Dokter Alicia

1312 Kata
"Begini, sebenarnya sejak beberapa minggu lalu, aku tidak tega melihatmu pontang panting untuk mencari uang untuk membiayai perawatanku setelah uang tabunganku selama aku bekerja sudah habis. Jadi--" "Jadi apa, Saras?" potong Leon. Saras nampak menatap takut-takut ke arah Leon. Karena itu, hal ini membuat Leon semakin curiga. Selama bertahun-tahun Leon mengenal Saras, karena itu, dia sudah tahu sekali akan sifat Saras ini. Kalau Saras terlihat ragu-ragu untuk bicara seperti ini, maka, itu pasti karena ada sesuatu. "Apa yang terjadi? apa yang kamu lakukan?" "Aku belum melakukan apa-apa, Leon," kata Saras takut-takut. "Aku ... aku cuma sempat melakukan kesepakatan." "Kesepakatan? Kesepakatan apa?" Saras kembali menatap takut-takut ke arah Leon. "Katakan kepadaku, Saras. Kesepakatan apa yang kamu lakukan dan dengan siapa?" "Begini, karena aku melihat kamu selalu dihina oleh ibuku, apalagi setelah kita kehabisan uang, kita harus menghubungi ibuku dan meminjam uang kepadanya. Karena itu, karena aku tidak ingin melihat kamu dihina terus, maka aku ... aku melakukan kesepakatan ini." "Iya, kamu melakukan kesepakatan apa, Saras?" Leon sangat tahu kalau omongan Saras sudah berputar-putar seperti ini, maka itu berarti dia sedang melakukan sebuah kesalahan. Karena itu, Leon tahu akan sukar bagi Saras untuk langsung mengatakan apa yang ingin dikatakan oleh Saras itu. "Aku melakukan kesepakatan dengan seseorang yang mau membiayai semua biaya perawatanku di rumah sakit ini." "Oke, timbal baliknya apa?" "Timbal baliknya adalah kamu, sayang." "Maksud kamu apa?" Leon mengerutkan keningnya. "Begini, selama beberapa bulan ini, aku dekat dengan Dokter Alicia." "Dokter Alicia?" "Iya. Dia adalah seorang janda satu anak. Dia menyukai kamu sejak lama. Itu terlihat sekali setiap kali dia memeriksaku, maka dia akan melihat kamu. Curi-curi pandang padamu." "Lalu apa hubungannya? Apa timbal balik yang kamu bicarakan tadi itu?" "Dia ingin menjadi istri keduamu dan untuk itu, dia akan membiayai semua biaya pengobatanku. Karena dia tidak hanya dokter tetapi ayahnya juga adalah pengusaha. Sehingga dia juga memiliki beberapa hotel dan showroom. Intinya. Dia punya uang banyak dan dia sangat menginginkan kamu." "Apa yang terjadi ini? Kenapa bisa ada timbal balik seperti ini?" tanya Leon sambil menatap tajam ke arah Saras. "Karena aku terus memperhatikan tingkah lakunya di saat kamu ada bersamanya, maka suatu saat, pikiranku buntu karena memikirkan biaya-biaya yang harus dibayar." "Lalu?" "Dia sempat mengatakan kepadaku kalau dia bisa membantu keuangan kita tapi dia tidak meneruskan kata-katanya. Dia seperti ingin melakukan kesepakatan tapi dia malu untuk mengatakannya." "Lalu?" "Karena itu, maka tiba-tiba tercipta ide itu di benakku. Aku yang mengajukan tawaran itu." "Kamu yang mengajukan? Kamu gila, Saras!" "Aku tahu. Tapi ini jalan keluar yang tepat menurut aku." Saras langsung menggenggam tangan Leon. Leon terdiam. "Maafkan aku tapi kupikir hanya ini jalan satu-satunya. Aku tidak ingin kamu bekerja keras sebagai buruh bangunan dari pagi hingga sore. Setelah itu, kamu gantikan temanmu jadi ojek online bahkan kadang kerja sampai jauh malam. Kamu bahkan tidur hanya 2 jam tiap hari. Itu kan yang kamu lakukan?" Leon terdiam. Ternyata keadaan mendesak beberapa hari ini, membuat bukan hanya dia yang berpikir pendek untuk kemudian terjun di dunia menjajakan cinta kepada wanita-wanita kesepian tapi istrinya juga ikut-ikutan berpikiran pendek. Leon tidak mengerti dengan jalan pikiran istrinya ini yang malah menyodorkan dirinya kepada wanita lain. "Ini jalan kita, Leon. Setidaknya kita masih bisa bersatu dan aku bisa sembuh. Kamu tidak perlu memikirkan biaya hidup kita, biaya untuk pengobatan kita. Iya kan? Lagipula ..." "Lagipula apa?" "Dengan kesepakatan ini, kamu punya Alicia, kamu bisa menyalurkan hasratmu. Tidak perlu menunggu aku yang sedang sakit dan sudah berbulan-bulan tidak bisa melayanimu--" "Aku tidak perlu itu, Saras. Aku akan menunggu kamu. Berapa lama pun aku harus menunggu. Karena cuma kamu yang ingin aku tiduri. Cuma kamu yang aku cintai." "Aku tersanjung, sayang. Tapi, pikirkan lagi semua ini. Please." Leon hanya bisa terdiam mendengar kata-kata dari Saras ini, karena langkah yang telah Leon ambil semalam malah lebih ekstrem daripada langkah yang dilakukan oleh Saras ini. Sejak semalam, Leon telah menjadi penjaja cinta karena memang pekerjaan serabutan yang dia lakukan tidak berhasil memberikan hasil yang bagus, tidak seperti di saat dia mulai berkiprah sebagai penjaja cinta. Karena hanya semalam saja, Leon sudah berhasil mengumpulkan uang yang banyak, uang yang mungkin tidak bisa dia dapat dalam sebulan dia bekerja serabutan. "Aku tidak bisa, Saras." "Kenapa tidak bisa?" "Saat kita menikah, aku pernah berjanji kepadamu kalau kamu adalah satu-satunya, kamu adalah wanita satu-satunya yang akan aku nikahi seumur hidupku, ingat kan?" "Aku ingat, Leon." "Dan janjiku itu tetap aku pegang. Hanya kamu yang bisa menjadi istriku, hanya kamu yang pantas jadi istriku, Saras." Leon menatap penuh cinta ke arah Saras. Saras tersenyum mendengar kata-kata Leon ini. "Kamu juga adalah cintaku satu-satunya, orang yang pantas menjadi suamiku. Tetapi ..." "Lagipula, aku kan sudah mendapatkan jalan semalam. Iya kan? Aku sudah mendapatkan jalan menjadi pedagang sahamdan dengan itu, aku tidak perlu mengambil kesepakatan yang kamu buat dengan Dokter Alicia itu." Saras tersenyum. "Baiklah, aku kan mengatakannya kepada Dokter Alicia untuk membatalkan hal ini." "Bagus." Kemudian Leon mulai menyuapi Saras. Saat sore harinya, Leon pamitan untuk bekerja. "Tapi, sayang. Bukankah pedagang saham itu mengikuti jam kerja juga, kenapa kamu baru kerja di jam sudah mau malam seperti ini?" Leon sempat gelagapan sesaat. Kemudian dia putar otak dan berkata, "oh begini. Aku kan asistennya temanku. Nah temanku ini kadang-kadang menjadi pialang mengikuti pasar di Wall Street Amerika, kadang-kadang juga pasar di Eropa. Karena itu, biasanya dia malah baru memulai perdagangan sahamnya di jam-jam begini karena waktu Indonesia beda dengan waktu di negara-negara itu." Saras mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh, aku mengerti. Rupanya kalian mengambil pasar yang di luar supaya lebih banyak uangnya. Iya kan?" "Iya, sayang." Leon memalingkan wajahnya. Dia tidak ingin menatap wajah istrinya karena selama ini dia tidak pernah membohongi istrinya namun kali ini dia harus membohongi istrinya. Beberapa saat kemudian, Leon sudah pamitan dari Saras. Dia juga sempat meminta seorang perawat untuk berjaga-jaga di depan pintu kamarnya Saras, supaya setiap saat kalau Saras memerlukan bantuan, maka perawat itu harus membantu Saras. Leon keluar dengan berjalan kaki dari komplek rumah sakit karena memang dia ngekos di lorong di samping rumah sakit. Sebelumnya dia dan Saras sempat memiliki apartemen karena pekerjaan Saras yang bergaji cukup tinggi itu. Tapi kemudian apartemen itu harus dijual saat Saras sakit dan akhirnya karena Saras terus dirawat di rumah sakit ini, maka Leon putuskan untuk menyewa kamar kos di samping rumah sakit supaya dia bisa bolak-balik untuk menjaga Saras dengan cepat. Saat Leon sedang berjalan di lorong samping rumah sakit, tiba-tiba Leon merasakan sebuah mobil berada di belakangnya dan kini berhenti di sampingnya. Kemudian kaca mobil diturunkan hingga terlihatlah seorang wanita cantik yang berpakaian putih sedang mengemudikan mobil di dalam mobil. "Halo Leon." Mendengar namanya dipanggil wanita itu. Leon langsung memperhatikan wanita itu. "Aku, Alicia yang banyak kali merawat istrimu dan belakangan menjadi teman istrimu." "Oh, ternyata dokter." "Aku ingin bicara. Aku ingin kamu naik dulu di mobilku." Leon sempat terdiam sebentar. Pikirannya kembali kepada kesepakatan yang dilakukan oleh Saras dengan Alicia ini, namun akhirnya Leon putuskan untuk naik juga di mobilnya Alicia. Setelah itu, mobil dijalankan oleh Alicia. "Istrimu sudah chat aku. Dia bilang kalau kamu menolak kesepakatan aku dengan istrimu itu. Apa itu benar?" "Ya, itu benar." "Apa alasannya? Apa aku terlalu jelek untuk menjadi istri keduamu?" "Justru kamu itu sangat cantik. Karirmu mapan dan berasal dari keluarga kaya raya. Seharusnya, kamu dapat pria lain yang jauh lebih baik dariku dan tidak menjadikan kamu sebagai istri kedua. Kamu harus jadi istri pertama." "Bagaimana kalau aku tidak mau yang lain itu? Bagaimana kalau aku cuma menginginkan kamu?" tanya Alicia. "Aku tidak bisa, dokter. Maafkan aku. Tapi, sejak awal menikah, aku sudah berjanji kepada istriku kalau aku cuma akan menjadikan dia sebagai istri satu-satunya dan tidak akan pernah mengambil istri yang lain." "Tapi kondisi keuangan kalian tidak memungkinkan, aku bisa membantumu, Leon." "Aku baru saja mendapatkan pekerjaan lain. Aku yakin, aku bisa mengumpulkan uang untuk perawatan istriku." Tiba-tiba Alicia menghentikan mobilnya. Dia membuka bajunya, memperlihatkan buah dadanya dan berkata, "apakah ini tidak menarik bagimu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN