan sampai tatapan Naila terhenti pada cowok dingin yang dengan santai makan tanpa peduli dengan keadaan sekitar ditambah sangat menikmati makanan yang ada di tempat ini. "Ini semua Naila yang mengurus" Naila menatap sang mama yang berbicara dengan pria Naila tatap "kamu pasti mengerahkan segala tenaga untuk menang" Naila akhirnya mendengar cerita dari sang mama tentang kenangan selama masa sekola menonton Thomas dan Uber Cup, Naila dan Yudo sang kalak sudah mendengar cerita ini cukup lama dan hanya bisa menggelengkan kepala bagaimana sang mama bisa seperti itu dan papa mereka jatuh cinta setengah mati pada istrinya. "Nay, kamu bisa buat menu sehat untuk mereka?" pertanyaan Fajar membuat Naila menatapmya "kamu kan ahli gizi nah mereka meminta pendapat kamu tentang menu yang harus kamu buat" jelas Fajar membuat Naila mengangguk paham akhirnya. "Pa, Nay masih perlu belajar banyak gak bisa main begitu saja" Naila berusaha menolak. Sayangnya Fajar hanya menatap tajam seketika membuat Naila semakin tidak berani membantah perkataan Fajar walaupun dirinya ingin melakukan itu. "Kamu bisa membuat menu terlebih dahulu untuk pasangan ganda putra kita ini Rafa dan Kean" ucap seseorang di sebelah Fajar membuat Naila bingung dengan perkataan orang tersebut. "Rafa itu sama mama sedangkan Kean itu di samping Rafa sedang memainkan ponsel" jawab Fajar membuat Naila mengangguk. "Mereka berdua ini sangat susah buat makan makanan bergizi" menatap kedua orang yang sibuk dengan kegiatannya sendiri "tolong bantu kami untuk mengubah mereka berdua terlebih dahulu. "Kalau mereka mau baiklah saya bisa apa" ucap Naila sambil menatap kedua orang yang sangat berbeda satu dengan yang lain Melihat sikap mereka membuat Naila berpikir bagaimana mereka bisa berkomunikasi selama ini, namun herannya mereka bisa memenangkan pertandingan. Naila berpikir mungkin dirinya belum terlalu mengenal pasangan yang ada di depan ini, bukankah jika nanti menghabiskan waktu dan komunikasi semua akan berubah seperti mereka yang bisa bekerja sama dengan sangat baik. "Baiklah saya mau membantu" sambil menatap kedua pria tersebut terutama pria yang tampak dingin tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN