Bab 4

1026 Kata
Cassandra mempunyai waktu lalu luang di akhir pekannya ini sehingga dia pun meluangkan waktunya untuk bertemu dengan sahabatnya Laura, Laura yang menyadari kedatangan temannya itu pun langsung menunduk minta maaf, seolah memang Laura telah melakukan kesalahan yang begitu besar yang membuat sahabatnya ini marah. Cassandra hanya bisa menunjukan raut wajah yang setengah marah karena untuk saat ini dia datang ke Laura bukan karena marah melainkan karena curhat. “Maafkan aku atas kejadian kemarin yang membuatmu malah keteteran sendian. Aku seharusnya mengatakan pembatalan itu kemarin mengenai klien barumu yang tak kunjung karena mendapatkan kesibukan tiba-tiba akibat di suruh ibunya untuk berkencan dengan seorang wanita. Gara-gara teleponmu tidak aktif akibat semangatmu itu membuatku kepikiran setelah tahu kejadian kemarin,” ucap Laura sambil menundukkan kepalanya dihadapan Cassandra yang langsung di antisipasi dirinya karena tahu hal ini akan terjadi. Memang kemarin pria yang datang itu bukanlah klien itu melainkan seorang pria pemabuk yang berusaha menggoda dirinya dengan cara yang terduga sehingga membuat dirinya menjadi bahan perhatian orang. Puncaknya, datanglah seorang wanita yang mengaku sebagai istrinya datang menyiram wajahnya dengan air kemudian melabrak dirinya karena menjadi penyebab dibalik suaminya yang tak pulang. Sungguh, Cassandra pun harus bergulat dengan waktu untuk bisa meluruskan kejadian ini. Dramatis, tapi itulah yang terjadi pada diri seorang Cassandra. Dia sama sekali tidak menyalahkan siapapun untuk ini karena memang semua yang terjadi murni karena miskomunikasi. “Tidak apa-apa juga, sih,”ucap Cassandra seraya memeluk temannya yang merasa sangat bersalah itu. “Sebagai permintaan maafku, aku sudah mengundang orang itu lagi dan sedikit lagi orang itu akan datang kesini,” ucap Laura yang pada akhirnya bukan hanya membuat Laura tertegun tetapi juga merasa bingung dengan hal ini. Sungguh, setidaknya Cassandra cukup bersyukur bisa mengenal teman baik seperti Laura. Tiba-tiba, seorang pria tampan yang entah muncul dari mana datangnya mewujudkan fisiknya. Cassandra awalnya berpikir bahwa klien yang datang merupakan pria botak dan berperut buncit. Tetapi rupanya yang ada datang malah sebaliknya. Dia mengenakan pakaian yang cukup necis bagi seorang pria tampan. Apalagi cara berjalannya sudah seperti CEO di dalam novel atau komik yang pernah dibacanya. “Sebastian, ini adalah gadis yang aku ceritakan kepadamu. Gadis ini yang akan menjadi ghost writermu,” ucap Laura seraya memperkenal Cassandra yang sepertinya cukup antusias dengan hal ini. Sebastian tanpa basa-basi langsung duduk dan memperhatikan Cassandra yang cantiknya cukup lumayan. Sepertinya tidak sia-sia dia meminta bantuan Laura untuk mencarikan seorang penulis hantu yang akan menulis autobiografi dirinya. Walaupun begitu, setidaknya hal ini bisa menjadi hiburan bagi dirinya dalam hal kepameran. “Jadi, kapan kamu sudah mulai bekerja untukku, Nona,” ucap Sebastian sambil bermain mata dengan Cassandra yang pada akhirnya membuat wanita itu salah tingkah. Seketika Laura yang paham dengan situasi ini langsung pergi menjauhi Cassandra dan Sebastian karena orang ini tahu bahwa situasi klise ini sering terjadi. Setelah Laura pergi, Cassandra berusaha untuk tetap profesional di depan klien barunya ini. Cassandra pun memberikan proposal serta kontrak kepada Sebastian untuk bisa mengetahui beban kerja yang akan dihadapi oleh sang penulis hantunya ini. Setelah mangut-mangut setuju, Sebastian pun menandatangani kontrak dan pada akhirnya terjalin sebuah kerja sama baru. Cassandra berharap semoga dia bisa mendapatkan penghasilan yang cukup sehingga dia pun berharap tidak ketahuan Rosa yang sudah menjadikannya seorang b***k selama bertahun-tahun lamanya. *** Cassandra masih berada di kantornya Laura dan sedang serius menulis perluasan dari penggalan kata autobiografi kepunyaan Sebastian di laptopnya. Keringat bercucuran dengan derasnya di dahinya Cassandra. Walaupun begitu dia tampaknya tidak mempedulikannya karena yang terpenting adalah mendapatkan hasil dari menulis. Sebastian yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa bengong melihat keuletan gadis ini. Gadis yang rajin ini entah kenapa membuat Sebastian begitu terpesona. Cassandra yang sadar tampaknya terlalu serius tidak sadar bahwa pria ini sedang melihat dirinya. “Kenapa kamu sangat serius seperti itu, tidak bisakah kamu santai saja. Aku bahkan tidak sadar kamu mempunyai uban di rambutmu,” ucap Sebastian sengaja sambil menaikkan rambut Cassandra yang sedikit terurai. “Astaga! Apa yang kamu lakukan. Kamu malah membuat konsentrasiku pecah,” ucap Cassandra dengan wajah yang memerah setelah melihat wajah pria itu yang entah kenapa memiliki aura yang cukup berbeda dari kebanyakan pria yang pernah ditemuinya. Sungguh ingin rasanya Cassandra berteriak sekeras-kerasnya dihadapan semua orang. Cassandra pun berpikir, kenapa Laura begitu lama? Mungkinkah saat ini dia sengaja? “Astaga! Maafkan kelancanganku ini, aku memang pria yang sama sekali tidak sopan. Semoga kamu tidak berpikir aneh-aneh tentangku.” Cassandra pun melanjutkan pekerjaannya. Namun ada hal aneh yang terjadi pada dirinya. Tiba dirinya tidak fokus bekerja dan pikirannya terpecah-pecah akibat perlakuan berani yang dibuat oleh Sebastian itu. Sepertinya pria itu punya sihir tersembunyi yang baru dimantrakannya. Lagi pula baru kali ini hal ini terjadi. Sepertinya Cassandra bisa menyimpulkan bahwa terjadi sebuah gejolak aneh yang langsung diketahui oleh dirinya. Sepertinya Cassandra suka pada pria ini. Tapi tunggu dulu! Belum saatnya Cassandra membuka hati untuk seorang pria baru yang akan mencintainya. Apalagi menilik dari kejadian yang pernah terjadi, Cassandra tak mau hatinya terluka lagi. “Sepertinya, aku butuh istirahat dulu. Mas, bolehkan aku melanjutkan pekerjaan ini besok. Bisa kamu sharelock lokasimu besok agar kita bisa bertemu lagi,” ucap Cassandra sambil melajukan kakinya ke arah lift untuk turun ke tempat parkir tempat dimana motor mio miliknya terparkir. Setelah Cassandra pergi, datanglah Laura yang mulai muncul seolah sudah direncanakan olehnya. Laura datang sambil membawa sebungkus 3 gelas Boba. Laura yang baru masuk tampaknya kaget, karena di tempat ini hanya ada Sebastian, tidak ada Cassandra pun sama sekali. * Cassandra berada di bawah lapangan parkir. Akhirnya gadis ini bisa bernapas dengan lega karena sudah bisa meninggalkan pria itu, gara-gara pria itu Cassandra terpaksa melanjutkan pekerjaannya menulisnya baru setelah itu mengirimkan draft kepada pria itu. Untuk saat ini Cassandra bengong karena memikirkan perbuatan Sebastian seolah telah terjadi sebuah kejadian Dejavu. Cassandra menampar dirinya sekuat tenaganya agar bisa sadar. Lebih baik dirinya pikiran Masa depannya daripada memikirkan hal ini Setelah dirinya sudah mau pulang tetapi tiba-tiba Cassandra mendapatkan panggilan telepon dari klien abadinya. Dengan terpaksa dia pun menjawab panggilan itu. Dia berharap semoga panggilan ini tidak membuatnya menjadi gadis gila yang harus meladeni sang ratu yang banyak maunya. Dia pun menyiapkan hatinya tetapi justru dia hanya mendapatkan omelan. Sungguh, Cassandra hanya bisa menghela napasnya dengan kasar atas cobaan ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN