BAB 001
___
"Bu, bang Arka dimana?" Tanya seorang gadis yang sudah memakai setelan khas anak SMA lengkap dengan dasi dan kaus kaki diatas lutut.
Dia Alesha, gadis berambut sebahu itu sebenarnya malas sekali untuk berangkat hari ini, tapi daripada berurusan dengan guru Konseling, Alesha memilih berangkat.
Toh tidak ada ruginya bagi gadis itu, ia tetap mendapatkan uang saku dari ibunya "Udah berangkat sayang" sahut wanita paruh baya yang memakai daster berwarna biru muda dengan motif bunga-bunga kecil.
"Ya udah, Alesha berangkat ya Bu." Timpal Alesha setelah merapihkan letak piring, gelas dan sendok yang tadi ia gunakan untuk menyantap sarapan paginya.
Ayu menghampiri sang buah hati "Mau bawa bekal gak Al?" Tanyanya.
Alesha menggeleng lalu bangkit dari duduknya "Engga deh, cuma upacara, absen terus pulang kok Bu. Mungkin jam 9 udah di rumah." Sahut Alesha lalu mengambil ranselnya yang ia letakkan di kuri samping.
Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menerima Saliman dari anaknya "Hati-hati, jangan keluyuran kalo udah pulang langsung pulang."
"Siap! Perintah di terima." Kata Alesha lalu tertawa setelahnya ia langsung berjalan keluar dari kediamannya.
Sebelum benar-benar pergi, Alesha memakai sepatu di teras depan. Tak lama hanya tak lebih dari tiga menit.
****
Alesha sesekali membunyikan klakson motor metic miliknya takala ada beberapa siswa siswi yang berjalan menghalangi laju motor yang ia kendarai.
Gadis itu memarkirkan sepeda motornya di area khusus parkir motor, seperti biasa di bagian paling depan agar mudah mengambilnya saat pulang nanti.
Setelah melepas helm dan sedikit merapihkan seragam dan tatanan rambutnya, gadis itu langsung beranjak melangkah kearah kelasnya yang berada di lantai dua.
Sesekali ia menyapa beberapa temannya yang dulu sempat satu organisasi dengannya, hanya formalitas agar tidak di cap sombong.
"ADEL!" Panggilnya lalu berlari kecil kearah seorang gadis yang menguncir satu rambutnya yang berada di depan Alesha.
Adel, gadis yang menguncir satu rambutnya itu tersenyum lalu langsung merangkul Alesha "Tumben Lo gak pake jaket?" Tanya Adel.
Alesha meringis "Jaket gue belum di cuci, kemaren kena kuah bakso."
Adel melepaskan rangkulannya lalu berjalan beriringan dengan Alesha menyusuri koridor lantai satu menuju tangga di pojok koridor "Wati jadi pasukan paskibra. Lo mau liat dia gak?"
"Gak ah, ntar juga bakalan liat dia kalo upacara." Sahut Alesha.
"Bener juga sih, btw Lo bawa duit kas gak?"
Alesha mengangguk "Bawa, kenapa?"
"Tadi malem Dimas nge chat gue, katanya Lo disuruh fotocopy materi dari Bu Endang."
"Oke, balik nanti temenin gue fotocopy mau gak?" Tanya Alesha.
Adel meringis"Gue mau jalan sama Riko, sorry." Sahutnya.
Sudah Alesha duga, sahabatnya ini memang sangat bucin, jika ada waktu luang pasti ia sempatkan untuk bertemu kekasihnya.
Menyebalkan? Tentu saja tidak, lagipula Adel juga punya privasi yang memang seharusnya Alesha tidak ikut campur.
"CK, gue sendiri nih. Males banget." Eluhnya sembari menaiki anak tangga, sesekali Alesha menepikan tubuhnya saat berpapasan dengan siswi lain di anak tangga yang memang tak terlalu lebar.
Kelas IPA 2, Alesha memasuki ruang kelas yang sudah cukup ramai. Terlebih jam sudah menunjukkan hampir jam 7. Itu artinya upacara bendera akan segera di mulai.
Banyak di antara mereka yang sudah siap membawa topi khas anak SMA dengan bordiran SMA Garuda di samping topi.
Alesha menaruh ranselnya di bangku yang sudah hampir tiga bulan ia singgahi, tak lupa gadis itu juga mengambil topi miliknya.
"Al, nih materi yang Lo mau fotocopy. Jangan lupa besok dibawa." Alesha menengokkan kepalanya kearah cowok yang berdiri tepat di belakangnya sembari memegang beberapa lembar kertas.
Alesha menerimanya dengan cepat "Satu orang dapet atau satu bangku satu?" Tanya Alesha.
Dimas menggaruk belakang kepalanya "Duit kas ada berapa di Lo?"
"Separo doang, sisanya di Alin." Sahut Alesha.
"Kalo nyukup satu orang satu, kalo engga ya tambahin pake duit Lo dulu."
Alesha berdecak "Ck, Lo gak ada niatan buat nambahin? Lo kan ketua kelas."
Dimas merogoh saku celananya "Gue tambahin dua puluh, sisanya buat Lo jajan."
Mata Alesha membinar "Seriusan?" Sahutnya sembari menerima selembar uang limapuluh dari Dimas.
Adel yang tengah sibuk dengan ponselnya itu tak peduli dengan percakapan Alesha dengan Dimas.
"Pokoknya jangan lupa besok di bawa!"
"Oke."
Dimas beranjak pergi meninggalkan kelas. Beberapa OSIS juga sudah stay di depan pintu untuk mengoprak-oprak.
"Del, ayo turun." Ajak Alesha. Adel yang tengah memakai sun blok itu mengangguk "iya bentar dulu biar rata." Sahutnya.
Alesha berdecak "Udah rata Del. Ayo cepet ntar kebagian paling depan males banget gue."
Adel memasukkan botol sun blok miliknya kedalam ransel "Iya ini udah, bawel Lo!" Sahutnya.
***
Upacara berjalan dengan lancar, terik matahari juga sudah semakin terik. Alesha bergerak gelisa, perutnya melilit ingin buang air besar.
Keringatnya sudah membanjir pelipis, raut wajahnya juga sudah terlihat pucat. Alesha menepuk pundak Adek yang sibuk mendengarkan ceramah dari kepsek.
"Del, perut gue sakit banget." Ucapnya lirih.
Adel menengok panik "Lo sakit?"
"Engga, gue mules."
"Bentar gue panggilin PMR."
Alesha memejamkan matanya saat Adel berjalan kebelakang "Gue kebelet bangke bukan sakit perut!!"
Tak lama dua petugas PMR datang dan langsung memapah Alesha. Gadis itu hanya menahan malu.
"Adel tai!" Ucapnya dalam hati sembari memegangi perutnya yang semakin mulas.
Sebenarnya ia ingin sekali mengatakan bahwa ia kebelet bukan sakit perut, tapi ia malu saat beberapa pasang mata menatapnya iba.
***
"Gue gak sakit kak, gue kebelet!"
Suara gadis yang baru masuk ruang UKS membuat petugas PMR dan beberapa murid yang mungkin baru siuman langsung mengalihkan pandanganya kearah gadis bername-tag Alesha putri yang masih berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan di papah oleh dua petugas PMR.
Alesha menganga, Ia menatap sekelilingnya lalu meringis tanpa dosa "Maaf." Ucapnya lalu melepaskan diri dan membalikkan badannya.
"Mau kemana Al, katanya sakit perut?" Tanya Risma, teman kelasnya yang menjadi petugas PMR.
Gadis berambut sebahu itu enggan menjawab dan memilih berjalan cepat "Sialan Adel!" Gerutunya sebari terus berjalan cepat menuju toilet di pojok koridor.
Derap langkah Alesha yang terburu-buru menggema di sepanjang koridor yang memang sangat sepi karena semua murid dan guru tengah mengadakan upacara bendera memperingati hari kemerdekaan.
Seorang laki-laki tersenyum tipis melihat Alesha yang berjalan cepat dengan gaya yang tak biasa. Mungkin karena tengah menahan agar tidak kepicirit.
Dia Aldo, petugas PMR yang tadi sempat memapah Alesha. Usianya terpaut satu tahun dari gadis kecil itu.
Gosip tentang Aldo menyukai Alesha juga sudah tersebar keseluruh pelosok SMA Garuda. Tapi tidak ada pembuktian atau elakan dari Alda membuat kabar itu hanya sekedar gosip.
Lagipula Alesha tidak peduli selagi ia tidak dirugikan.
Aldo menyenderkan punggungnya ke tembok samping pintu toilet wanita. Memasukkan sebelah tangannya di saku celananya, sedangkan yang satunya tengah mengotak-atik ponsel genggamnya.
Cukup lama, sekitar hampir sepuluh menit Alesha berada di dalam toilet, gadis itu keluar dengan senyum merekah di bibirnya "Udah?"
Hampir saja gadis itu melompat terkejut saat mendengar suara bas milik Aldo, Alesha tersenyum kikuk "Lo ngapain disini kak?" Tanyanya sembari melihat ke sekeliling dan hanya ada mereka berdua disana.
"Nungguin elo."
Alesha menatap Aldo dengan tak percaya, demi Tuhan gadis itu malu sekali! Bagaimana bisa seorang yang tengah di gosipkan menyukai dirinya melihat wajah sehabis berak?!
"Akh, makasih. Tapi sebenernya gak perlu." Ujar Alesha mengalihkan pandanganya lalu berjalan pelan meninggalkan Aldo.
Langkah kecilnya mudah di imbangi dengan langkah lebar Aldo "Mau kemana Al?"
Alesha menatap Aldo yng berjalan di sampingnya "Lanjut ikut upacara." Sahutnya.
Aldo mengangguk "Gak perlu, paling bentar lagi bubar." Timpal Aldo.
Sebenarnya Alesha tau jika upacara hendak bubar, hanya saja ia bingung harus menjawab apa. Jujur saja, ini kali kedua ia berbincang langsung dengan Aldo.
Selain karena mereka beda tingkat kelas, Alesha juga tak terlalu suka bersosialisasi dengan lawan jenis.
Terhitung, sejak lahir ia tak mempunyai teman dekat cowo. Jika bukan karena bendahara ia juga tak akan mungkin mempunyai urusan dengan lawan jenis.
Tapi bukan berarti Alesha tipikal gadis tertutup dan pendiam, Ian gadis aktif yang suka sekali bermain bersama kedua sahabatnya.
See you next part
Salman
Sellaselly12