Bab 2 Aku Tidak Bersalah Karena Membawamu Pulang

1510 Kata
Wow! Apa yang sebenarnya terjadi? Tapi, aku langsung menduga bahwa dia mungkin salah mengiraku sebagai pacar atau suaminya. Aku ingin menepisnya, tapi dia sudah memelukku dengan erat. Saat merasakan tubuhnya yang hangat dan halus seperti sutra, mataku memerah. Juga saat aku mencoba mencium tubuhnya, darahku rasanya seperti mendidih. Aku sempat merasa ragu untuk beberapa saat, namun akal sehatku berhasil melawan. Jadi, aku dengan hati-hati menidurkannya di sofa. Cahaya di ruangan itu cukup terang, yang membuatku bisa melihatnya dengan jelas. Dua rona merah menawan di pipinya membuatnya semakin manis dan terlihat seperti orang yang sedang mabuk dan seperti seseorang yang baru saja mendapatkan kepuasan setelah melakukan hubungan badan. Pada saat ini, napasnya masuk keluar dengan sangat cepat, dan kedua payudaranya yang besar terus mengikuti irama napasnya. Apalagi setelah kejadian tadi, pakaiannya menjadi acak-acakan dan payudaranya tersingkap setengah terbuka. Pemandangan ini benar-benar membuat darah orang manapun menjadi mendidih. Aku terpana saat melihat kaki panjang, halus, mulus dan seputih mutiara tergeletak lemah di sofa, rok pendeknya sedikit terangkat, dan celana dalam ungunya tersingkap ke luar. Mataku tidak bisa melepaskan diri darinya lagi, dan sebuah bisikan terus memberitahuku di hati, seolah menyuruhku untuk menyentuh wanita itu. Sambil memikirkan hal ini, aku menelan ludah, lalu mengulurkan tanganku yang gemetar, dan meraih kaki putih mulusnya yang lemah di tepi sofa, kemudian dengan lembut aku mengusapnya, samar-samar merasakan dingin kulitnya. Dengan ragu-ragu aku menggerakkan telapak tanganku ke atas perlahan, dan aku hampir menyentuh area paling sensitifnya. Dia tampak mengerutkan kening, dan dia melipat kakinya sehingga membuat telapak tanganku terjepit di antara pahanya. Aku tidak tahu dari mana keberanian ini datang, aku mulai merentangkan kakinya dengan tenagaku, dan terus menyentuhnya. Ketika aku menyentuh celana dalam rendanya, tubuhku rasanya seperti tersengat listrik. Meski tertutup celana dalamnya, namun aku masih bisa merasakan dengan jelas rasa hangatnya. Aku tidak bisa menahannya! Aku menekan tanganku sedikit, mencoba untuk membuat sentuhanku lebih kuat. Namun, dia tiba-tiba memutar badannya dan mengerang dua kali yang membuatku terkejut seketika. Rasanya, ada getaran di hatiku, dan penisku yang awalnya terasa sangat tegang juga menjadi lemas dan terkulai ke bawah. Dalam keputusasaan, aku menenangkan pikiranku dan memanggilnya perlahan, "Cantik, Cantik..." Aku memanggilnya beberapa kali, tetapi dia tidak menjawab sama sekali. Tepat ketika aku hendak pergi, tiba-tiba aku mendengar dua kata, "Cepat, cepat setubuhi aku!" Dia terdengar sangat b*******h. Saat aku masih terdiam berpikir, tubuh wanita ini sudah menggeliat-geliat seperti ular, dia terus menarik bra dan celana dalamnya. Aku pun tidak peduli lagi dengan kekhawatiranku. Langsung saja, aku mengulurkan tanganku ke arah kedua payudaranya yang kenyal dan mulai meremasnya. Sungguh luar biasa! Ini pertama kalinya aku merasakan p******a yang begitu lembut dan besar. Benar-benar menarik hati. Setelahnya, aku merasa bahwa pakaian dan bra-nya menghalangi. Dia juga nampaknya ingin aku untuk menyingkirkan apapun yang menghalangiku untuk menjamahnya. Dia sungguh terlihat penuh nafsu. Meskipun dia masih nampak lemas karena mabuk, dia masih mampu untuk melepas bra dan celana dalamnya. Aku memantapkan hati pada saat itu dan langsung saja mengulurkan tangan ke kancing di bagian depan pakaiannya. Setelah membuka kancing, dia membuka pakaiannya dengan dua tangan, sekaligus membuka kancing bra-nya. Aku melihat dua p******a menjulang keluar di depan mataku, dan dua putingnya naik turun seirama dengan napasnya. Bentuknya sangat indah dan berwarna merah muda. Aku tak bisa mengendalikan diri lagi untuk memegang payudaranya dengan tanganku, lalu dengan lembut memainkan putingnya menggunakan jariku. Aku bisa mendengar nafasnya semakin berat, dan saat aku memainkan putingnya menggunakan jari-jariku, dia terus mengeluarkan desahan yang semakin membuatku b*******h. Rasanya nikmat sekali! Pada saat itu, dia tiba-tiba memajukan mulutnya dan menciumku. Bagaimana aku bisa menolak? Kemudian aku menggigit bibirnya yang berbentuk ceri itu dan terus menciumnya. Dia menjulurkan lidahnya hingga menyentuh lidahku. Oh! Sepertinya dia sudah sangat berpengalaman dalam hal ini. Setelah berciuman beberapa saat, entah bagaimana salah satu tangannya telah menembus ke selangkanganku, dan kemudian menyentuh kemaluanku yang sudah benar-benar tegang. Aku meresponnya dengan penuh gairah. Sembari mencium, juga meremas payudaranya dengan satu tangan, akhirnya kuberanikan diri untuk membuka resleting roknya secara langsung. Dengan sedikit tarikan, celana dalamnya telah juga ikut terlepas. Aku tidak sabar untuk menggerayangi pantatnya yang bulat. Aku merabanya dua kali, dan jari-jariku tidak bisa menahan diri untuk tidak bergerak ke bawah. Dia sudah sangat basah. Vaginanya terasa sangat becek. Ini berarti foreplay-nya sudah cukup atau sebenarnya memang tak perlu foreplay sama sekali. Aku langsung melepas ikat pinggangku, dan juga melepas semua celanaku. Dengan sedikit kasar, aku membuka kedua kakinya dan mulai menyetubuhinya. Namun, saat aku menyentuh vaginanya yang nampak merah merona, aku sedikit berfikir bahwa dia belum pernah mencoba hal ini, jadi aku sedikit melambat. Rasanya sungguh hangat, dan sempit… Huh, namun seperti ada sesuatu yang menghalangi. Mungkinkah dia… Oh, aku sangat gembira. Apakah dia masih perawan? Sialan! Aku tidak peduli. Saat memikirkan hal ini, aku tidak ragu lagi, dan hanya fokus untuk menyetubuhinya. Dia mengerutkan kening dan mengerang karena sakit, yang pada akhirnya hanya membuatku semakin terangsang. Aku akhirnya bisa merasakan v****a seorang wanita perawan. Karena didorong oleh pikiran liar ini, aku terus menggoyangnya. Awalnya dia ingin mendorongku menjauh, tetapi setelah berusaha keras dua kali, dia perlahan mulai terbiasa, dan ada rasa kenikmatan dalam rintihannya yang sedikit menyakitkan. Pada akhirnya, dia benar-benar menjadi semakin bernafsu, seolah-olah dia mencoba melayani setiap gerakanku. Dia nampak sangat menggairahkan sampai aku bahkan tidak bertahan sepuluh menit untuk klimaks pertama kalinya. Untungnya, aku sudah lama tidak menyentuh seorang wanita, dan kami segera masuk ke ronde kedua. Setelah melakukannya satu kali tadi, aku menjadi tidak kasar sama sekali. Tetapi aku masih mempunyai sedikit akal sehat di hatiku, dan aku tak berani meninggalkan jejak di dalam tubuhnya. Setelah merasa kelelahan, aku duduk diam di ruang tamu sembari memandangi wanita yang tertidur itu, kemudian aku mengerutkan kening. Meskipun tadi dia sangat terlihat menikmatinya, akankah dia memanggil polisi ketika dia bangun? Sembari memikirkan hal ini, aku terus memandangi wanita telanjang itu. Tak lama kemudian, sebuah ide muncul di otakku. Aku berjalan menuju wanita itu, kemudian memasukkan kemaluanku di mulutnya, lalu membuat payudaranya menjepit kemaluanku, dan memasukkannya juga di vaginanya dan mulai mengabadikannya dengan ponselku. Aku sangat puas saat melihat foto-foto ini. Kemudian aku menyimpan kembali ponselku dengan hati-hati. Aku berbalik dan mencoba untuk menyetubuhi wanita itu lagi. Setelah aku mencoba berbagai gaya dan merasa terpuaskan, aku mengeluarkan kekuatan terakhirku. Kemudian, aku berbaring santai di sofa sambil menunggu wanita itu bangun. Jika dia berani memanggil polisi, aku bisa mengancamnya dengan foto-foto vulgarnya yang telah aku simpan. Saat memikirkan hal ini, mataku semakin berbinar, dan semakin aku memikirkannya, semakin pula aku berpikir bahwa ini adalah rencana yang cukup bagus. Aku melihat jam, dan ternyata sudah jam enam. Aku hendak berdiri untuk mencari seteguk air, namun tiba-tiba wanita itu bangun dan duduk. Aku langsung terpana, dan ingin menutup mulutnya untuk mencegahnya berteriak panik. Namun, dia tampaknya belum sepenuhnya bangun, meskipun matanya terbuka, rupanya masih ada sedikit raut linglung di wajahnya yang cantik. Tiba-tiba, dia sepertinya menyadari sesuatu dan ingin berteriak, tapi sayangnya aku menutup mulutnya. Dia memiliki ekspresi ketakutan di wajahnya dan membuat suara rengekan, membuat perasaan yang tak tertahankan muncul di hatiku. Tapi akal sehatku memberitahu bahwa ini bukan waktunya untuk berhati lembut. “Jangan berteriak. Mari kita bicara baik-baik tentang apa yang kulakukan padamu kemarin. Tapi sebenarnya kau yang duluan menginginkannya. Aku hanyalah pria dewasa yang kuat dan memiliki gairah sehingga aku tidak bisa menolak. Kau bisa memanggil polisi dan aku bersedia menerima sanksi hukum jika aku melakukan kesalahan. Tetapi, kau juga akan menjadi pembicaraan di seluruh kota. Dampaknya tidak akan baik untukmu.” Aku lanjut bicara, menatap langsung pada kedua matanya, “Aku akan membiarkanmu lepas saat ini, kau bisa menentukan sendiri pilihan mana yang ingin kau ambil.” Selesai dengan ancamanku, aku melepaskan mulutnya. Dia benar-benar tidak berteriak, tetapi meringkuk di sudut sofa. Aku tidak bisa menahan tawa, “Jangan sembunyikan tubuhmu, aku sudah bermain dengan semua bagian tubuhmu tadi malam, dan aku bahkan memotretnya. Apakah kau ingin melihatnya? Aku bisa menunjukkannya padamu.” Tidak peduli apa jawabannya, aku langsung mengeluarkan ponselku, lalu mengeluarkan kumpulan foto itu dan memperlihatkan semuanya di depannya. Dia menangis sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala. “Ngomong-ngomong, siapa namamu? Jika kau tidak memanggil polisi, aku sebenarnya bisa menemukan cara untuk memberikan kompensasi padamu. Meskipun aku tidak mampu, aku merasa tidak enak jika aku tidak mengganti rugi untuk wanita sepertimu.” Kataku tiba-tiba. Meskipun pikiran pada saat itu dimaksudkan untuk damai, aku bersumpah benar-benar ingin menebus kesalahanku kepadanya. Namun dia hanya mengabaikanku. “Atau kau bisa memanggil polisi,” lanjutku dengan suara lirih. Kali ini, dia melirik dan berkata, “Aku tidak menyangka para lelaki itu yang memasukkan obat dalam minumanku, tapi malah kau yang melakukannya. Keluar dari sini! Hapus foto itu, aku tidak ingin melihatmu lagi!” Hah? Ternyata ada cerita di balik semua ini! Karena fakta tak terduga ini, aku seperti merasa tidak hanya mengambil ikan mati saja, namun juga seolah memotong mangsa orang lain dengan tidak sengaja. Tidak heran dia sangat b*******h tadi malam, rupanya karena telah dia sudah diberi obat. Namun yang paling penting adalah, dia tidak berniat memperpanjang masalah ini dan hanya menyuruhku untuk keluar! Sayangnya, aku masih merasa bahwa aku belum juga dimaafkan olehnya, jadi aku masih enggan pergi dari sini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN