bab 2

422 Kata
Maret 2020 Pergi, pergi dari sini..... Aku menarik mereka pergi dari depan rumahku, ya paman dan bibiku. Mereka yang selalu merongrong kepadaku, mereka yang selalu mengganggu ketenangan hidupku selama berpuluh-puluh tahun sejak aku masih kecil. Terkadang aku berpikir, aku muak dengan semua ini. Dengan segala yang telah terjadi. Bukan inginku untuk di ambil menjadi anak kandung dari kakak kalian. Bukan ingin aku juga jika di lahirkan di dunia ini. Seakan sekarang tak ada yang mengerti selain suami, anak-anak, sahabat dan keluarga intiku. Ya keluarga yang benar-benar darah dagingku. Sedangkan mereka, semua saudaraku yang lain perlu aku hanya untuk mengejar harta warisan saja. Warisan yang sebenarnya adalah milikku dari almarhum mama dan papa. Dan wasiat untuk selalu di jaga olehku untuk anak-anakku kelak jika dewasa nanti. Hidupku sekarang tidak seenak dan semudah yang kini kalian lihat, hidupku sekarang penuh perjuangan dan liku. Yang mungkin tak akan pernah selesai aku ceritakan walau aku tuliskan menjadi sebuah cerita. Aku yang lahir dengan putih bersih dulu, aku yang di peluk dan di inginkan penuh cinta oleh mereka. Yang ter campakkan oleh keadaan dan cobaan. Yang demi terus kuat bertahan hidup selama 35 tahun, mencari pelarian sahabat dan pacar demi melupakan rong-rongan keluarga tentang jati diriku. Kalian merusak hidupku, merusak mentalku, merusak masa depanku. Demi harta yang kalian kejar jika mama dan papaku mati kelak. Atau kalian lelaki yang aku pilih sebagai pengisi hati, sebagai teman dan sebagai sandaran hidupku, begitu jahatnya kalian mempermainkan kepolosanku, mengingkari janji-janji manis, mengingkari cinta yang kita miliki selama ini. Demi kepuasan kalian yang mungkin akan kalian sesali nanti. Haruskah aku habisi dan jalani hidup seperti yang kalian inginkan dalam sebuah ke putus asaan dan kehancuran. Tidak aku akan berjuang dan akan aku tulis kisah hidupku sebagai pelajaran dan sebagai tamparan untuk keluarga besarku kelak. Ini aku yang sering kalian hinakan, ini aku yang dulu kalian kucilkan, ini aku dulu yang pernah kalian sia-siakan! Aku masih kuat berdiri dan tersenyum bahagia. Hidup yang penuh terjal dan liku ini, yang membuat aku jatuh dan menangis untuk ke sekian kali dengan takdirnya, kini membuat aku kuat untuk berdiri walau tanpa mama dan papa lagi di sisiku. Dan aku tidak hanya membuktikan kepada kalian yang menjahatiku, tapi semua orang dapat menyaksikannya dan bercerita. Aku yang baik tak akan selamanya menjadi baik, aku yang polos akan menjadi pintar dan cerdik dengan sendirinya, di mana hidup tidak sebaik yang aku bayangkan. Begitu pun AKU! mungkin tidak yang seperti kalian kira-kirakan. Apa yang kalian tanam kepadaku, itulah yang akan kalian tuai nantinya! Sintia kini, bukan Sintia yang dulu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN