5

1195 Kata
"Ehm." Nicholas Sykes berdehem dan berlagak menutup wajahnya dengan kedua tangan seperti anak kecil yang sedang malu. "Maaf, sepertinya kalian sedang sibuk. Aku akan menunggu di ruang tamu kalau begitu," katanya mengolok, seakan-akan kejadian di depan matanya benar-benar membuat ia malu. Daphne dan Alastair langsung memisahkan diri karena kehadiran Nicholas Sykes yang tak diundang sukses membuat dua makhluk itu mendadak canggung. Wajah keduanya langsung menjadi merah padam. Nicholas Sykes salah satu saudara tiri Alastair Sykes, ayah sama beda ibu. Dia model terkenal, meski sudah menikah dan punya anak, tidak menghalangi ia untuk dinobatkan sebagai model dengan bayaran tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Saudara laki-laki Alastair Sykes yang satu ini memang selalu masuk dan keluar apartment Alastair semaunya. Sejak mengumumkan kepada dunia ia bakal menikahi Yui Kito, Nicholas jadi sering mengunjungi Alastair untuk mendiskusikan perjanjian pranikah yang bakal membuat Yui tidak bakal bisa bercerai dengannya. Padahal dia memiliki pengacara pribadi. Alastair Sykes curiga Nicholas tidak datang untuk konsultasi, melainkan pamer! "Astaga Nick, bisakah lain kali tidak masuk ke rumahku seenaknya! Sekarang aku sudah menikah," dengus Alastair Sykes antara geram dan malu, ia bahkan reflek menunjukan cincin kawin di jari manisnya, membuat ia mengernyit sendiri. "Aku sudah sering melihat yang seperti itu, jangan sungkan untuk melanjutkan, aku tidak masalah," balas Nicholas Sykes mengomentari lebih lanjut, membuat Daphne langsung berlari ke kamar tanpa menoleh lagi ke belakang. Ketahuan hampir bercinta di dapur oleh ipar sendiri, siapa yang tak bakal malu. Apalagi istri Nicholas adalah sahabat Daphne. Alastair Sykes menatap punggung istrinya yang berjalan makin menjauh. "Kau menang, tapi istriku tidak nyaman," dengusnya. Nicholas Sykes mengangkat bahu cuek dan berjalan mengitari sofa panjang ruang tamu Alastair. "Kalian tidur di sofa?" tanyanya dengan nada curiga saat melihat bantal dan selimut teronggok lesu di sana. "Nicholas!!! Berhentilah mengurusi urusan ranjang rumah tangga orang lain!" kata Alastair Sykes membereskan bantal dan selimutnya. "Kau tunggu disini, aku kedalam sebentar," lanjutnya "Mau melanjutkan yang tadi?" tanya Nicholas Jahil. Hasilnya, bantal di tangan Alastair langsung melayang ke arahnya. Dari tiga saudara Sykes, Nicholas memang paling jahil dan paling nakal. Ia selalu menjahili siapapun, bahkan orang tua mereka. "Aku benar-benar ingin memotongmu menjadi empat, Alastair," kata Daphne dengan geram saat ia menganti kimono tidurnya dengan pakaian santai dan melihat Alastair juga mengikutinya masuk ke kamar. Alastair Sykes mengangkat kedua tangan tanda menyerah. "Sabar Nyonya Sykes. Kita usir dulu kecoa besar itu dulu, baru nanti kita lanjutkan yang tadi," katanya penuh gurauan. Daphne Katherine Acley langsung melempar botol parfumnya dan menimbulkan kegaduhan, karena botol itu mengenai pintu masuk. "Aku akan sabar menunggu, kakak ipar," teriak Nicholas Sykes dari luar. "Tidak perlu buru-buru." Apartment Alastair memang kecil dan berdinding tipis sehingga memungkin orang-orang di luar mendengar apapun yang terjadi di dalam kamar, begitupun sebaliknya. Bahkan kegiatan tetangga sebelah pun, kadang-kadang bisa terdengar. Apalagi lemparan Daphne begitu kuat dan kencang. Daphne benar-benar ingin mencincang-cincang dua bersaudara ini dan ia dan Yui bakal jadi janda. Hanya Jay Sykes satu-satunya yang waras dari tiga Sykes bersaudara. Mereka jadi simpanan Jay saja kalau begitu. "Saudaraku tidak sehat? Kok bisa keluar cepat," kata Nicholas saat melihat kakak iparnya yang keluar lebih dahulu. Daphne melotot geram, kedua tangannya terkepal. Ia ingin memukul mulut Nicholas dengan tongkat bisbol dan membuat seluruh gigi pemiliknya rontok. Dan ia berakhir di kantor polisi. Jadi dia urungkan pikiran itu dan melengos ke dapur. "Nicholas," teriak Alastair geram dari dalam kamarnya. Ia bersumpah bakal melipat-lipat Nicholas. "Teh atau kopi?" tanya Daphne dari dapur. Ia berencana menambah racun kedalam minuman Nicholas, tapi sayang racun tidak ada di dapur Alastair. "Kopi, boleh," kata Nicholas dengan senyum lebar, dan membuat Daphne makin kesal. Alastair langsung berlari saat keluar kamar, melompati sofa dan berujung bergumul seperti anak kecil dengan Nicholas di sofa. "Berhenti," hardik Daphne. Ia sudah mencapai batas kesabarannya. "Kalian terlalu tua untuk bergumul seperti itu," katanya. Tapi dua kakak beradik itu masih sibuk bergumul, sehingga Daphne terpaksa menarik kuping mereka. "Argh, sayang. Ampun." "Kakak ipar, jangan kejam pada diriku yang imut ini." Daphne tidak segera melepaskannya. "Kalian duduk tenang, jangan membantah atau aku benar-benar bakal mencincang kalian berdua," ancam Daphne serius sebelum kembali ke dapur. "Baik, Bos," cetus Nicholas dan menggosok-gosok telinganya yang sudah memerah. Dasar ipar kejam. Istri atau bahkan orang tuanya belum pernah menjewernya. "Nah, urusan mendadak seperti apa yang membuat model super sibuk sepertimu mengunjungi rumahku yang sederhana ini?" tanya Alastair Sykes saat sudah duduk di hadapan Nicholas dan Daphne sudah kembali dari dapur. "Silahkan," kata Daphne, matanya masih siap menghajar kedua bersaudara itu jika mereka kembali berulah. "Jangan galak seperti itu Al, aku tahu aku telah ..." "Jangan coba-coba Nick," ancam Alastair sebelum Nicholas mulai mengoloknya. Adiknya yang satu ini memang sedikit ajaib. Tidak jera meski istrinya yang baru saja menunjukkan kekejaman dengan menjewer mereka berdua. Nicholas tertawa penuh kesenangan. Mengolok saudaranya yang baru menikah menimbulkan kebahagiaan tersendiri baginya. "Aku hanya mengundang kakak ipar untuk ditampar istriku," katanya dan menikmati kopi yang disediakan iparnya. "Apa?" tanya Daphne kaget. Diundang untuk ditampar Yui? Apa-apaan Nicholas Sykes? Dimana-mana kalau mau tampar ya langsung tampar saja, mengapa harus diundang segala. Alastair Sykes mengacak rambutnya. "Nick kau membuat istriku salah paham," katanya. Nicholas Sykes tertawa terpingkal-pingkal. Ternyata mudah sekali mengerjai pasangan yang baru menikah itu dengan aksi jahilnya. "Di keluarga kita ada yang dinamakan pesta angsa, mirip baby shower untuk ibu hamil. Nanti ada tradisi menantu keluarga saling tampar. Itu hanya tradisi bukan tampar yang sebenarnya," jelas Alastair Sykes melihat ekspresi terkejut istrinya. "Pesta angka itu besok. Semoga kalian punya waktu untuk memberi hadiah, karena sepertinya kalian sangat sibuk. Emas sepuluh kilogram kami tidak bakal menolak," kata Nicholas amat senang mengolok saudaranya dan ia langsung berdiri. "Kalian boleh lanjutkan yang tadi," lanjutnya. Daphne Katherine Acley ingin sekali melempar cangkir kopi dihadapannya, tapi ia juga takut anak Yui bakal tidak punya ayah saat lahir. "Apa kita harus melaksanakan perkataan Nicholas tadi?" tanya Alastair jahil. "Astaga Al. Berhenti mengolokku atau kau benar-benar bakal berkeping empat," teriak Daphne dengan tangan terkepal. "Aku tidak mau," kata Alastair "Kau istriku, mana bisa seperti itu." "Jika kau memang suamiku, maka kau harus bersedia pindah ke rumahku." "Oh, Girl, tunggu, apa-apaan ini?" kata Alastair tersinggung dan ia langsung memasang sikap bermusuhan. Pindah ketempat wanita itu? Tentu saja wanita kaya dan berpengaruh seperti istrinya tidak bakal mau tinggal di apartmentnya yang jelek dan sempit. "Bolehkan aku memohon padamu?" tanya Daphne. Matanya dipenuhi ketulusan, dan Alastair merasa dirinya terpengaruh oleh tatapan istrinya. Meski ia mengangguk, sikapnya masih bermusuhan. Harga dirinya yang amat tinggi tersakiti. "Hanya kali ini mohon rendahkan sedikit harga dirimu. Mungkin permintaanku terdengar kurang ajar. Aku bukan tidak bisa tinggal di apartmentmu atau apapun yang kau imajinasikan sekarang. Aku tidak masalah tinggal disini, aku bahkan pernah tinggal ditempat yang jauh dari kata layak, apartmentmu saat itu bahkan bagai tempat yang sangat mewah bagiku. Kalau kau tidak percaya kau bisa bertanya pada David. Hanya saja ada satu hal yang tidak mungkin untukku lakukan disini. Aku juga tidak mungkin memindahkannya kesini, apa lagi bolak-balik rumahku dan apartmentmu," jelas Daphne. Ia sudah merencanakan bicara pada Alastair, tapi tidak menemukan waktu yang tepat karena laki-laki itu sibuk mengerjainya. "Lalu apa yang aku dapatkan?" tanya Alastair Sykes melipat kedua tangan didepan d**a. "Saat kau jadi suamiku, semua milikku sudah jadi milikmu." "Baiklah, kuikuti maumu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN