PARTE 1 : Perempuan Misterius

2125 Kata
Kaelan memasukkan mobilnya ke rumah kecil yang terawat - dengan macam-macam bunga di halamannya. Tiga orang di kursi tengah sudah tidak sabar untuk keluar dari mobil. Kaelan tak tahu kenapa mereka memilih mengerjakan tugas di rumah Yasa daripada di kafe atau di kosan mereka sendiri. Kalau Kaelan - tentu saja ia harus ikut karena ia Yasa adalah teman kelompoknya. Mobil satu lagi yang berisi tiga dua orang teman angkatannya memasuki halaman rumah Yasa. Mereka satu angkatan - tapi Kaelan tak begitu mengenal mereka. Kaelan jarang bergaul dengan teman kuliahnya. Sejak SD, teman-temannya mendekati Kaelan hanya karena status dan harta keluarga Jourdin. Tidak ada yang tulus ingin berteman dengannya. Dan Kaelan pikir, dunia kuliah pun tak jauh berbeda. Termasuk para laki-laki yang kini masuk ke rumah Yasa dengan berisik itu. Kaelan baru pertama ke rumah Yasa yang terkenal di antara teman angkatannya karena yang paling dekat dengan kampus itu. Dan kesan pertama yang ia dapat - rumah itu terasa begitu nyaman. Entah karena dekorasinya yang rapi dan tidak berlebihan, udaranya yang segar karena berbagai tanaman di halaman depan, atau aroma asing tapi menyejukkan yang memenuhi rumah itu - seperti percampuran antara tanah, hujan, dedaunan, dan air. Entahlah, aromanya begitu menenangkan. Mungkin Kaelan akan menanyakannya pada Yasa pengharum apa yang ia gunakan. Semakin masuk ke dalam, rumah itu semakin menunjukkan bahwa pemiliknya sangat rapi dan bersih. Tidak ada setitik debu pun di kaca lemari yang berisi barang-barang antik di ruang tamu, tak ada sampah, tak ada barang-barang berserakan. Yasa berkata ia tinggal di rumah itu sendiri, tapi tak mungkin laki-laki yang memakai celana sobek-sobek dan kemeja belel itu merapikan rumah ini sendiri. Siapapun pembantu yang membersihkan rumah itu - orang itu patut mendapat gaji yang tinggi. Mungkin Kaelan juga akan menanyakan siapa yang membersihkan rumah ini pada Yasa. Kaelan dengar ibunya sedang mencari pembantu baru karena Bu Minah sedang melahirkan. Orang yang membersihkan rumah ini pantas untuk ia rekomendasikan pada ibunya nanti. "Kae, lo baru pertama ke rumah gue. Ada aturan enggak tertulis di sini. Jangan sentuh barang apapun atau gue potong tangan lo," kata Yasa ketika Kaelan menyentuh vas bunga di samping televisi. Kaelan mengedikkan bahunya tidak peduli. Laki-laki itu duduk di sofa dekat teman-teman Yasa lainnya. Yasa kembali dari dapur membawa berbagai snack dan minuman soda. Seketika, semua makanan itu habis di ambil oleh teman-temannya. "Lo enggak punya bir?" tanya Kaelan. Yasa menatapnya marah, "Lo pikir rumah gue bar? Enggak ada bir di sini. Gue enggak doyan bir." Kaelan mengangguk dengan wajah datar lalu mengeluarkan rokoknya. Kaelan baru saja akan menyalakan api ketika Yasa kembali berteriak, "Di sini enggak boleh ngerokok. Kalau lo pengen ngerokok, keluar sana!" perintah Yasa sambil menunjuk pintu kaca yang mengarah ke kolam renang. Laki-laki itu kembali mengangguk lalu berjalan menuju kolam renang. Kaelan duduk di salah satu kursi di sana dan menyalakan rokoknya. Hari sudah malam dan tempat itu hanya disinari oleh satu lampu kecil di sudut, sehingga lumayan gelap. Kolam kecil itu berbatasan langsung dengan rumah tetangga, hanya dibatasi oleh gerbang kecil dan semak-semak tak tertata di belakangnya. Rokok Kaelan hampir habis ketika ia melihat bayangan di sudut tempat itu. Kaelan berdiri dan mendekati bayangan itu. Kaelan melihat seorang perempuan berkacamata sedang mengetik di laptop. Kaelan memperhatikan perempuan itu. Rambutnya panjang dan lurus - berwarna keemasan karena sinar lampu yang redup. Perempuan itu memakai kemeja putih besar dan celana pendek hingga Kaelan bisa melihat kaki mulusnya yang indah. Kaelan hanya melihatnya dari samping sehingga ia tidak melihat wajahnya - tapi hidungnya mancung sempurna dan perempuan itu menggigit bibir agak tebalnya beberapa kali sambil meminum kopi hitam di meja depannya. Sangat menggemaskan - dan indah. Perempuan itu - entah kenapa Kaelan sangat penasaran dan ingin mendekatinya. Mungkin karena suasana di luar yang sangat dingin dan tenang atau karena perempuan itu terlihat sangat cantik di bawah cahaya redup rembulan. Kaelan rasanya seperti disihir oleh daya magis yang membuatnya mendekat pada perempuan itu. Kaelan baru melangkahkan kakinya ketika seseorang memanggilnya dari belakang. "Ngapain lo di sini?" tanya Yasa dengan nada dingin. Kaelan sedikit kesal karena Yasa muncul di saat yang tidak tepat. "Siapa dia?" tanya Kaelan sambil menunjuk kursi di pojok tempat itu, tapi kini tidak ada siapa-siapa di sana. "Siapa yang lo maksud?" "Lo enggak tinggal sendiri, kan? Gue lihat perempuan duduk di sana." "Dimana? Lo jangan ngawur! Gue tinggal sendiri di rumah ini," kata Yasa cepat. "Gue lihat perempuan duduk di sana. Rambutnya panjang dan pakai kacamata. Gue enggak mungkin salah. Gue enggak mabuk, Yas!" Yasa terlihat tidak percaya dengan perkataan Kaelan. "Udahlah. Mungkin itu tetangga gue yang numpang WIFI di sini. Ayo kita ngerjain tugas buat besok. Ini udah malem, pokoknya kalian semua harus pulang sebelum jam dua belas," kata Yasa sambil menarik tangan Kaelan masuk ke rumah. Kaelan masih menatap kursi di pojok itu dengan tak rela. Perempuan itu entah kenapa masih menyita pikirannya. Seperti sebuah mimpi indah yang terbangun di tengah cerita - Kaelan ingin melihat perempuan itu lagi. *** Sudah seminggu Kaelan selalu datang ke rumah Yasa. Hanya satu tujuannya - yaitu bertemu lagi dengan perempuan misterius itu. Yasa berkata bawa perempuan itu adalah tetangganya yang menumpang WIFI. Kaelan dua hari mengamati tetangga Yasa dan keluarga itu tidak memiliki anak berambut panjang. Anak perempuan satu-satunya tetangga Yasa masih SMA dan tidak berkacamata. Anak itu juga bertubuh kurus dan datar - beda sekali dengan perempuan di kolam renang itu yang tubuhnya lebih berisi tapi tidak berlebihan. "Gue udah bilang enggak ada siapa-siapa di rumah gue! Mungkin aja lo ngelihat hantu malam itu! Lo pernah dengar kan kalau kuntilanak juga rambutnya panjang?" kata Yasa ketika Kaelan kembali bertanya tentang perempuan misterius itu. "Dia enggak mungkin hantu, Bego! Mana ada hantu pakai kemeja putih dan celana pendek. Gue bahkan lihat kakinya yang jenjang dan mulus-" Kaelan berhenti ketika Yasa menatapnya tajam. "Pokoknya perempuan itu sangat seksi dan dia enggak mungkin hantu!" Yasa semakin marah ketika Kaelan menyebut perempuan itu seksi. Itu semua tak luput dari perhatian Kaelan dan laki-laki itu semakin curiga pada Yasa. "Sekali lagi lo ngomongin tentang perempuan itu, lo enggak boleh dateng ke rumah ini lagi!" kata Yasa. Kaelan menatap Yasa dengan mata menyipit, "Lo nggak mungkin nyembunyiin cewek lo di rumah ini, kan? Kalian tinggal bareng? Lo nggak ngenalin cewek lo ke temen-temen lo karena takut mereka nikung lo?" Yasa menjitak kuat kepala Kaelan. "Jangan ngomong sembarangan, g****k!" Yasa pergi meninggalkan Kaelan tetap di kolam renang. Sepeninggal Yasa, laki-laki itu melirik teman-temannya dari celah pintu. Mereka sedang menonton video porno bersama. Kaelan tersenyum kecil tak habis pikir darimana mereka mendapat ide menonton video porno bersama. Apalagi dengan suara yang cukup keras hingga terdengar sampai luar. "Dasar anak-anak bodoh itu," batin Kaelan sambil menutup pintu di belakangnya hingga suara itu tidak terdengar lagi. Dua rokok sudah Kaelan habiskan seorang diri. Sejak SMA ia menjadi perokok berat. Paling tidak Kaelan harus merokok dua buah setiap harinya. Ibunya sudah menyuruhnya untuk berhenti - bahkan pernah membawa psikiater karena Kaelan tak juga berhenti merokok, tapi semua itu sia-sia. Hanya dengan nikotin itu pikiran Kaelan tenang - seperti obat tidur yang menyenyakkan hidupnya setiap hari. Kaelan tidak bisa berhenti merokok - setidaknya ia belum menemukan alasan kuat untuk melakukan itu. Dan sekarang, rumah ini adalah tempat favorit Kaelan untuk merokok. Kaelan baru bertamu beberapa ke rumah Yasa, tapi ia sudah merasa akrab dengan rumah itu. Yasa juga tidak seburuk apa yang Kaelan pikirkan. Yasa adalah salah satu laki-laki yang digilai di kampus karena wajahnya dan Kaelan pikir Yasa mendekatinya untuk mendongkrak popularitasnya di kampus. Tapi Yasa berbeda dari yang Kaelan pikir. Yasa dan teman-temannya tidak pernah melihat Kaelan sebagai anak konglomerat yang bisa dimanfaatkan. Bahkan mereka menolak ketika Kaelan menawarkan akan mengenalkan mereka pada ayahnya. Padahal mereka akan segera lulus dan koneksi sangat penting untuk mendapat pekerjaan. Teman-teman Yasa ada enam orang - Dheo, Gilang, Jason, Samuel, Hesse, dan Ziko. Kebanyakan mereka berasal dari keluarga biasa. Kecuali Hesse yang ayahnya memiliki perusahaan meskipun tidak sebesar Jourdin Group. Kaelan senang menemukan teman-teman baru - tapi ia lebih senang jika bisa bertemu dengan perempuan misterius itu lagi. Suara teriakan dari dalam membuat Kaelan mematikan rokoknya dan masuk ke rumah. Di sana berdiri perempuan yang kemarin ia lihat. Perempuan itu memakai celana jeans besar sepanjang mata kakinya, kaos putih polos, dan kemeja kuning kebesaran yang tidak dikancingkan. Perempuan itu termasuk tinggi untuk ukuran perempuan Asia. Kulitnya berwarna putih agak kekuningan dan bibirnya berwarna merah muda yang menggiurkan. Rambutnya ternyata tak selurus yang ia pikir, poni perempuan itu sedikit ikal menutupi dahinya yang tidak terlalu lebar. Kaelan sedang asik mengamati wajah cantik itu ketika perempuan itu berjalan cepat dengan wajah kesal. Kaelan melihat lantai yang basah dan laki-laki itu segera berlari menangkap tubuh perempuan itu ketika ia terpelesat jatuh. Tubuh perempuan itu terasa pas di tangannya. Sangat tepat dan Kaelan merasa bahwa perempuan itu memang terlahir untuknya. Perempuan itu membuka mata dan diam terkejut beberapa saat. Kaelan menggunakan kesempatan itu untuk melanjutkan pengamatannya. Perempuan itu tidak menggunakan kacamata lagi dan sekarang Kaelan bisa melihat wajahnya sangat jelas. Sangat jelas hingga laki-laki itu bisa melihat tiga titik hitam samar di dagu, pipi kanan, dan keningnya. Kaelan bisa melihat mata besar perempuan itu yang membulat - dengan bola mata hitam pekat - dan alis tebalnya yang terukir sangat sempurna. Perempuan itu adalah keindahan yang belum pernah Kaelan lihat seumur hidupnya. "Ternyata kamu benar-benar nyata," ucap Kaelan tanpa sadar. Perempuan itu manatap matanya dalam dan Kaelan merasa tubuhnya menegang. Ada sesuatu yang ingin menyeruak keluar ketika manik mata itu menatapnya. Seperti aliran listrik - tapi lembut dan menggetarkan. Kaelan merasa kehilangan dirinya sendiri dan larut dalam mata perempuan itu. Dan tiba-tiba, seseorang menarik perempuan itu menjauhinya dan sensasi itu kian memudar. Sensasi yang Kaelan pikir ia sudah kecanduan olehnya. "Jangan main-main dengan kakak gue, Kaelan!" kata Yasa dengan tajam. Kaelan tersenyum kecil, "Oh, dia kakak lo? Bukan pacar lo?" "Dia kakak gue dan gue enggak akan izinin lo dekat-dekat sama kakak gue," kata Yasa lagi. "Gue baru tahu kalau cowok yang digilai cewek-cewek di kampus seperti lo sangat posesif sama kakaknya," kata Kaelan lagi. Yasa ingin membalas, tapi perempuan itu mendorong tubuh Yasa ke samping dengan tatapan tajam, "Abiyasa! Mbak belum selesai ngomong! Mbak ingin kamu mengusir teman-temanmu ini sekarang! Jangan datang lagi ke sini hanya untuk menonton video porno seperti tadi! Pergi dari rumah ini sekarang!" Yasa menyuruh teman-temannya keluar dengan gerakan matanya. Teman-teman Yasa mengucapkan selamat malam serentak kepada perempuan itu dan keluar dari rumah itu. Setelah memastikan teman-teman Yasa pergi, perempuan itu menatap Kaelan dengan datar. "Kenapa kamu tidak pergi?" tanya perempuan itu. Kaelan tidak bisa membendung senyumnya sendiri. Wajah marah perempuan di depannya ini sangat menggemaskan. "Aku? Apa kamu juga mengusirku? Aku enggak ikut-ikutan menonton video porno tadi." "Pergi saja, Kaelan!" perintah Yasa. Kaelan tidak beranjak dari tempat berdirinya. Kaelan masih menatap perempuan itu tanpa menanggapi Yasa. "Boleh tahu namamu?" tanya Kaelan pada perempuan di depannya yang masih memasang wajah dingin. Tak mendapat tanggapan dari perempuan di depannya, Kaelan beralih pada Yasa, "Boleh tahu siapa nama kakak lo?" Yasa sudah berada di depan Kaelan untuk menariknya keluar, tapi tubuh Kaelan lebih besar daripada Yasa. Yasa tidak bisa menarik Kaelan untuk pergi. "Nama saya Yasmin. Saya kakak Yasa. Saya minta maaf karena telat berkenalan denganmu dan teman-teman Yasa lainnya." Yasmin masih menatap Kaelan dingin dan tak bersahabat. "Tapi ini sudah malam dan sebaiknya kamu pergi dari rumah ini," ucap perempuan itu dengan sopan yang membuat Kaelan semakin tertarik. "Yasmin," lirih Kaelan. Namanya Yasmin. Yasmin - bunga melati. Bunga kecil berwarna putih yang cantik dan wangi. Nama perempuan itu pun begitu indah saat ia ucapkan. Kaelan bertekad saat itu juga, bahwa ia akan menjadikan perempuan itu miliknya apapun yang terjadi. Yasmin telah membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dan perempuan itu harus bertanggung jawab. "Aku melihatmu seminggu yang lalu di kursi dekat kolam renang. Itu benar kamu, kan?" tanya Kaelan. Yasa mencekal tangan Kaelan, "Kaelan!" Yasmin tampak berpikir dan perempuan itu menganggukkan kepalanya, "Benar. Memangnya kenapa?" "Enggak apa-apa." Kaelan melepaskan cengkraman Yasa dan menatap temannya itu dengan pandangan "aku akan keluar sendiri!" pada Yasa. "Benar. Ini sudah malam dan enggak baik aku berlama-lama di sini apalagi ada perempuan cantik sepertimu. Selamat malam, Yasmin. Aku akan kembali besok," ucap Kaelan lalu menarik tangan Yasmin dan mengecup punggung tangan perempuan itu. "KAELAN! Apa yang lo lakuin, b*****t!" teriak Yasa sambil menarik tubuh Kaelan menjauhi kakaknya dengan sekuat tenaga. "Sampai jumpa besok, Yasmin," kata Kaelan lagi sambil menatap Yasmin yang sama terkejutnya dengan Yasa. Yasa dengan susah payah menarik tubuh Kaelan sampai pintu luar dan laki-laki itu tampak sangat kesal pada Kaelan. Kaelan tidak peduli. Kaelan sedang jatuh cinta - mungkin untuk pertama kalinya sejak ia lahir. Jadi, ketika Yasa menutup pintu rumahnya dengan kasar tepat di depan wajah Kaelan dan hampir membuat hidungnya patah, laki-laki itu tetap tersenyum seperti orang bodoh. Laki-laki bodoh yang sedang jatuh cinta.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN