Tempat asing

1450 Kata
‘Setelah ngumpulin kekuatan buat bangun dan ngomong,gue akhirnya mulai membuka suara.’ "où suis-je?" (Aku dimana?) ‘Eh gue ngomong apa?Perasaan tadi gue mau ngomong gue dimana dah?’ "Miss est dans le palais,Miss" (Nona sedang berada di Istana,Nona) ‘Lah dia siapa? Ini apaan sih? Gue dimana,dan kenapa pula gue ngerti apa yang dia omongin?!’ "Istana? Kau bercanda ya?" Asli sumpah gue ngomong itu pake bahasa Indonesia yang baik dan benar tapi kenapa yang gue denger gue ngomong pake bahasa asing?!’ "Nona,tolong beristirahatlah dulu.Anda belum sepenuhnya pulih dan disini benar-benar Istana,Nona." ‘Hah?! Istana apaan si! Ni orang lagi pada ngerjain gue ya? Apa lagi syuting film nih jangan-jangan.Tapi seingat gue tadi gue kecelakan dah,kok malah ada disini.Ah bodo amatlah,pertama gue harus cari jalan pulang dulu.’ "Nona,tolong kondisi anda—.” "Salam Hormat,Yang Mulia." ‘Eh siapa tuh? Kok semua pada ngasih hormat sampe sujud syukur gitu.Lebay amat,Tapi ni orang kok kayak gue kenal gitu ya? Mm mukanya ganteng si ganteng banget malah tapi—‘ "Aku tidak mengerti,mengapa seorang Putri bangsawan bisa melakukan hal yang memalukan seperti ini." ‘Hah? Dih kok gua jadi hah hoh hah hoh gini gak banget.Tapi dia ngomong kesiapa? Oke matanya ngarah ke gue tapi emang gue ngelakuin apa njir! Gue aja baru bangun.’ "Maaf apa kau berbicara denganku?" ‘Oke kayaknya gue salah ngomong dah, kok ini suhunya jadi beda ya kayak ada aura suramnya gitu.’ "Sepertinya kepalamu terbentur cukup keras." ‘Dih so cakep kali lu,bikin emosi dah ni orang baru ketemu juga udah buat gue naik pitam aja. Ya walaupun emang bener sih kepala gue lagi sakit tapi gak usah gitu juga muka lu udah kek papan triplek di taruh di kulkas aje.Udah gitu main pergi ae ni orang.’ "Nona, anda mau kemana?" ‘Huh buset dah ni orang orang kenapa gini banget woy gue mau pulang.’ "Aku mau pergi,jangan halangi aku." "Tapi Nona keadaan Nona sedang tidak baik." "Ku bilang jangan halangi aku!" ‘Ah masa bodo sama sopan santun, kesel gue woy dihalangin mulu capek gue capek. Eh tumben ni orang langsung kicep, ah baguslah gue harus cepat cepat keluar.’ *** Tak ingin berlama lama didalam ruangan itu Nasya pun memilih untuk segera keluar dengan langkah cepat. Namun saat baru sampai di depan pintu Nasya dikejutkan dengan pemandangan yang begitu megah dihadapannya. Koridor yang begitu indah dengan tiang yang menjulang tinggi seolah olah tak cukup menggambarkan bahwa tempat itu bukanlah tempat biasa. Nasya mengedarkan pandangannya takjub, dengan langkah pelan nasya menyusuri Koridor itu tanpa memperdulikan dua pria dan tiga wanita yang nampak mengikutinya dari belakang. Nasya benar benar terpesona dibuatnya dalam satu waktu. Bagaimana bisa ada bangunan semewah ini dikotanya? Eh ,tunggu! Kenapa ada bangunan seperti ini dikotanya?! Nasya kembali berlari masuk kedalam kamar tempat ia keluar tadi, menghampiri cermin besar dan mewah yang ada disudut kamarnya Nasya terkejut bukan main. Apa ini mengapa warna kulit dan rambutnya berubah? Bahkan warna bola matanya juga? Orang yang dicermin ini? Dia terlalu cantik! Apakah ini mimpi? Ah atau ini ilusi sehabis kecelakaan? Mencoba membaca situasinya Nasyapun tanpa segan memukul pipinya sendiri, rasa perih yang ia terima setelah melakukan itu benar-benar membuatnya syok. "Anjir! bukan mimpi!" “N n nona? Nona baik-baik saja?” Nasya menoleh cepat ke asal suara, menyadari bahwa ia tidak sendirian diruang itu malah membuat dirinya semakin panik. Warna rambut yang bukan seperti rambut orang asia pada umumnya terdapat pula pada para wanita itu , wanita berusia yang kini tengah menggunakan kostum maid era kekaisaran yang tak jarang dilihatnya pada iklan apklikasi membaca komik. ”AAAAAAAAA!!” Teriak Nasya kala itu pula sembari berlari keluar dari sana. “Nona! Nona!” Para pelayanpun ikut panik. Nasya berlari terus hingga akhirnya ia sampai tepat ditengah taman Kerajaan yang begitu luas dengan air mancur mewah ditengah-tengahnya, “G gu gue , gue kenapa bisa ada disini?! “ Monolog Nasya sembari menjambak rambutnya frustasi. ‘Gue siapa? Gue dimana? Huaa gue gak mau disini!’ “Nona! Nona apa Nona baik-baik saja?” Salah satu pelayan yang nampak berumur mendekati Nasya dengan raut khawatir. Nasya yang masih termenung dengan segala hal dalam pikirannya nampak diam saja ketika pelayan itu mendekat namun saat pelayan itu hendak menyentuhnya kala itu pula Nasya justru melangkah cepat ke air mancur dan menenggelamkan dirinya disana. “NONA!” Air masuk dengan cepat kala itu dari hidung hingga mulut Nasya sendiri, jujur saja rasanya menyakitkan seperti mau mati saja namun ia harus melakukan ini. Ini pasti hanya mimpi dan jika ia melakukan hal ini pasti ia dapat bangun dengan cepat dari mimpinya. ‘Anj** , kayaknya ini beneran bukan mimpi! Yang bener aja apa gue bakal mati ?!’ Tepat ketika ia mulai kehilangan kesadarannya tubuhnya terangkat ke udara, merasakan rerumputan basah yang kini menyentuh kulit punggungnya ia merasa lega. Pasti ada orang yang menyelamatkannya saat ini, bukan? “Saya akan panggilkan dokter.” Suara panik Pelayan berumur itu terdengar samar diteling Nasya, ia ingin lebih lama mempertahankan kesadarannya namun rasa sakit akibat air yang masuk lewat rongga hidungnya membuatnya memilih untuk larut dalam tidurnya, setidaknya jika ia tidak sadarkan diri rasa sakit itu dapat hilang untuk semetara waktu. “Erghh” Nasya terbangun dari tidurnya ketika hari mulai petang, memegang kepala serta lehernya yang terasa sedikit sakit Nasya tersentak ketika lagi-lagi pemandangan kamar luas nan mewah ada dihadapannya. ‘Ini? Ini kamar yang tadi?! ARGGH ini beneran!!’ ‘Tenang Nasya,tenang dulu! huft tarik nafas trus buang.’ Gadis itu membatin seolah-olah memberi semangat pada dirinya sendiri, melakukan hal yang diperintahkan pikirannya Nasya menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya pelan. ‘Kalau pake cara nenggelim diri juga gue tetap disini apa harus pake cara yang lebih ekstrim lagi supaya gue bisa bangun dari ini mimpi?!’ ‘Tapi kalau gue beneren mati dan ini bukan mimpi begimane?!’ “Nona, syukurlah nona sudah sadar.” Nasya menoleh keasal suara ketika suara seseorang mengintrupsi meditasi bersama pikirannya sejenak tadi, tersenyum canggung Nasya memilih tidak membalas wanita itu. “Saya bawakan obat herbal nona, dokter mengatakan obat ini dapat meredakan rasa sakit, silahkan.” Ucap pelayan itu sembari menyerahkan sebuah mangkuk kecil dengan cairan berwarna hijau tua disana. ‘Lu yakin ini obat? Anji* masa gue harus minum ini?!’ ”Em, sepertinya aku sudah sembuh kau bisa membawa obat itu kembali.” Ucap Nasya masih dengan senyum yang sama. UHUK UHUK ‘Kirpit , kenapa batuk disaat yang tidak tepat sih?afajfkafsd’ “Silahkan diminum , Nona.” Ucap pelayan itu lagi dengan senyuman lembutnya yang entah mengapa terasa sedikit ngeri dalam padangan Nasya sendiri. Meminum obat dengan rasa pahit luar biasa itu , Nasya berusaha sekuat mungkin untuk menelannya. Selesai dengan obat pahit tadi Nasya kembali melihat dirinya dicermin kecil yang ia minta pada pelayannya tadi. Menyentuh wajah cantik dan putih pucat itu Nasya masih saja tidak percaya. Takjub, bingung, dan takut menjadi satu kesatuan rasa yang dirasakan Nasya kala itu, “Masa gue reinkarnasi? Gak mungkin, gue yakin gue masih hidup.” Ucapnya pada dirinya sendiri ketika kini tinggal ia sendiri didalam ruangan itu. “Ah atau ini cuma ilusi karna gue kecelakaan? Bisa aja ini efek dari orang yang koma kan? Nah kayaknya itu deh yang masuk akal. Apalagi gue kecelakaannya lumayan parah, pasti gue lagi koma sekarang!” Berbagai pemikiran-pemikiran yang datang karna ketidakpercayaannya yang masih saja kental membuat Nasya sedikit lega karena itu. Setidaknya pemikirannya dapat menemukan alasan paling masuk akal mengapa ia dapat mengalami ini. Ditengah perdebatan antar pemikirannya sendiri tanpa sengaja Nasya melihat sesuatu yang membuatnya merasa Déjà vu, “Kalung? Tunggu, kalung mutiara biru?” Berhiaskan mutiara biru yang menggantung cantik dilehernya, Puteri Antanasya Iriana resmi dipenggal pada saat itu juga. Bola mata Nasya membulat seutuhnya, penggalan paragraf favorit dalam sebuah novel kesukaannya dulu melintas begitu saja tepat ketika ia melihat kalung itu. “Gak! Gak mungkin!” “PELAYAN!” Nasya langsung berseru detik itu pula. “Ya nona, hamba disini.” "Dengarkan aku baik-baik! Aku ingin bertanya padamu dengan serius, Katakan padaku apa nama tempat ini? Tidak, maksudku Istana ini, disebut apa Istana ini?!” Pelayan wanita yang mendengar pertanyaan itupun tampak terkejut namun tak ingin membuat nonanya menunggu pelayan itu memilih untuk mengesampingkan rasa terkejutnya kemudian menjawab sang Nona,"Istana Norwera, Nona" 'Hah, demi apa?!' "Lalu aku, aku. Siapa aku?" Sang pelayan mulai mengernyit bingung namun pada akhirnya menjawab pula, "Anda adalah Puteri Antanasya Iriana Frei—," "Si-siapa, Siapa nama Raja di Istana ini?" potong Nasya dengan pertanyaan baru yang kini membuat wajahnya semakin pucat. "Nona mohon maafkan hamba, hamba tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Itu sangat me-," " Jangan bilang Augustin Gemerald. " Nasya menyela cepat, dengan bola mata yang sukses melebar dan mulut yang ikut terbuka juga tanpa sadar ketika melihat reaksi orang disekitarnya. Yang benar saja! Dia ada di dalam novel?!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN