"Mau mampir makan dulu gak kita? Masih jam tujuh ini. Orang tuamu marah gak sih, kalo baru sampe jam delapanan?" tanyanya ketika kami sedang menunggu pintu lift lantai 3 yang akan membawa kami turun, terbuka. "Saya langsung pulang saja, Dok. Saya takut." "Takut orang tuamu marah?" Aku mengangguk. Sebenarnya, aku takut dengannya. Ini kali pertama aku pergi keluar hingga malam dengan pria asing, meskipun Bapak Ibuk sudah mengijinkanku mengambil pekerjaan ini. "Emang kamu gak ijin, kalo kerja sama gue?" protesnya. Dia berbalik lantas berkacak pinggang di depanku. "Ijin kok, Dok. Boleh ... udah boleh saya kerja sama Dokter. Dan saya juga udah ijin kalo hari ini pulang malem." Seulas senyum terbit darinya, hingga menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi, beradu dengan dua lesung pipi

