Ciuman Pertama

1444 Kata
"Bagus banget, cantik," jawab Peter yang masih terkagum-kagum dengan kecantikan yang dimiliki oleh Cella adik angkatnya ini. Peter sama sekali tidak menyangka bahwa Cella adik angkatnya ini akan tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang mempesona seperti sekarang ini. Pasalnya, sejak kecil Cella adalah anak yang selalu ingusan karena alergi cuaca dan super tomboy, yang selalu membuat Peter geleng-geleng saat melihat tingkahnya itu. Mendengar bagaimana Peter memujinya seperti itu membuat pipi Cella bersemu merah dan terasa panas. Sadar dengan perubahan wajahnya, Cella mengibaskan gaun yang dipakainya. "Pipi kamu merah tuh." Ucapan itu bukannya membuat debaran di jantung Cella mereda malah semakin berdebar tidak karuan. "Kak Peter ih." "Emang kenyataannya gitu," sahut Peter yang menjawabnya dengan singkat seraya mengambil ponselnya dan mulai mengambil foto Cella dengan berbagai gaya. "Yang keren kak, kamera 360, biar cucok eum?" pinta Cella yang malah mulai eksis bergaya bak foto model profesional, serta berusaha mengabaikan perasaannya yang sedang kacau balau. "Gak perlu, gini juga udah cantik banget," puji Peter lagi saat menyudahi mengambil foto Cella, lalu memasukan ponsel miliknya ke dalam saku celananya. Peter berjalan mendekat, tatapannya melekat jatuh pada Cella. "Ganti baju dulu sana." "Oke." Dan setelah itu Cella langsung melepaskan kembali gaun yang ia pakai, membungkusnya dan langsung pulang ke rumah karena jam 3 ini MUA yang di sewa Nyonya Arnold akan segera datang. "Mamih..." Kebiasaan Marcella itu kalau sampai di rumah akan langsung meluk Nyonya Arnold dan menghujaninya dengan kecupan bertubi - tubi. Itu karena dia terlalu sayang pada Ibu angkatnya ini. "Anak mami, udah makan belum kamu?" tanya Nyonya Arnold saat Cella masih memeluknya dengan erat. "Belum, laper ini juga Mih," jawab Cella dengan polosnya. "Ya udah gih sana makan dulu, abis makan langsung mandi terus make up," ucap Nyonya Arnorld yang kemudian mengecup sayang pipi Marcella. Melihat kedekatan Ibu serta Adiknya membuat senyum Peter kian melebar. Sisi jahilnya pun keluar, menggoda keduanya. "Mih, Peter nggak ditanyain udah makan apa belum?" ucap Peter menyela perkataan maminya "Ngapain nanyain kamu segala? Udah gede blangkotan kayak gini," jawab Nyonya Arnold seraya mencebikkan bibirmya mengejek Peter. "Mami..." Saat sore menjelang, jam 3 tepat MUA pilihan Nyonya Arnold pun datang, begitu sampai di rumah tak itu hentinya MUA ini memuji kecantikan dan kelembutan wajah Cella yang mulus bak kulit bayi, dengan sigap merekapun segera melukis wajah Cella dengan kuas ajaib mereka, menciptakan wajah yang begitu cantik menawan melebihi kecantikan para putri di kerajaan dongeng. "Syudah selesai nona muda," ucap sang Mua saat ia mengusapkan kuas terakhir di wajah Cella dengan ceria. "Duh.. Cantik banget kamu sayang, semoga cepet dapet jodoh yah," lanjut sang MUA yang gendernya setengah jadi-jadian itu. "Ah... kakak bisa aja," sahut Cella yang diiringi dengan tawa renyah darinya. "Ehh.. beneran lho, wajah kamu itu cucok meong siapa sih yang nggak tersepona dengan kecantikan kamu hai nona muda, sampai si ganteng kakakmu itu betah nongkrongin kamu dari awal sampai akhir," jawab MUA ini sambil melirik ke arah Peter yang sedang duduk manis di belakang Cella namun tetap sok sibuk dengan iPadnya. "Gue cuman takut adek gue di grepe grepe ama elu," ketus Peter sambil mendelik sadis hingga membuat MUA ini jadi bergidik karena takut. "Si kakak galak amat yak, ganteng-ganteng tuh ndak boleh begitu lho sayang, ntar gantengnya luntur," sahut si MUA dengan tangannya yang melambai lambai bak rayuan pulau kelapa. "Ihh.. najis loe, udah sana kerja lagi." Peter langsung bangkit berdiri dan meninggalkan Cella disana. Dia tidak mau berurusan lagi dengan Mua jadi-jadian yang membuatnya risih. Sementara Cella nya sendiri sih cengar cengir aja liat kelakuan absurd Peter yang akhir akhir ini aneh banget dan nggak kayak biasanya dia kayak gitu. "Ayo ah kita berangkat keburu siang," ajak Tuan Arnold dengan lantang saat waktu sudah menunjukkan bahwa mereka harus segera pergi. Menyadari ada kekeliruan dari kata-kata tuan Arnold, Cella buru-buru mengkoreksinya. "Keburu malem pih, bukan siaaangg hadeuh." Spontan balasan Cella langsung mengundang gelak tawa dari tuan dan nyonya Arnold sekaligus Peter yang ada di belakang mereka. Pesta pernikahan ini berlangsung begitu megah mewah dan meriah, ketika keluarga Sutopo datang semua mata langsung tertuju pada Tuan dan Nona muda mereka yaitu Peter Arnold Sutopo dan Marcella Frederica Chen, sepasang pria dan wanita yang memliki fitur wajah yang mempesona ribuan pasang mata yang hadir di dalam undangan ini. "Peter," sapa seorang pria muda tampan yang usianya sebaya dengan Peter. "Nelson, elu disini juga," jawab Peter saat Nelson mendekat ke arah nya. "Iya, baru balik kemarin," jawab Nelson yang kemudian pandangan mata Nelson langsung tertuju pada wajah cantik Cella. "Ini... Ini Cella yah?" Dia lantas mengulurkan tangannya pada Cella, namun sayangnya uluran tangan Nelson langsung di tepis keras oleh Peter. "Jangan sentuh adik gue, buduk entar dia kalau sentuhan ama elu," ketus Peter yang berbicara frontal pada Nelson tanpa peduli ada dimana mereka saat ini. "Anjir jahat loe, kakak yang posesif," sahut Nelson dengan mimik wajahnya yang nampak kecewa. Dia kemudian kembali menatap Cella dengan tersenyum. "Yang sabar ya Cella," ucap Nelson yang mendapatkan senyuman manis dari Cella. Sebenarnya di undangan ini yang menghampiri Peter bukan hanya Nelson saja tapi masih banyak yang lain dan semua pria yang mencoba menjabat tangan Cella namun sayangnya langsung di tepis mentah-mentah oleh Peter dengan berbagai alasan. "Kakak ihh... Kalau Kak Peter terus terusan kayak gini kapan Cella punya pacarnya? Cella juga pengen pacaran kak." Cella yang kesal dengan tingkah Peter ini langsung merengek dihadapannya. Namun tatapan Peter malah kian menajam padanya. "Ya udah kamu jomblo aja, lagian masih kuliah, yang dipikirin tuh kuliah yang bener bukan pacaran mulu," sanggah Peter yang membuat Cella langsung mendengus kesal padanya. "Jahatt!" ketus Cella pada Peter. Gadis berambut panjang itu lantas menghentakkan kakinya pergi menjauh dari Peter dengan rasa kesalnya yang menggunung pada Peter. Melihat bagaimana ekspresi yang ditunjukan Cella padanya tidak serta merta membuat Peter terpancing, dia tetap tenang menatap punggung yang kian menjauh darinya dengan pandangan yang rumit serumit hatinya. Waktu berlalu, Dan kini mereka sudah ada di penghujung waktu dimana saatnya pengantin melemparkan buket bunga untuk para tamu undangan yang jomblo. Cella beraksi, ia dengan semangat mengikutan acara ini dan udah siap-siap dengan melepaskan high heelsnya supaya bisa gampang depet bunganya, yang konon katanya kalau dapet bunga dari pengantin akan membuat si penerimanya juga cepat menikah. Iseng iseng berhadiah sih kalau kata Cella, haha... Sekalian berharap ia bisa menikah muda. And one two three four! Suara Mc bergema seiring dengan bunga di lempar ke arah tamu undangan yang antusias untuk dapat segera menerima buket bunga tersebut. Dan... pemenangnya adalah Cella, dia senengnya bukan main, jingkrak-jingkrak kayak anak kecil baru dibellin permen, namun karena Cella tidak berhati-hatinya jadinya si kaki Cella keserimpet, membuat dia oleng dan nyaris jatuh terjerembab di lantai. Di otak Cella dia berpikir bahwa dia bakalan jatuh ngegubrak jelek diatas karpet dengan disaksikan ribuan pasang mata, tapi nyatanya... Cella jatuh tepat diatas tubuh kekar Peter dengan bibir mereka saling bersentuhan satu sama lain, terkejut itulah yang mereka rasakan saat ini, kedua mata Cella membulat penuh saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Peter, detak jantungnya langsung berirama tak karuan, panas dingin langsung menyelimuti tubuhnya. Otaknya sempat kosong dalam beberapa detik, hingga akhirnya suara MC membangunkan dan mengembalikan otaknya ketempat semula. Dengan cepat Cella bangun dengan kondisi salah tingkah dan nggak tau kudu ngapain, sampai ia melihat Peter bangkit berdiri barulah, Cella langsung berlari menuju toilet. Di dalam toilet Cella menarik nafasnya dalam dalam, mengingat kembali adegan ciuman pertamanya tanpa di sengaja itu, ia mengusap bibirnya dan masih merasakan kenyal dan lembutnya bibir tipis Peter yang masih terasa membekas hingga saat ini. "Enggak Cella, dia kakak kamu sendiri, jangan ngaco Cella," ucap Cella seraya memukuli kepalanya sendiri dan menyesali atas apa yang sudah terjadi barusan. Entah sudah berapa lama Cella berada di kamar mandi, sampai pada beberapa waktu berlalu setelah ia menenangkan dirinya sendiri, dengan langkah tertunduk lemas Cella berjalan keluar dari toilet. Namun saat beberapa langkah berlalu, langkah Cella terhenti saat ia melihat sepatu yang bergelantung di depan matanya. Melihat sepasang sepatu yang ada di depan matanya membuat Cella teringat saat lempar buket bunga dan adegan ciuman tadi. Gara-gara kejadian itu membuat Cella lupa memakai kembali sepatunya, dan kini yang membawakan sepatunya adalah Peter yang tersenyum hangat ke arahnya. "Kakak." "Pakai dulu sepatunya, kamu pikir kamu ayam apa jalan kesana sini nggak pake saputu," ucap Peter yang langsung jongkok dan memakaikan sepatu pada Cella. Blush... Wajah Cella langsung merah merona saat ia melihat bagaimana Peter memperlakukannya dengan begitu lembut dan hangat. Cara Peter memakaikan sepatu pada Cella, entah mengapa terasa tidak seperti biasanya kala Peter membantu Cella berangkat sekolah dulu, semuanya terasa aneh. Kini jantungnya kembali berdetak tak berirama, Cella kembali dibuat salah tingkah dengan apa yang baru saja di lakukan oleh Peter padanya, kini Cella tak tahu harus bersikap seperti apa pada kakaknya ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN