"Bu," Kylie terkesiap. "Dia pembantunya," kata Ibu, suaranya nyaris seperti ibu sedang berada di alam mimpi. "Tidak apa-apa jika mereka berciuman." Lalu hal itu terjadi. Detak jantungku cocok dengan detak jantung Cali. Kami bersatu. Dia menutup matanya pada saat itu dan menarik napas saat kami berciuman. Aku merasakan dia menarik napas dari paru-paruku. Dia gemetar saat dia melepaskan ciumannya denganku. "Hadiah air liur dan nafas," bisiknya. "Hadiah ritme kehidupan, panasnya gairah. Kini anugerah berupa benih. Garam yang menanamkan vitalitas di bumi." Dia berlutut di depanku, aroma pedas dari parfumnya masih melekat di hidungku. Tangannya meremas batangku melalui celana jinsku. Aku tersentak saat Kylie melesat ke sampingku, rambut hitamnya tergerai di sekitar wajahnya. Dia memiliki ra

