Ternyata selama ini orangtua dan kakak
Gerald berbohong perihal mereka yang
bekerja di luar negeri.
Gerald segera menghubungi
orangtuanya. Tentu saja mereka marah
setelah mengetahui kakak Gerald
membocorkan rahasia kekayaan mereka
tanpa izin, tetapi mereka menyadari
merekalah yang seharusnya meminta
maaf pada Gerald. Ayah Gerald berkata
bahwa dia tidak punya pilihan lain, dia
ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi
yang rendah hati. la lalu menjelaskan
semuanya pada Gerald.
Setelah menutup telpon, Gerald menuju
bank terdekat untuk mengambil seratus
ribu dolar dari akunnya dan berencana
menggunakannya untuk berbelanja
dengan beberapa kartu kredit hitam yang
dikirimkan kakaknya. Sebenarnya
sampai detik ini Gerald belum
sepenuhnya percaya. Apakah ini mimpi?
sepenuhnya percaya. Apakah ini mimpi?
Tetapi di sisi lain dia sangat bahagia.
Ah, Xavia, seandainya kita belum putus,
aku akan membelikan apapun yang kau
mau."
"Yuri dan Danny, kalian selalu
mempermalukanku dan merendahkan
aku selama ini di kampus. Aku penasaran
akan seperti apa reaksi kalian jika tahu
semua ini." Gerald tersenyum kecut.
Hampir tengah hari ketika Gerald keluar
dari bank dan sejurus kemudian
ponselnya berdering. Ketua asrama
menghubunginya.
Halo!"
"Gerald kau tidak apa-apa? Kenapa kau
tidak ada di asrama?"
Oh, iya aku keluar untuk jalan-jalan
sebentar."
"Kami sungguh mengkhawatirkanmu.
Hari ini ulang tahun Naomi. Katanya dia
"Kami sunggun mengkiawaurkammu.
Hari ini ulang tahun Naomi. Katanya dia
tidak bisa menghubungimu, jadi dia
berpesan apa kau bisa datang ke pestanya
malam ini. Dia sudah mengundangmu
beberapa hari yang lalu, kan?"
Gerald lalu segera mengecek ponselnya
dan melihat daftar panggilan tak
terjawab. Benar saja, ada beberapa
panggilan dari Naomi.
Naomi adalah teman sekelas Gerald yang
cantik dan mereka sangat akrab. Satu-
satunya teman wanita Gerald. Selain
Xavia, tentu saja. Sebenarnya Gerald
ingat kalau beberapa hari lalu Naomi
mengundangnya ke pesta. Tetapi dia
tidak memberi respons apapun saat itu
mengingat kondisi keuangannya masih
sangat sulit. Sekarang tentu saja dia bisa
bersikap layaknya orang normal dan
berbaur dengan teman-temannya. Tidak
ada alasan untuk tidak datang ke pesta
Naomi, kan?
"Ah, iya, tentu saja. Aku akan
membawakan hadiah untuknya."
sekeliling lalu matanya tertuju pada toko
Hermes. Sebuah merk terkenal dengan
barang-barang mewah dan mahal di
dalamnya. Meski harga barang-barang di
sana sangat mahal, banyak anak-anak
kaya yang berbelanja di sana demi
gengsi, tentu saja.
Gerald awalnya tidak berniat masuk ke
sana. Namun dia ingat kartu belanja yang
dikirimkan kakaknya pagi ini. EHmm. dia
jadi merasa penasaran.
Selama ini Gerald sangat hemat
membelanjakan uangnya. Tetapi kartu
dari kakaknya membuat rasa ragunya
perlahan surut. Setelah menghela napas
panjang, Gerald mendekati toko Hermes
yang megah itu.
Selamat siang, Tuan. Ada yang bisa
kami bantu?" Salah seorang karyawan
toko yang cantik menyapa Gerald dengan
sangat sopan.
Meskipun dengan pandangan yang
sedikit meremehkan karena melihat
penampilan Gerald. Wanita itu tetap
berusaha untuk sopan. Sebenarnya dia
sudah terbiasa dengan pengunjung yang
hanya melihat-lihat saja, tapi masih
tidak habis pikir orang dengan
penampilan lusuh seperti Gerald berani
masuk ke tokonya.
"Aku mau lihat-lihat dulu," jawab
Gerald. Ini kali pertama dia masuk ke
toko yang sedemikian mewah jadi dia
belum tahu apa yang harus dibeli.
Karyawan itu memandang Gerald dengan
tatapan dingin.
Tiba-tiba..
Yuri, kamu mau membelikanku tas?"
Gerald mendengar suara yang tidak asing
di telinganya. Sesaat kemudian dia
melihat seorang wanita cantik memasuki
toko dengan menggandeng mesra
seorang pria. Ekspresi wajah Gerald
seketika berubah ketika mengetahui
siapa yang masuk ke dalam toko. Ya,
siapa lagi kalau bukan Yuri dan Xavia.
Karyawan toko meninggalkan Gerald dan
menyambut mereka.
"Selamat datang, Tuan Lowell. Wah ini
pacar Anda? Cantik sekali!" Segera si
karyawan toko tadi melihat Yuri, ekspresi
wajahnya berubah 180 derajat. Ia
menyambut Yuri dengan hangat dan
senyum sumringah.
Semua orang tahu siapa Yuri dan
memang dia selalu menarik perhatian
dimanapun dia berada. Itulah kenapa si
karyawan toko buru-buru
menghampirinya.
Hai Rachel. Ya ini pacarku, Xavia. Aku
membawanya kesini untuk melihat-
lihat, aku mau membelikan tas
untuknya", Xavia tersipu mendengar
perkataan Yuri, ia memang benar-benar
pandai menambil hati wanita.
Beberapa saat kemudian, Xavia
menunjuk sebuah tas yang menarik
perhatiannya, "Yuri, aku mau tas ini."
Tas yang dimaksud ditempatkan di
sebuah lemari kaca. Sebuah tas yang
mewah dan berkelas.
Rachel tersenyum dan menjawab, "Tas
ini adalah edisi khusus kolektor yang
diperkenalkan saat perayaan hari jadi
Hermes ke-200. Jumlahnya sangat
terbatas, hanya diproduksi 200 buah dan
dibanderol dengan harga lima puluh lima
ribu dolar."
Apa?" Xavia terkejut mendengar
penjelasan Rachel.
Yuri juga sedikit kaget lalu kemudian
tersenyum dan menambahkan, "Dan
kalau tidak salah, tas ini buatan tangan
pengrajin yang sangat andal, diluncurkan
tahun lalu dan masuk dalamn sepuluh
daftar item terbaik dunia. Benar, kan?"
Rachel berdecak kagum, "Wah, Anda
sepertinya tahu banyak soal tas, Tuan."
Yuri mengangguk dan menjawab, "ya aku
suka mencari tahu soal barang-barang
mewah, tapi tas ini memang terlalu
mahal".
Yuri beralih ke Xavia dan dan berkata, "
Sayang, kamu punya selera yang sangat
bagus, tapi lebih baik kita cari tas lain
saja yang seharga lima atau enam dolar."
Lima puluh lima ribu dolar hanya untuk
sebuah tas Yang benar saja! Pikirnya.
Xavia kesal dan menjawab, "Apa? Pacar
Alice membelikan tas untuknya bahkan
dengan harga lebih dari delapan ribu
dolar
"Baiklah, kalau begitu tunggu sampai
aku dapat kiriman uang bulan depan."
Beberapa pengunjung yang tadi
mendengar penjelasan Rachel ke Yuri
kini mulai menghampiri lemari kaca
berisi tas tersebut. Ketika Yuri
menambahkan penjelasan, dia terlihat
tahu banyak dan orang terkesan
dengannya.
Sementara di tempat Gerald, sejak
karyawan toko meninggalkannya sendiri,
dia sudah tidak berminat lagi dan tidak
ingin Xavia melihatnya di sana. Lalu tiba-
tiba seorang karyawan toko yang lebih
muda menghampirinya, "Maaf, Tuan.
Apa yang.. apa yang bisa saya bantu?"
Kalau dilihat dari gugup dan
canggungnya, sepertinya dia karyawan
baru.
Gerald justru merasa iba karena
kesopanannya.
"Oh, aku sedang mencari hadiah ulang
tahun untuk seseorang", jawabnya.
Apakah Anda punya kartu pelanggan,
Tuan? Jika iya, Anda bisa mendapatkan
potongan harga." Meski mungkin Gerald
adalah pelanggan pertamanya, gadis ini
tidak menilai Gerald dari tampilan
luarnya. Malah dia melayani Gerald
dengan penuh profesionalitas.
"Oh iya, mungkin kau bisa lihat ini."
Gerald mengeluarkan kartu pelanggan
eksklusif yang diberikan kakaknya.
Karyawan itu sedikit terkejut melihat
kartu yang diberikan Gerald.
"Ini...ini kartu black-gold Tuan?"
Gadis itu kembali memandangi Gerald
dengan terheran. Pria muda ini
berpenampilan seperti mahasiswa biasa
dan sama sekali tidak terlihat seperti
orang kaya. Bagaimana bisa dia memiliki
kartu eksklusif ini? Piirnya.
orang kaya. Bagaimana bisa dia memiliki
kartu eksklusif ini? Pikirnya.
Gerald bingung lalu bertanya, "Apa itu
kartu black-gold?"
"Ini adalah kartu kredit eksklusif, Tuan.
Anda dapat menggunakan sampai
dengan tiga ratus ribu dolar dengan kartu
ini, sementara jumlah minimal
transaksinya adalah lima puluh ribu
dolar."
Gerald jadi semakin bingung. Oke dia
sudah tahu bahwa keluarganya adalah
orang kaya, tapi tidak menyangka kalau
se-kaya ini!
Tuan, dari barang yang kami miliki di
toko ini, untuk mencapai jumlah
transaksi minimal anda tidak dapat
menggunakannya untuk item reguler.
Tapi mungkin anda dapat
menggunakannya untuk barang di edisi
khusus. Saya akan mengambilkannya
untuk Anda.", karyawan muda itu
membungkuk sekilas lalu meninggalkan
Gerald yang masih dalam kebingungan.
Di sisi lain toko, Yuri dan Xavia masih
berkeliling melihat barang- barang di
sana dengan decak kagum.
si karyawan muda membuka kunci
lemari kaca dan mengeluarkan tas edisi
khusus.
Rachel terheran lalu bergegas
menghampirinya, "Hei, Wendy! apa yang
kau lakukan?"
Wendy membalikkan badan dan berkata,
aku mau menunjukkan tas ini ke
seorang pengunjung."
"Apa kau pikir tas ini bisa ditunjukkan
kepada sembarang pengunjung? Siapa
orangnya?"
Rachel mulai kesal pada Wendy.
Wendy menunjuk ke tempat Gerald, "
Seorang pria di sebelah sana."
Yuri dan Xavia yang mendengar jawaban
Wendy mengarahkan pandangan mereka
ke orang yang dimaksud. Seketika
mereka tertawa lepas. 1
"Hahaha!"
Yuri benar-benar tidak bisa menahan
tawanya ketika melihat Gerald.
"Hei! Apa yang kau bicarakan? Pria itu
mau melihat tas edisi khusus?" tanya
Yuri sambil tangannya menunjuk Gerald
dengan congkak. Ini pasti hanya lelucon!
Yuri memandang Gerald dengan tatapan
merendahkan, Gerald merasa malu
karena pengunjung lain juga
memperhatikannya. Rachel pun juga
tidak bisa menyembunyikan rasa
kesalnya, "Wendy! Apa kau benar-benar
yakin pria itu akan mampu membeli
barang di toko ini? Ayolah jangan
bercanda!"
"Aku tidak sedang bercanda, Rachel. Dia
memiliki kartu black-gold. Dia
pengunjung VIP."
"Hahaha!" Sekali lagi Yuri tertawa keras.
"Pengunjung VIP kau bilang!? Hei,
dengar, dia cuma seorang gembel di
kampus kami!"
Xavia memandang Gerald dengan
tatapan jijik dan berkata, "Gerald,
tidakkah kau malu pada dirimu sendiri?
Kenapa kau tidak segera pergi saja dari
sini?"
Pengunjung lain turut menertawakan
Gerald. Kejadian di toko ini sungguh
hiburan bagi mereka.
Wendy merasa berada di posisi yang sulit
karena Rachel juga tidak membelanya.
Gerald melihat sekeliling, orang-orang
masih tertawa dan memandangnya hina
Ia lalu memutuskan menuju kasir dan
masih tertawa dan memandangnya hina.
Ia lalu nmemutuskan menuju kasir dan
mengeluarkan kartu black-gold dari
kantong celana.
"Aku beli tas edisi khususnya!