Evan melirik-lirik Lyssa takut. “Sorry, tadi Mama yang nyuruh jemput,” ujarnya. Lyssa mengembuskan napas kesal, mencoba menenangkan emosinya yang meletup-letup. “Di lantai dua kan?” tanya Lyssa. “Iya.” Evan berjalan menuju eskalator tapi Lyssa berbelok, mencari lift. Malas sekali dia harus naik eskalator bareng Evan. Evan yang melihat Lyssa berbelok ikut memutar arah. Kakinya yang panjang melangkah lebar membuntut sang mantan. Ia yang memang dari dulu selalu gentleman, bergegas berjalan di depan Lyssa, memanggil lift. “Hmph!” Lyssa memalingkan wajah. Evan tersenyum simpul. Lama tak bertemu Lyssa, gadis itu semakin menarik saja. Eh? Evan mengusap wajahnya khilaf. Ding! Pintu lift terbuka. ‘Hmph! Kenapa pas sepi sih?’ batin Lyssa kesal. Suasana dalam lift super super canggung di an

