"Ka Angga sudah sampai, De. Ade udah tidur belum?"
"Belum nih, Ka, nunggu pesan dari Kakak".
"Ade emang perhatian ya".
"Iya dong, Ka".
"Kita tidur yuk, sudah malam juga. Met bobo ya De".
"Met bobo juga Ka, mimpiin Lusi ya".
"Pasti, Ka Angga mikirin Ade terus biar nanti kebawa mimpi".
"Ka Angga sekarang bisa gombal juga".
"Bukan gombal, Lusi emang selalu di pikiran Kakak sekarang".
"Sekarang doang gitu, besok-besok gimana?"
"Iya maksud Kakak mulai dari sekarang sampai nantiiiiiiiii".
"Hehehehe, Ka Angga bikin Lusi melayang aja".
"Udah tidur gih. Kalau lanjut terus gimana Ka Angga mau mimpiin kamu".
"Iya, Ka Angga. Kita lanjut besok ya".
"Iya, De".
Keesokkan harinya, Angga beraktivitas seperti biasa, demikian juga Lusi pergi ke sekolah. Mereka hanya berkirim pesan saat malam hari karena kesibukan Angga.
"Malam, De. Ka Angga baru abis mandi. Ade lagi apa? Bagaimana sekolah hari ini?"
"Lusi baru selesai mengerjakan tugas, Kak. Iya, sekolah ya gitu aja tugas, belajar, tugas lagi. Ka, kapan kita bisa ketemu lagi? Lusi kangen, Ka Angga gak kangen apa sama Lusi?"
"Kangen dong, pengennya Ka Angga juga bisa ketemu kamu tiap hari tapi ya gimana, Ka Angga kan kerja, kamu juga sekolah. Ka Angga rencana hari Minggu ini mau bilang ke Abah kamu tentang kita. Ade sudah siap belum bilang ke Abah?"
"Iya, Lusi ngerti. Kalau soal Abah, Lusi siap bilang ke Abah, apalagi Ka Angga kan temanin Lusi".
"Nah, kalau nanti sudah dapat izin Abah kamu kan kita bisa jalan dan ketemuannya bisa lebih sering. Ka Angga kan pasti 3 hari sekali ke toko Abah, kita bisa sekalian ketemu, sekadar jalan sebentar, lebih leluasa kan, De".
"Iya, Lusi tunggu ya Minggu ini Ka".
Hari Minggu yang di nanti tiba, Angga tetap bekerja seperti biasa, selesai mengantar pesanan, Angga bergegas pulang, mandi dan berganti pakaian. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, saat Angga sampai ke rumah Lusi.
Terlihat toko Pak Harris masih buka. Pak Harris masih menjaga toko sedang Lusi juga menunggu kedatangan Angga di toko.
"Tumben Lus, kamu mau bantu Abah di toko, biasa kamu sudah di kamar?"
"Begini Abah, Lusi lagi menunggu tamu".
"Tamu, siapa tamunya sampai kamu gugup gitu?"
"Ehm.., bentar lagi juga nyampe Bah, Abah kenal kok orangnya".
Pak Harris semakin bingung dengan perkataan Lusi dan tak lama Angga tiba dan mengucapkan salam.
"Selamat malam Pak, malam De".
"Nak Angga, ada apa malam-malam kemari, bukannya gak ada jadwal mengantar".
"Saya kemari bukan mau mengantar roti Pak, saya... ".
"Abah, Ka Angga ini tamu yang Lusi maksud".
Pak Harris memandang mereka berdua dan segera bertanya.
"Ada apa ini maksudnya? Sepertinya kalian sudah cukup akrab, padahal sepengetahuan Abah kalian baru sekali bertemu".
Lalu Angga menceritakan pertemuannya dengan Lusi disekolahannya dan sejak saat itu mereka berkirim pesan lalu menjadi akrab dan memiliki perasaan yang sama.
"Jadi, maksud kedatangan saya ini ingin meminta izin dari Bapak, saya sama Lusi ingin saling mengenal lebih dekat lagi, iya intinya kami saling menyukai".
Pak Harris mengerutkan dahinya dan menatap Angga dengan tegas.
"Begini, Nak Angga. Bapak tahu kamu pemuda baik, sopan, dan Bapak menghargai perasaan kamu ke Lusi, kamu juga meminta izin ke Bapak itu sudah menunjukkan itikad baik kamu. Kamu tahu kan Lusi itu anak Bapak satu-satunya. Dia juga masih sekolah, umurnya baru 17 tahun. Bapak tuh pengen Lusi fokus dulu dengan sekolahnya".
"Abah..., Lusi bakal lebih fokus belajar kalau Lusi ada penyemangatnya dan penyemangat Lusi sekarang itu Ka Angga. Jadi Lusi mohon ya Abah, izinkan Lusi sama Ka Angga", Lusi menyela sambil memasang muka merengeknya".
"Gimana ya, Abah tuh kepengen kamu bergelar sarjana dulu baru punya pasangan".
"Saya janji Abah, gak bakal menganggu proses belajarnya Lusi, saya akan mendukung Lusi sepenuhnya saat dia harus belajar".
"Tuh, Abah, Lusi juga janji akan lebih giat belajar. Jadi, Abah izinkan ya".
Pak Harris berpikir sejenak dan memberikan izinnya kepada mereka.
"Baiklah, Abah izinkan kamu jalan sama Angga, tapi ingat ya, tidak boleh menganggu belajar kamu, jika sampai nilai kamu menurun, maka Abah gak akan memberi izin lagi".
"Nak Angga juga ingat, jaga kepercayaan Bapak, kamu harus memberikan pengaruh yang baik untuk Lusi".
"Iya, Pak, pasti, saya akan selalu ingat itu".
"Makasih, Abah emang yang paling ganteng sedunia, Lusi sa...yang banget sama Abah", sambil memeluk Abahnya.
"Abah, Lusi ajak Ka Angga masuk ke rumah, boleh, kasihan Ka Angga sampai keringat gitu".
"Iya, ajak masuk lah".
"Makasih Pak".
"Jangan sungkan Nak Angga".
Lusi dan Angga masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu. Lusi membuatkan teh manis hangat untuk Angga.
"Ka, diminum dulu teh nya".
"Makasih De".
"Abah, emang gitu tegas tapi sebenarnya lembut".
"Iya, akhirnya sekarang kita bisa resmi berpacaran. Gimana kalau hari ini kita jadikan tanggal resmi jadian kita tanggal 11 Januari".
"Iya, hari ini jadi hari spesial buat kita".
Dan mereka berbincang santai sebentar lalu Angga pamit pulang.
"Sudah jam 8.30 malam De, Ka Angga pamit pulang ya. Kagak enak terlalu lama sama Abah".
"Iya, Ka, Lusi senang banget hari ini tapi iya Abah gak terlalu suka tamu yang berkunjung sampai malam".
"Kalau gitu Ka Angga pamit ya".
"Lusi antar sampai depan".
Mereka menuju toko yang memang menyatu dengan rumah dan Angga pamit pulang ke Pak Harris.
"Pak, saya pamit pulang sudah malam".
"Iya, Nak Angga, hati-hati".
"Mari, Pak".
"Yuk De, Ka Angga pulang ya".
"Hati-hati di jalan Ka".
Angga pulang dengan perasaan bahagia begitupun Lusi.
"Makasih ya Bah, buat hari ini".
"Abah juga senang kalau kamu senang. Abah juga tahu Nak Angga itu anak baik jadi Abah memberi izin".
"Iya, pokoknya Lusi bahagia banget. Lusi masuk dulu ya Bah".
"Iya, Abah bentar lagi juga mau nutup. Kamu tidur sudah malam".
"Siap, Bah", sambil memberi senyum manisnya.
Hubungan Angga dan Lusi barulah di mulai hari ini. Awal yang indah tapi ke sananya, akan banyak liku-liku yang harus mereka hadapi.