#16 : Salah Sasaran

1506 Kata
Meeting hari pertama di Surabaya berlangsung cukup lancar sejak pagi hingga selesai tepat di pukul lima sore. Lily yang bertugas sebagai notulis yang merekam hasil rapat, sibuk mengirim notulen melalui e-mail kepada para peserta rapat. Sementara Trevor sendiri sedang keluar ruangan meeting untuk menerima telepon. Tebakan Lily sih, pastilah telepon dari Ethan. Di ruang meeting saat ini hanya tersisa staf-staf bawahan yang terlalu malas untuk kembali ke ruangan mereka, karena merasa tanggung dengan pekerjaan yang sedikit lagi selesai. Juga ada beberapa staf dari Jakarta yang ikut dinas ke Surabaya, termasuk Lily di dalamnya. "Nggak rugi kita minta si bos datang ke sini," ucap salah satu peserta rapat yang merupakan karyawan divisi keuangan di cabang Surabaya. "Masalah semuanya langsung kelar nggak pake lama." "Namanya juga pimpinan," sela staf yang lain. "Kalau nggak bisa cari solusi yang tepat ya nggak bakalan kepilih jadi CEO." "Ih, gimana sih? Kan bos kita juga jadi pimpinan karena nepotisme. Namanya juga perusahaan keluarga. Untung saja Pak Trevor memang benar-benar cerdas, memiliki kemampuan memimpin perusahaan, plus hot daddy pula!" Seru seorang staf wanita yang kemudian terkikik genit. 'Ck, dasar tukang gibah. Mulutnya pada lemes banget kaya cetekan magicom!' sungut Lily dalam hati sambil terus melanjutkan pekerjaannya. "Eh, denger gosip nggak? Katanya Pak Trevor sedang dekat sama salah satu wanita karyawannya di Kantor Pusat Jakarta. Wuih, beruntung banget tuh cewek! Berasa dapet jackpot kali yah?" "Siapa dia? Ada bocoran namanya nggak? Rasanya mau sungkem deh, bisa-bisanya naklukin duda hot daddy yang dingin dan datar gitu. Suhu banget pasti tuh cewek!" Lily hanya bisa menelan ludah ketika para bajigur itu malah ngerumpiin bos mereka tanpa peduli dengan keberadaannya. Tadinya Lily berniat menegur, tapi ketika topik gibah akbar itu berubah menjadi sosok wanita yang dekat dengan Pak Trevor, dirinya malah kepengen mendadak bisa bertransformasi jadi ubur-ubur di Spongebob saja. 'Aarrgghh!! Please balikin topik gibah mereka kembali ke Pak Trevor lagi saja, Tuhan!!!' "Lily, kamu kan sekretaris pribadi Pak Trevor. Pasti tahu dong, siapa wanita yang kabarnya bikin bos hot daddy jatuh hati?? Ayo, bagi-bagi infonya!" desak seorang staf wanita dengan rambut berpotongan bob dengan poni. "Eh? Kalian bicara apa sih?" Timpal Lily yang mulai berlagak bego. "Wanita yang mana ya? Rasanya aku nggak pernah lihat Pak Trevor sama wanita lain deh." Nah, kalau ini dia jujur. Memang bosnya itu kan tidak pernah jalan sama wanita lain. "Ah, Lily ngga asik!" gerutu salah seorang. "Tapi wajar sih, dia kan bawahan langsung Pak Trevor. Pasti ngga berani ngomongin si bos. Ya kan?" "Jangan mengelak deh, Ly. Apa salahnya sih bagi info ke kita-kita? Kalau kamu takut, spill inisialnya saja deh, biar kita yang cari tahu sendiri." Lily bergidik ngeri ketika tiba-tiba saja dirinya sudah dikerumuni oleh para staf wanita yang menuntut jawaban darinya. Heh, ini mau nanya apa mau ngeroyok sih?? Lily sebenarnya adalah cewek pemberani, atau lebih tepatnya nekat-nekat bodoh sih. Tapi entah kenapa, ia lebih suka menghadapi preman daripada segerombolan fans berat Trevor Bradwell yang wajahnya lebih nyeremin daripada denda cicilan telat bayar. "Ehem." Suara deheman pelan namun penuh aura mengintimidasi dan maskulin itu pun sontak membuat semua kepala menatap ke arah pintu ruang meeting, dimana sosok yang mereka gosipkan ternyata sudah berada di sana. Lily bersorak gembira dalam hati karena kehadiran si bos yang mukanya lempeng itu telah menjadi penyelamatnya dari interogasi bar-bar penduduk ruang meeting. Dalam hati ia juga menertawakan wajah-wajah pias yang langsung kembali ke kursi mereka masing-masing dan kembali bekerja, mencoba menyelamatkan diri dari kemurkaan sang pemimpin yang melihat bawahannya malah bergerombol ngga jelas, alih-alih menyelesaikan pekerjaan. "Lily, ayo ikut saya. Kita cek lokasi pembangunan hotel baru dulu sebelum kembali ke hotel." "Baik, Pak." Dengan perasaan lega luar biasa, Lily pun membereskan peralatannya dengan cepat, lalu melangkah mendekati Trevor. "Oh iya, buat semua yang tadi memaksa sekretaris saya dengan pertanyaan tidak bermutu dan tidak ada kepentingan dengan pekerjaan... selamat. Besok kalian akan mendapatkan SP-1." Setelah mengucapkan beberapa kalimat yang serupa sebuah ledakan bom bagi yang merasa, Trevor pun melangkah pergi dengan Lily yang mengekorinya di belakang. *** "Kok kita ke sini sih, Pak?" Lily menatap Trevor bingung, ketika bosnya itu malah membawanya ke sebuah nightclub yang berada di dalam hotel yang sama dengan tempat mereka menginap, alih-alih kembali ke kamar masing-masing "Tahun lalu tim marketing kantor cabang Surabaya berhasil revenue goal melebihi target. Jadi ini semacam reward buat mereka selain bonus," jawab lelaki bersurai pirang itu. "Terus, kenapa saya harus ikut juga? Kan ini reward untuk tim marketing," protes Lily. Jujur ia malas sekali party-party di nightclub begitu, apalagi setelah meeting seharian, kunjungan ke lokasi, dan makan malam dengan klien perusahaan. Yang Lily inginkan saat ini hanyalah pulang ke kamarnya, mandi, lalu rebahan sambil scroll i********: nontonin gosip selebritis. Lagipula setelah seharian sejak pagi hingga malam dia terus bersama Pak Trevor, masa iya malam sampai subuh juga?? "Saya sengaja ajak biar kamu ngga overthinking. Dari tadi saya perhatikan, sebentar-sebentar kamu melihat ponsel terus, dengan tatapan kosong begitu pula. Kenapa? Rama nggak memberi kabar ya?" Lily mengerjap kaget ketika bos bulenya itu menebak dengan sangat tepat apa yang ia risaukan sejak tadi. Gadis itu pun tertawa canggung sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Haha. Bapak bisa saja. Saya nggak sebentar-sebentar liat ponsel kok," elak Lily. "Ya kalau begitu kamu tetap harus ikut. Saya juga sama capeknya, jadi tolong temani dan jaga saya." Lily mengernyitkan keningnya bingung. Kayaknya ada kalimat yang aneh deh. "Tunggu. Jagain Bapak? Dari siapa?" "Mungkin kamu nggak percaya, tapi saya berkata jujur. Kadang-kadang wanita-wanita di nightclub itu sangat menakutkan dan nekat. Tugas kamu adalah menjaga saya dari mereka. Mengerti?" Trevor kemudian menarik tangan Lily untuk berjalan masuk ke dalam klub malam, yang masih bengong karena belum mengerti dengan maksud dari perkataan bosnya itu. *** Oke, sekarang Lily baru mengerti. Setelah beberapa saat di dalam nightclub bersama Pak Trevor, Lily sadar bahwa bosnya itu bagaikan magnet bagi para makhluk berjenis kelamin wanita di dalam klub. Wajah bulenya yang tampan serta penampilannya yang serius dan menguarkan aura kental seorang CEO, membuat mata setiap wanita meliriknya dengan penuh kekaguman. Terhitung baru dua puluh menit mereka berada di meja bar, sudah empat orang wanita yang Lily usir karena dengan terang-terangan berniat menggoda bosnya itu. Hufft... "Jadi Bapak mengajak saya cuma buat ini?" Dengus Lily sebal, sembari menatap iri ke arah tim marketing cabang Surabaya yang asyik berpesta. Trevor menyembunyikan senyumnya melihat bibir Lily yang cemberut. "Ya nggak juga sih, saya kan nggak menyuruh kamu untuk mengusir wanita-wanita itu." "Loh, ini gimana sih? Kan tadi Pak Trevor minta saya untuk menjaga Bapak?" "Benar. Tapi menjaga bukan berarti mengusir juga kan? Bisa saja dengan kamu membiarkan mereka mendekati dan mengobrol dengan saya? Asalkan masih dalam batas wajar sih, saya rasa nggak masalah." "Hah?? Jadi asumsi saya salah dong?" Lily mengerang kesal dan mengutuk diri sendiri yang terlalu berlebihan dalam melaksanakan perintah. "Terus ngapain tadi saya sampai mengusir mereka? Ish." Trevor tertawa kecil melihat kegusaran di wajah sekretarisnya. "Tidak mengapa, saya suka dan cukup puas dengan kinerja kamu kok. Seperti biasa, kamu selalu all out. Good, Lily." Lily menatap Trevor dengan mata menyipit penuh dendam. Entah kenapa, ia merasa kalau Trevor sepertinya sengaja menjebaknya dengan permainan kata-kata. Ia ingin mengucapkan balasan berupa sindiran, namun kedatangan seseorang membuatnya membatalkan niatnya. "Halo, Pak Trevor. Boleh minta waktu Bapak untuk bicara sebentar?" Suara lembut dan serak mendayu penuh rayu itu adalah milik Celline, staf bagian keuangan dari kantor pusat Jakarta yang memang kebetulan ikut dalam rombongan dinas ke Surabaya. Lily menatap datar wanita berpakaian seksi dengan gaun serupa kemben di bagian atas dan rok mikromini di bagian bawah. Celline itu cukup terkenal di kantornya karena cantik dan seksi, tapi Lily juga tahu bahwa gadis itu sudah lama menyukai Pak Trevor. "Oh, Celline? Apa yang mau kamu bicarakan?" Trevor melirik sekilas ke arah Lily yang kali ini benar-benar diam tak mengusir Celline. "Sebelumnya, ini saya bawakan minuman untuk Bapak. Jangan khawatir, tidak mengandung alkohol sama sekali kok," tutur Celline sambil tersenyum dan duduk di samping Trevor. Tak berapa lama kemudian, Celline dan Pak Trevor pun terlibat dalam pembicaraan serius tentang pekerjaan, yang sesekali diselingi dengan canda tawa. Lily yang merasa tersingkirkan pun semakin cemberut. Hih, daripada dikacangin mending balik aja deh kek kamar! Sebodolah dengan tugas menjaga pak bos. Lha itu kan udah ada Celline! Gadis bersurai legam panjang itu pun akhirnya memutuskan untuk pergi saja. Toh, Pak Trevor juga nggak bakalan nyadar karena terlalu sibuk mengobrol. Sambil mendengus kecil, Lily pun meraih gelas minumannya dan mereguk isinya hingga tandas dengan menggebu-gebu karena kesal, sebelum melangkah pergi. "Lily, kamu ngapain?" Trevor tiba-tiba saja memperhatikan sekretarisnya itu dengan kening berkerut. "Saya mau kembali ke kamar saja, Pak. Kelihatannya Bapak juga sudah tidak butuh dijaga lagi, kan?" Sindir gadis itu. Helaan napas pelan pun menguar dari bibir Trevor mendengar jawaban ketus sekretarisnya. "Bukan itu maksud saya. Tapi kamu ngapain meminum punya saya? Itu kan minuman yang diberikan oleh Celline," tukas lelaki itu dengan wajah datar. Berbanding terbalik dengan Lily yang serta merta terkejut setengah mati, dan Celline yang sontak memucat setelah mengetahui bahwa bukan Trevor Bradwell yang meminum cairan mocktail dari gelas yang ia bawa, melainkan sekretarisnya. Gawat. Ia sudah salah sasaran.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN