Pertahaan

2443 Kata
Peganglah teguh dan pertahankan harga dirimu, karena saat semuanya bisa dibeli dengan kekayaan hanya itu yang akan menjadi kebanggaan nantinya. *** Varen, laki-laki itu mematung saat melihat seorang wanita yang menamparnya tadi sedang berdiri dipinggir pantai, wanita itu membiarkan kakinya disapu air asin dan wajahnya yang mendongak ke atas, seketika membuat dirinya mendadak ingin tahu kenapa dia bersikap seperti itu. Jujur saja, dulu dia juga melakukan hal itu saat sedang bersedih apalagi sejak ditinggal orang-orang terkasih! Namun, wanita itu? Kenapa dia bersedih? Atas dasar apa dia ingin bersedih sedangkan dia adalah penjiplaknya? Dia pasti sangat pintar bermain peran. Ini yang terpatri dalam otak Varen, apapun itu jelas wanita ini akan bermain peran! Dia pasti akan pura-pura menjadi korban, wanita memang pintar menggunakan senjata ampuh alami yang mereka miliki! "Air Mata!" Rasa penasaran dan tak ingin melihat banyak kemunafikan atas kasus besar yang sebenarnya sedang heboh saat ini, membuat Varen memutuskan berjalan mendekati Cyra. Dia hanya ingin membuktikan pada dunia bahwa wanita ini adalah seorang plagiat nomor wahid yang akan berperan sebagai korban! Dia tak ingin tertipu lagi dengan deraian air mata yang terkadang membuatnya ragu melakukan sebuah keputusan. Langkah perlahan tapi pasti dia berdiri dibelakang wanita itu, menunggu menyelesaikan ritual memandang langit yang dilakukan wanita itu. Walaupun deras suara angin yang terdengar, tapi helaan nafasnya juga mampu ditangkap dengan samar oleh gendang telinga Varen, helaan itu jelas sedang mengeluarkan beban berat. Dia lalu berbalik, dengan wajahnya yang sedikit terbakar karena sengatan matahari, wanita itu sangat terkejut melihat kehadiran Varen saat ini. "Ileana, mari kita buat kesepakatan." Varen berkata dengan suara yang terdengar memojokkan, sama seperti yang didengar oleh Cyra saat dikamar hotel tadi. Seolah tak ada orang dihadapannya, Cyra menghindari laki-laki itu, dia malas untuk meladeni seseorang yang sangat sombong itu, wanita itu malah melangkah menghindari tubuh besar yang menghalangi langkahnya. Tak ada suara yang keluar dari mulutnya. Satu katapun tidak ada! Varen yang mendapatkan perlakuan barusan merasa wanita ini sedang menggores harga dirinya sebagai seorang laki-laki yang memiliki power besar! "Hei kau dengar tidak?! Kita buat kesepakatan, dengan begitu kau tak akan aku tuntut!" Dia berjalan menyejajarkan langkahnya dengan Cyra yang berjalan menunduk mengamati pasir putih sambil tangan kanannya memegang kedua alas kakinya. "Cyra! Ileana si penjiplak!" Ucapan itu membuat Cyra menghentikan langkahnya, dia berusaha untuk mengontrol rasa marahnya pada laki-laki yang meneriakinya sebagai seorang penjiplak. "Kita buat kesepakatan atau kalau tidak kau akan kutuntut karena kau telah menjiplak karya orang lain! Dengar aku memiliki semua buktinya!" Varen berkata keras pada Cyra. Cyra hanya memandang Varen dengan tatapan yang untuk pertama kalinya Varen tak mengerti makna tatapan dari orang lain, padahal dia sangat dikenal bisa membaca pikiran orang lain bahkan hanya dengan tatapan matanya tapi tidak kali ini, nihil. Wanita ini memandannya lekat dengan tatapan yang nyaris kosong, tak menjawab, Cyra lalu kembali melanjutkan langkah kakinya yang sempat terhenti barusan. Varen terdiam amarahnya meradang, makin panas hatinya apalagi saat tengah hari di pinggir pantai seperti sekarang ini. Wanita ini benar-benar membuat amarahnya memuncak. Dengan sangat kesal dia berjalan kembali ke arah mobil yang terparkir di pinggir jalan. "Cari tau lebih lengkap tentang wanita itu." perintahnya pada Malken, setelah masuk kedalam mobil dan membanting pintu dengan sedikit kasar "Baik Tuan." Jawabnya dengan patuh. Varen melewati Cyra yang saat ini sedang berjalan kaki meniti jalan tanpa trotoar. Saat melewatinya, Varen menatapnya dengan pandangan kejam pada wanita itu dari balik kaca mobil yang ditumpanginya, dia sangat geram dan mengepalkan tangan dengan amarah yang masih berkobar. *** Cyra, dia bukan tak ingin melawan, tapi baginya hanya dengan diam mungkin bisa sedikit menunda masalah ini, otaknya malas untuk berpikir tentang banyak hal, baginya sudah cukup banyak problem gila dalam hidupnya, kali ini dia bahkan dituduh menjiplak karya orang lain yang jelas-jelas itu semua keluar dari dalam pikirannya. Rasanya ingin sekali dia menampar lebih kuat laki-laki itu, tapi dia harus mengatur strategi kedepannya agar masalah ini bisa teratasi dengan sempurna! Kau tahu dia sudah banyak membaca buku roman picisan, artinya mempraktekan semua strategi harusnya bisa lebih gampang! "Varen Alsaki, kita lihat kau sedang berhadapan dengan siapa! Aku adalah Cyra, tak peduli siapapun kamu aku tak akan pernah percaya bahwa uang bisa mengalahkan segalanya!" Desisnya geram. *** Baru masuk ke dalam rumah Cyra melihat Neneknya duduk di kursi ruang tamu yang didepannya penuh dengan berbagai macam barang yang jelas itu pasti berasal dari Varen. "Cyra, dapat uang darimana kamu sampai bisa membeli semua ini?" Tanya wanita tua itu dengan pandangan curiga. Otak Cyra mulai berpikir menyelesaikan semuanya tanpa banyak kecurigaan neneknya, dia sebenarnya bingung bagaimana cara menjelaskan pada wanita ini. "Jawab Cyra, darimana kamu mendapatkan uang untuk membeli semua ini?" ulang Neneknya lagi dengan suara yang mulai meninggi. "Nek, tenang dulu." Cyra berkata sambil tersenyum terus mendekati Neneknya. "Cyra, jangan pernah kau menggadaikan harga dirimu, hanya karena kau menginginkan hal semacam ini." Ucapnya dengan nada meninggi membuat otak Cyra terus berpikir bagaimana untuk menceritakan hal panjang ini pada wanita yang kini duduk terlihat seperti sedang menghakiminya. "Nek, Cyra tau dan Cyra akan selalu ingat pesan Nenek, jangan khawatir ya Nek.” Cyra tersenyum. “Lalu darimana kau mendapatkan semua ini?” Lagi pertanyaan itu terulang. “Cyra memenangkan undian Nek, tapi undian itu tak bisa ditukar dengan uang, hanya bisa dibelikan barang, karena itu Cyra mengambil semua barang ini, lumayan kalau nanti bisa dijual dengan harga miring.” Jawab Cyra cepat, dan berusaha menjaga air mukanya agar terlihat meyakinkan, jika dipikir lagi ini adalah kali pertama dia berbohong pada neneknya tentang hal yang besar. “Kau tak sedang berbohong, kan?” Neneknya mencari kebenaran dari mata Cyra. “Beneran Nek.” Cyra menjawab dengan lembut tapi penuh penekanan, padahal dalam hatinya dia sangat menyesal telah membohongi wanita ini. “Baiklah, tapi kau harus selalu ingat pesan nenek Cyra, walaupun kita miskin jangan pernah kau jual harga dirimu, apalagi dizaman sekarang ini, mereka sudah banyak hidup bebas.” Wanita tua itu memegang lembut tangan cucunya. “Iya nenek, Cyra akan selalu mengingatnya, sekarang nenek harus istirahat ya.” Cyra membantu Neneknya berdiri dari tempat duduk itu, kemudian memapahnya ke kamar. Setelah keluar dari kamar itu, Cyra mengumpulkan barang-barang itu mengumpulkannya menjadi beberapa bagian, sejujurnya dia sangat kesal hari ini, apalagi saat dia dikatakan sebagai seorang penjiplak! Yang benar saja, sambil mengumpulkan barang-barang itu, dia berencana memang untuk menjual kembali, karena dia tak ingin ada hutang budi dengan orang lain. Baginya apa yang dilakukan oleh Varen, sangat tak masuk akal. Tak memakan banyak waktu untuk mengumpulkannya beberapa bagian, lalu kemudian dia masuk ke kamarnya dengan berjalan tergesa dan membuka lemari tempat dimana dia menyimpan buku tabungan yang kebetulan sekali kemarin siang dia habis mengeprintnya ke bank. Tertera disana nominal sebesar dua puluh lima juta delapan ratus tiga puluh lima ribu dua ratus tiga puluh tiga koma enam lima rupiah. Uang yang dia kumpulkan dengan susah payah ini memang rencanya akan dipakai kalau ada hal mendesak, misalnya untuk keperluan biaya pengobatan neneknya, yang terkadang uang dipakai untuk membeli obat yang tidak dijamin oleh pemerintah. Dia menghela nafas dalam, lalu melihat jam dinding kamarnya, sudah menunjukkan pukul satu lebih lima menit, masih ada beberapa jam lagi sebelum bank tutup, kemudian dengan cepat dia kembali menjenguk sang Nenek yang masih terbaring di tempat tidur. “Cyra kenapa?” Tanya wanita itu. “Nek, Cyra pergi keluar dulu ya, masih ada yang harus Cyra kerjakan, sebelum jadwal nenek minum obat sore nanti, Cyra pasti sudah pulang.” Dia pamit pada neneknya. “Iya, hati-hati ya Sayang.” Jawab wanita itu dengan lembut. Cyra bergegas cepat pergi ke Bank dan ingin mengambil seluruh sisa uang tabungan miliknya itu, dia harus mengembalikan semuanya pada laki-laki kurang ajar itu. Sebenarnya Cyra bukan tak ingin terus terang pada neneknya, tapi masalah ini sungguh rumit untuk dia ceritakan pada neneknya dan dia bingung harus mulai darimana, karena jelas neneknya juga tak akan mengerti tentang urusan novel dan sebagainya itu, dan pasti akan memakan banyak waktu untuk menjelaskan satu per satu. Dia berharap dengan kebohongannya ini tak memberikan efek besar pada wanita itu. *** Di dalam kamar dengan tipe suite yang menghadap view ke laut lepas itu, laki-laki ini sedang memijat pelipisnya yang sebenarnya tak pusing tentang urusan bisnisnya, tapi lebih kepada memikirkan harga dirinya yang diinjak oleh seorang wanita dan wanita itu juga bukan wanita yang mempunyai kekuatan super atau memiliki kelebihan khusus lainnya dia hanya seorang plagiat yang berperan sebagai korban! “Malken, cari tahu kelemahan wanita itu, Aku sudah memiliki bukti yang memberatkannya, hubungi kuasa hukum kita, terus kita tekan wanita itu, kalau sampai dia masih tak mau mengakuinya, kita harus menuntutnya atas pelanggaran kekayaan intelektual.” Ucapnya pada laki-laki berjas hitam bernama Malken, sang asisten terpercaya. “Baik Tuan, Saya akan mencari tahu semua tentang wanita bernama Cyra ini.” jawabnya. “Ini, coba kau pelajari semua tulisan Rany, dan kau bandingkan dengan isi novel yang ditulis oleh Ileana, hasilnya laporkan lagi padaku, dan ini adalah hasil dari pengamatanku.” Ucap Varen pada Malken sambil menyerahkan beberapa file diatas meja kerjanya. Baru saja Malken ingin mengambil file tersebut, pintu terdengar digedor dengan sangat tidak santai! Malken berjalan cepat menuju pintu dan membukanya. Kurang aja sekali ada orang yang berani bertindak seperti ini, apa dia tak tahu Varen adalah orang yang sangat menyeramkan kalau sudah tak suka dengan orang lain? Pintu terbuka, wanita bernama Cyra itu berdiri dihadapan Malken saat ini bersama dengan seorang petugas hotel yang wajahnya terlihat ketakutan sambil menatap Malken, seolah mengatakan kalau dia sudah mencegahnya tapi wanita itu tak bisa dicegah untuk masuk. “Mana si Varen?” Suara Cyra terdengar sangat tinggi. “Maaf Nona, jika ada masalah katakan saja pada saya, nanti biar Saya sampaikan pada Tuan Varen.” ucapnya terdengar sangat sopan. “Baiklah, ini uang dua puluh lima jutanya aku kembalikan.” Ucap Cyra sambil membuka tasnya dan mengeluarkan amplop coklat berisi uang itu. “Kau … kenapa kau sangat sombong penjiplak?!” Suara Varen terdengar jelas dan laki-laki itu akhirya menghampiri Cyra yang berdiri di depan pintu itu dengan tatapan mata yang seolah ingin menghabisi orang lain, petugas hotel itu akhirnya mundur dengan diam-diam. “Ini aku kembalikan padamu! Aku tak berhutang padamu saat ini.” Ucapnya sambil menarik tangan Varen dan menyerahkan amplop coklat dalam genggaman tangannya. Varen untuk sesaat, laki-laki itu berhenti berpikir sejenak, entah mungkin karena mendapatkan perlakuan yang membuatnya sangat surprise! Benar-benar berani dia. Cyra langsung membalikkan badannya dan segera menghilang dari hadapan Varen yang masih terperangah. Setelah menemukan kesadarannya, Varen akhirnya baru menyadari Cyra sudah pergi. Hal ini benar-benar mengoyak harga dirinya sebagai seorang laki-laki yang memiliki pesona luar biasa dan tak terbantahkan. Malken mengamati perubahan wajah Varen yang mulai memerah menandakan marah, dan dia sadar sebentar lagi akan ada badai raksasa yang akan menghampiri ruangan ini, artinya siap-siap saja semua barang akan memiliki sayap untuk terbang! Malken menghitung dalam hati, "satu ... dua ... ti ..." Varen melempar amplop itu kesembarang arah dan membuat isinya bertebaran ke seluruh ruangan. Semuanya hancur berantakan! "HAIZZZZZ!!" suara marah keluar dari mulutnya. PRAAAAANGG!! Kaca meja pecah akibat hantaman tinju dari Varen. Dia sangat kesal sekali sampai nafasnya terdengar memburu. Malken tak bisa mencegahnya, dia hanya diam mengamati saja sampai Varen selesai dengan sendirinya, karena pernah saat pertama kali dia melakukan hal itu untuk mencegahnya yang ada dia malah celaka. Varen memiliki tingkat emosi yang kurang stabil dan dia biasa menghancurkan semuanya, dia bak monster yang menakutkan kalau sedang marah. "Cepat kau cari tau semuanya tentang wanita itu! Kau harus membuatnya berlutut minta maaf padaku secepatnya!" Perintahnya pada Malken. Darah segar masih keluar dari tangan Varen setelah meninju kaca tadi. "Baik Tuan Varen." Malken menjawab cepat lalu segera keluar dari kamar itu. Sekarang ini yang dibutuhkan Varen adalah ketenangan dan tak bisa diganggu oleh siapapun. *** Cyra, wanita muda ini tak pernah habis akal untuk mendapatkan uang tambahan. Dia akan bisa melakukan apapun agar pundi-pundi tabungannya tetap ada. Kali ini, dia akhirnya menjual barang-barang yang dia dapat tadi melalui live di media sosial miliknya. Memang harga murah dan tak kembali utuh sebesar dua puluh lima juta, tapi setidaknya dia tak merasa terikat dengan uang itu. Hanya kurang dari setengah uang itu kembali tapi baginya lebih baik daripada merasa memiliki hutang. "Cyra, Nenek perhatikan kamu sangat bersemangat sekali, jangan terlalu memaksa nanti kamu sakit. Ingat kesehatan kamu ya." Wanita tua itu berjalan sambil tertatih mendekati cucunya yang masih sibuk dengan kegiatan live dagangannya. "Nenek tenang saja, Cyra ini masih muda jelas semangat masih full banget!" Cyra berkata sambil memberesi barang-barang yang dia pamerkan. Setelah kegiatan ini Cyra mulai sibuk merekap apa-apa yang menjadi pesanan customernya, disamping dia adalah pelayan toko, dia juga suka menjual barang-barang serta seorang penulis! Apapun dia lakukan asal uang yang didapat bukan uang yang berasal dari mencuri! Baru saja dia menyelesaikan semuanya, ada suara ketukan dari luar. Cyra segera berjalan kedepan dan membukanya. Seorang laki-laki yang dia sangat kenal dan tiga orang lainnya mendatangi rumah Cyra. Awalnya Cyra kaget, tapi otaknya langsung berpikir bahwa orang kaya dan memiliki kekuasaan ini jelas memiliki banyak akses untuk menemukannya. Malken, laki-laki itu kini ada dihadapan Cyra. "Nona, kami datang kemari untuk menyampaikan pesan dari Tuan Varen untuk menawarkan kerjasama pada Anda." Ucapnya tanpa basa-basi. "Kerjasama lagi?" Cyra tersenyum sinis memandang laki-laki ini. "Ini bisa menguntungkan untuk anda dan juga kami akan menutup masalah plagiat ini." Laki-laki itu berkata dengan tegas. "Apa kau bilang?!" Cyra sangat kesal mendengar ucapan barusan. "Yah, kami tak akan menuntut Anda atas tindakan penjiplakan ini." Ulangnya lagi dan ini membuat telinga Cyra mulai panas mendengarnya. "Dengar ya, Saya tak pernah mencotek, melihat atau melakukan apapun dengan hal serendah itu, Saya tahu bagaimana susahnya menulis dan merangkai kata-katanya jadi Saya tak akan melakukan hal itu. Sekarang kau pulang saja katakan pada laki-laki sombong itu, Aku ... Cyra Ghania Eshal tak akan menerima kerjasama gila itu karena aku tak melakukan tindakan kriminal seperti itu." Ucap Cyra dengan tegas, kali ini tangannya menggepal kuat karena menahan marahnya. "Sayangnya kami sudah menemukan semua ini kalau Anda benar menjiplak karya orang lain, buktinya ada disini." Malken mengambil beberapa dokumen dari laki-laki yang berdiri disampingnya. "Tak perlu kau serahkan padaku, karena aku tak butuh hal ini, aku tahu pasti dengan apa yang aku tulis dan suruh orang itu menemuiku kalau memang karyanya Aku yang menjiplak!" Cyra berkata lantang dan tegas, membuat Malken menggelengkan kepalanya, wanita ini tak tahu dengan siapa dia sedang berurusan. "Baiklah, tapi jika nanti sudah kami bawah ke ranah hukum Anda tak bisa mengelak lagi." Setelah mengatakan hal itu Malken meninggalkan Cyra dengan wajah merah karena kesal. *** "Dia benar-benar wanita yang sangat keras kepala, lakukan semuanya sesuai perintahku, jangan beri ampun untuk wanita itu." Ucap Varen pada Malken saat Malken masuk ke dalam mobil. "Baik Tuan." Malken berkata dengan nada suara rendah dan penuh kepastian. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN