READING

1955 Kata
  PART 3 – READING   Rick dan Jane memasuki ruangan yang sudah dipadati oleh para pemain film FIRST LOVE yang akan digarapnya. Dia memilih kursi di depan, di samping layar putih yang ada di belakangnya. Ada seorang acting coach juga yang hadir dalam tahap pembedahan naskah film ini. Masing-masing pemain sudah memegang naskah dan akan membacakan adegan keseluruhan dari naskah tersebut. “Siang!” sapanya cukup keras. Semua yang ada dalam ruangan menjawab sapaannya cukup jelas. Mata Rick mengedari ruangan, “Mana Nicholas?” Zazie menjawab, “Dia baru saja sampai di parkiran Rick,” katanya. “Oke,” sahut Rick dan dia duduk di kursinya. Georgia yang berada di kursi paling tengah menghela napasnya. Pemain yang lain tidak menempati kursi di sebelahnya, karena Zazie sudah mengatakan bahwa kursi tersebut disediakan untuk Nicholas. Yang mana, hal ini membuat Georgia melonjak kegirangan dalam hati karena itu artinya dia akan duduk bersebelahan dengan pria yang selama ini selalu ada dalam mimpi, bayangan dan pikirannya. Bisa dikatakan Georgia adalah fans berat dari Nicholas Brewer ini. Aktor terkenal sekaligus pengusaha yang tampan dan mapan. Pintu ruangan derbuka dan kemunculan wajah Nicholas dari balik pintu membuat Georgia memekik dalam hati ketika melihatnya. Zazie menunjuk kursi di sebelah Georgia sambil mengarahkan matanya pada Nicholas dan pria itu pun berjalan dengan anggun menghampiri kursi kosong tersebut. “Maaf semuanya,” ujarnya penuh penyesalan. “Hal ini saya pastikan tidak akan terjadi lagi,” katanya sambil menarik kursinya dan duduk di sana dengan senyuman yang memikat. Georgia tidak pernah mendapat kesempatan seperti sekarang, memandang dari dekat pria idamannya. Nicho sangat tampan, batinnya. Dari tadi matanya tidak bisa berpaling dari Nicholas. Pria itu juga belum menyapanya setelah beberapa menit duduk di sebelahnya. Georgia menelan ludahnya, “Hai Nich….” Mulut Georgia tidak sabaran untuk menyapanya lebih dulu. dia menyulurkan tangannya untuk bersalaman. Nicholas menoleh dan menyambut uluran tangan Georgia, “Nicholas,” sahutnya datar, dan memalingkan lagi wajahnya ke depan. “Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik, bukan begitu?” ujar Georgia lagi merasa kurang puas dengan respon Nicholas. Tanpa menoleh Nicholas menjawab, “Ya tentu saja.” “Ehm—mungkin untuk membangun chemistry yang baik, bagaimana kalau kita bertemu di luar jadwal syuting nanti?” Wanita ini benar-benar tidak menyia-nyiakan kesempatan sama sekali, batin Nicholas geram. “Bisa kita bicarakan itu nanti saja? Kamu lihat, Rick sedang bicara di depan,” ketusnya dingin sambil menunjuk ke arah depan dengan jarinya. Dahi Georgia berkerut dengan ekspresi yang cukup terkejut. Dia tidak menyangka pria idamannya ternyata begitu ketus dan dingin. Selama ini dia melihat seorang Nicholas Brewer adalah sebagai sosok yang ramah dan menyenangkan—penampilan di layar kaca dan pemberitaan. Namun, pada akhirnya Georgia terpaksa mengangguk cepat dan memalingkan wajahnya ke depan, memperhatikan Rick sambil berpikir. “Jadi Nicho... Gia, ini adalah pertemuan pertama kalian atau sebelum ini kalian sudah saling mengenal?” tanya Rick. Baik Nicholas atau Georgia menggeleng serempak, “Kami baru berkenalan tadi, Rick,” sahut Nicholas lebih dulu, dan diiringi dengan kalimat yang hampir sama oleh Georgia. Tatapan mereka berserobok, tapi Nicholas buru-buru mengalihkan pandangannya lagi ke arah Rick. “Kalian berdua adalah pemeran utama dalam cerita ini. Saya ingin kalian memberikan yang terbaik.” Nicholas dan Georgia mengangguk bersamaan sambil memperhatikan Rick. “Bangunlah chemistry yang baik untuk saling bertukar pikiran mengenai karakter kalian masing-masing ...,“ ujar Rick. “Karena kalian adalah sepasang kekasih di dalam film ini, aku juga tidak keberatan kalau itu terjadi di luar film.” Kalimatnya mendapat sambutan riuh dari pemeran lainnya sambil memandang ke arah mereka berdua. Georgia tersenyum malu-malu, sedangkan Nicholas terlihat tidak suka dengan candaan tersebut dan mengabaikan godaan yang juga ditujukan kepadanya.  Lalu Jane mulai membacakan rangkuman ceritanya, “First Love ini menceritakan tentang perjodohan antara Tyler Dominic dan Evangeline Ciel. Di mana perjodohan ini dilakukan karena keluarga Evangeline yang berhutang budi pada Ayah Tyler, Rom Dominic.  Tyler terpaksa menerima perjodohan tersebut karena ayahnya itu mengaku sedang sakit keras dan ingin segera melihat anak satu-satunya menikah.” Jane membalikkan naskahnya, “Sosok Evangeline yang digambarkan sebagai wanita yang polos dan sangat penurut pada ayahnya, hanya mampu menerima saja nasib yang sudah digariskan padanya. Namun dia sangat ingin diizinkan untuk tetap melanjutkan kuliahnya sebagai penari balet dan mewujudkan cita-citanya menjadi balerina seperti ibunya,” paparnya. “Dan dalam cerita ini Tyler yang awalnya menolak perjodohan menjadi menerima setelah bertemu dengan Evangeline yang akan menjadi mempelainya. Sosok Evangeline yang cantik dan polos membuat Tyler langsung jatuh hati pada saat pertama kali melihatnya. Namun, ia berusaha menyembunyikan perasaannya itu karena tidak mau dipandang lemah, baik oleh Evangeline atau ayahnya sendiri” Jane menghela napasnya. “Jelas ya sampai sini?” tanyanya. Georgia, Nicholas dan semua pemain mengangguk tanda mengerti sembari mata mereka tidak lepas dari naskah yang mereka pegang masing-masing. Kemudian pembacaan dialog dimulai. Beberapa dialog mendapat revisi atau masukan dari para pemainnya. Jane Spalding sibuk mencatat dan mencoret mana dialog yang tidak diperlukan dan mana yang harus dipertahankan. “Apa adegan ketika Eva harus membuka seluruh pakaiannya ini benar-benar tidak bisa dihapus, Jane?” tanya Nicholas yang seolah keberatan dengan scene tersebut. Rick memandang Jane, lalu kepala Jane menggeleng, “Tidak mungkin dihapus. Ini justru adegan cukup penting karena disinilah terlihat bahwa Tyler yang sebelumnya merasa gengsi kalau dia sudah jatuh cinta pada Evangeline di pandangan pertama, mulai menunjukkan perasaan yang sebenarnya pada istrinya—Evangeline itu…,” terang Jane. “Lagipula, tubuhnya tidak akan terlihat semuanya… hanya sebatas pinggang saja,” tambah Jane sambil tersenyum memandang Georgia. Batin Georgia diam-diam melompat salto kegirangan. Ini adalah scene yang dia tunggu-tunggu dan nantikan. “Aku tidak keberatan selama tidak menampilkan keseluruhan tubuhku...,” sahutnya senang. Rick nampak menghela napasnya panjang. “Bagaimana dengan adegan menciumnya paksa ini? Aku rasa Tyler yang digambarkan berkarakter dingin ini tidak akan mau menyentuh Eva, bukan? Sepertinya kesan itu jadi samar karena Jane menuliskan bahwa Tyler mencium paksa Evangeline ketika pria itu merasa panas karena melihat Eva dekat dengan pria lain?” “Itu juga tidak bisa dihilangkan karena di sinilah letak plot twist-nya, yaitu ketika perasaan Tyler yang tiba-tiba berubah,” jawab Jane santai. Nicholas mengernyitkan keningnya. Sepertinya percuma saja dia mengusulkan untuk menghilangkan adegan romantisnya dengan wanita di sebelahnya ini. Karena memang film ini adalah film romansa—yang tentu saja akan banyak scene romantis untuk mereka berdua. Nicholas mengedikkan bahunya tanda mengalah. “Ada masukan lainnya?” tanya Rick. Georgia mengangkat tangannya, “Tertulis adegan berciuman dengan panas antara Tyler dan Evangeline, apakah itu bagian dari improvisasi pemainnya atau akan ada pengarahan untuk scene keintiman tersebut?”  Nicholas menatap lawan mainnya tersebut dan ikut menantikan jawaban Rick maupun Jane. “Kami serahkan pada pemain, Gia. Namun diharapkan tetap sesuai dengan yang kami inginkan,” jawab Rick dan Jane ikut mengangguk tanda dia sependapat dengan jawaban Rick. Nicholas berdeham, “Saya keberatan dengan scene percintaan yang detail seperti ini, Jane. Saya rasa semua sutradara, termasuk Rick sudah tahu kalau saya tidak bermain sedetail ini untuk adegan percintaan—sekalipun menggunakan pemeran pengganti,” tegasnya sambil melihat tajam ke arah Rick. Georgia melihat Rick mengangguk ke arah Jane. Please-please jangan dihapus adegan itu, batinnya berteriak menyuarakan ketakutannya. Jane menghela napasnya, “Baiklah, aku akan merevisinya, kita akan diskusi soal ini nanti,” ujarnya. Nicholas mengangguk puas. “Sebenarnya scene itu hanya ada satu kali—yang sedetail itu—selebihnya memang hanya sebatas saling menyentuh, bertatapan di atas ranjang, berpelukan dan lainnya…,” timpal Rick menambahkan lagi. “Ehm, sebenarnya ada dua kali, Rick,” ralat Jane. Mata Nicholas dan Georgia membesar dalam arti yang berbeda. *** Rick dan Jane sedang membicarakan scene sensitif yang sempat dibahas pada forum reading sebelumnya. Rick tahu Nicholas memang tidak terlalu suka film dengan scene romance terlalu banyak. Dua film sebelumnya Nicholas bermain dalam film laga yang adegan romantisnya hanya sebatas berciuman saja. Oleh sebab itu ketika sekarang dia dituntut untuk beradegan ranjang dengan lawan mainnya—yang notabene belum dia kenal dan cenderung tidak disukainya—sebisa mungkin Nicholas berusaha meminimalisir kontak fisik secara langsung dengan wanita tersebut. “Apa kamu mempunyai seseorang yang harus kamu jaga hatinya atau bagaimana Nich?” tanya Rick ketika masih berdua saja dengan Nicholas di ruangannya. Nicholas menggeleng, “Itu prinsip Rick. Kalau saja tidak terikat kontrak, aku sudah pasti akan menolak peran ini, terlebih karena lawan mainnya adalah Georgia Jenskin…,” katanya. Terdengar decakan keluar dari mulut Rick sembari dia menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya. “Sebenarnya wanita itu lumayan,” sahutnya. “Cobalah untuk mengenalnya lebih dekat Nich, ini penting untuk mendapatkan chemistry yang baik pada filmnya,” sarannya. Laki-laki di depan Rick itu menarik napasnya dalam-dalam. “Tidak perlu meragukan keprofesionalanku, Rick,” sahut Nicholas jengkel. Bersamaan dengan itu pintu ruangan Rick terbuka, dan muncullah wajah Jane Spalding dari balik pintu, diikuti oleh Georgia Jenskin di belakangnya. Georgia duduk di sebelah Nicholas yang duduk sambil menopang satu kakinya, sedangkan Jane mengambil kursi tambahan dan menariknya mendekat pada Rick. “Oke Nicholas, ada beberapa bagian yang sudah saya revisi….” Jane menyerahkan satu bundel kertas yang berisi naskah dan dialog para pemainnya yang sudah di revisi. “Silakan pelajari lagi, saya harap itu sudah sesuai dengan harapanmu,” ujarnya.   Nicholas menerima bundelan tersebut dan membukanya sekilas, ia mengangguk dan menyahut, “Semoga saja, saya akan pelajari lagi lebih detail nanti di rumah,” katanya.   “Kita akan memulai syuting secepatnya dan sebelum itu saya harap hubungan kalian berdua tidak kaku seperti sekarang. Please Nicholas… Georgia, kalian berdua adalah tombak dalam project ini. Kami berharap kalian bisa mengangkat film ini merajai box office di Canada bahkan dunia!” harap Jane, “saya ada tawaran lain mengenai hal ini….” Kening Nicholas berkerut, perasaannya tidak enak dan dia memandang ke arah Jane dengan tajam. “Kami ingin menawarkan kontrak untuk sebuah gimmick, katakanlah untuk pemasaran dan promosi film ini.” Jane menelan ludahnya sembari menghindari tatapan tajam dari Nicholas, “ini hanya kontrak sampai dengan film ini tayang di bioskop dan saya rasa kisah percintaan kalian dalam kehidupan nyata akan lebih menarik perhatian penonton,” kata Jane. Mata Georgia membesar, walau hatinya merasa senang bukan kepalang, “Jane? Apa aku tidak salah? Jumlah haters-ku mungkin lebih banyak daripada penggemarku…,” akunya. “Haters itu adalah penggemar yang tertunda, Gia,” sahut Jane dengan penuh percaya diri. “Kami percaya haters-mu akan berubah menjadi penggemarmu setelah mereka tahu kalau kalian benar-benar berpacaran,” katanya. Kali ini mata Nicholas membesar. “Omong kosong, Jane!” “Nich, please… kamu terikat kontrak film ini bukan, artinya tidak ada salahnya kalian juga terikat selama film ini berjalan.” Nicholas memandang ke arah Rick yang sejak tadi tidak bicara, “Rick? Apa kau setuju dengan usul Jane yang tidak masuk akal itu?” tanyanya sambil berdiri karena emosi. Pria itu mengangkat bahunya, “Yah, tidak ada salahnya kan? Kalian sama-sama sendiri, dan film ini bisa sukses tergantung kalian berdua….” Georgia menelan ludahnya memandang ke arah Nicholas yang terlihat geram dan keberatan dengan ide Jane barusan. Bibirnya tersenyum tipis ke arah Jane, “Itu artinya saya dikontrak juga untuk berakting dalam dunia nyata, bukan begitu Jane?” tanyanya menyindir. Rick mengangguk lambat, “Yeah begitulah kira-kira,” jawabnya jujur diikuti oleh anggukan dari Jane. Georgia menghela napas dalam dan mendengkuskannya pelan, “Saya adalah aktris profesional, tentu saja saya bisa berakting di mana saja selama itu diperlukan dan selama hal itu dilakukan untuk mengangkat film yang saya perankan, saya setuju….” Padahal dalam hatinya Georgia berpikir, kapan lagi bisa menjadi pasangan Nicholas dalam dunia nyata kalau tidak dalam kontrak Marketing Gimmick ini. Nicholas menoleh cepat ke arah Georgia. s**t! Batinnya merasa sedang terjebak situasi menjengkelkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN