5 tahun setelahnya
Reyhan berjalan dengan tak tentu ke arah ujung g**g kecil. Bau semerbak alkohol tercium sampai keluar. Reyhan ingin muntah! Gangnya sangat sempit. Penerangan hanya lampu remang-remang biasa. Ia bisa melihat beberapa pria dan wanita bermain memuaskan nafsu mereka di kegelapan.
Reyhan tersandung, ia tidak sengaja menginjak botol dan menabrak pria yang sedang memuaskan nafsunya itu. Ia panik.
"Ck!" Pria tersebut berdecak. Reyhan langsung membungkuk beberapa kali meminta maaf. Ia kemudian langsung lari masuk ke dalam bar.
Ia masuk. Bau alkohol di dalam ternyata tidak seberapa buruk, tidak seperti di luar. Sebenarnya, ini adalah kali pertama Reyhan menginjakkan kakinya di bar. Ia sebenarnya agak takut, namun apa boleh buat.
Ia menuju bartender di sebelah sana. "Aku minta alkohol dengan kadar yang paling rendah!"
Bartender di sana tersenyum. Ia memberikan jempolnya. "Baru pertama kali pergi ke sini?"
Reyhan bingung apakah ia harus menjawab pertanyaan orang yang tidak ia kenal. "Ya, benar," ujarnya sambil mengangguk pelan.
Selang beberapa waktu, minumannya sudah datang. Namun Reyhan tak kunjung meminumnya, ia bingung!
Kring, kring...!
Pintu bar berbunyi. Reyhan dengan penasaran melirik ke arah pintu mencari tahu siapa yang masuk. Mereka adalah pasangan yang ada di luar bar. Pria yang ia tabrak. Ia melirik matanya, seperti ada yang familiar setelah melihatnya dengan jelas. Tiba-tiba pandangan mereka bertemu. Reyhan segera mengalihkan pandangannya.
"Apakah aku harus meminumnya?" tanya Reyhan kepada dirinya sendiri.
Dengan tekad, Reyhan mencoba meneguknya dengan perlahan.
"Fine! Tidak buruk untuk kesan pertama terhadap alkohol." Ia tersenyum, merasa puas akan dirinya.
Reyhan meneguknya sekali lagi. Ia tidak sadar bahwa ia sudah menghabiskan beberapa gelas. Wajah Reyhan memerah, ia sudah mabuk. Namun tangannya ingin meraih kembali gelas tersebut.
"Sudah cukup, kamu sedang mabuk!" Tiba-tiba ada yang merebutnya.
"Hey, kamu siapa? Kenapa mengambil punyaku?" Reyhan menatap wajah laki-laki yang merebut gelasnya. Laki-laki yang ada di luar bar.
"Aku mengenalmu! Kamu laki-laki yang ada di luar bar!" Reyhan meracau. Ia beberapa kali memukul lengan laki-laki itu.
Reyhan kemudian tidak sadarkan diri. Ia terjatuh ke samping. Beruntung ada laki-laki itu yang langsung menangkapnya.
"Mau aku apakan dia?" tanya laki-laki itu kepada dirinya sendiri.
***
Malam sudah berganti pagi. Suara dering alarm HP yang berbunyi sejak satu jam yang lalu akhirnya membangunkan Reyhan. Tangannya menjelajah mencoba meraih HPnya. Ia masih belum sadar ia sedang tidur di mana.
"Kamu nggak mau bangun?" tanya seseorang. Reyhan sadar, ia mendengarkan suara itu. Ia berpikir keras suara siapa yang bisa seberat itu.
Ia dengan cepat bangun. Melihat ke sekeliling. Ia menemukan seorang laki-laki sedang bersandar di meja. Matanya membulat.
"KAMU SIAPA?" Reyhan berteriak.
"Seharusnya aku yang bertanya!"
Reyhan melihat dirinya. Bajunya masih sama. Ia menghembuskan nafas lega. Laki-laki tersebut melihatnya dengan keheranan.
"Aku lagi ada di mana?" tanya Reyhan. Ia melihat sekeliling, kebingungan.
"Kamu semalam mabuk, lalu pingsan. Aku tidak punya pilihan selain membawamu ke apartemenku."
"Terimakasih banyak atas bantuanmu. Aku minta maaf sudah merepotkan. Tapi aku harus pergi, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan." Reyhan berdiri, membereskan barang-barangnya dan kemudian keluar.
Laki-laki tadi tersenyum. Ia berjalan ke arah kasur dan mengambil dompet Reyhan yang tertinggal. Ia membukanya, melihat kartu pengenal Reyhan yang terpampang di sana.
"Aku menemukanmu, bocah sialan."