2.Pencarian

2306 Kata
Naya POV. “KAKAK!!!!, papa tunggu kakak!!!” suara adik bungsuku, Aline yang masih SD. “Ya kakak turun sebentar lagi” jawabku dari dalam kamar. “GAK PAKE L, papa udah lama tunggu kakak” katanya lagi sebelum langkahnya menjauh dari pintu kamarku. Okey, memang aku terlalu lama memilih baju kali ya, dan berdandan. Jadi wajar akhirnya papa menyuruh adikku untuk memanggilku. Habis gimana, yang aku akan temui lelaki bujang cukup most wanted di seantero tanah air kita, Indonesia. Lebay gak sih?. Gak juga, karena memang lelaki bujang ini punya segala yang membuatnya patut punya banyak penggemar perempuan di luar sana. Tapi aku cerita nanti saja, aku harus buru buru menemui papaku. Jadi keluar kamarlah aku setelah memastikan penampilanku rapi. “Cantiknya perawan mama, mau ketemu siapa sih?” ledek mama yang menemani papa menungguku bersiap selepas sholat zuhur lalu makan siang. “Kepo” jawabku. Tertawalah mama dan papaku. “Yang pasti bukan menemui pacarnya, karena masih minta papa antar. Bukan begitu sayang?” jawab papa sambil bangkit berdiri. Aku tertawa sambil mengangguk. “Pasti jemput yap ah kalo mau ketemu pacar tuh” komen mama sambil memperbaiki hijab panjang yang mama pakai. Solehah mamaku tuh, tidak ada yang akan menyangsikan soal itu. Dan gara gara mama, jadi inpirasi juga untuk orang orang di sekeliling kami untuk ikutan hijrah yang baik dan benar ala mamaku. Soalnya mamaku beneran berhijab bukan untuk fashion semata. Tapi berhijab sesuai syariat, dimana pakai kerudung panjang sampai menutupi d**a dan mencapai perut, juga memakai baju gamis longgar. “Ayo berangkat sekarang. Kamu janjian jam 2 kan, ini sudah mau jam 2. Jangan buat siapa pun menunggumu terus. Siapa pun itu, bukan papa yang akan bersabar” kata papa. “Siap pah” jawabku lalu mencium tangan mama untuk pamit. Setelah itu gantian mama yang mencium tangan papa. Berlalulah kami setelah mengucap salam. Aku tuh selalu merasa nyaman kalo di antar jemput papaku, di banding dengan supir. Ada supir, tapi tetap aja gak enak. Selama papaku sempat mengantar atau menjemputku kemana pun, lebih baik dengan papaku. Selain lebih aman, juga punya teman untuk mengobrol, karena kalo sudah di rumah, papa pasti di kuasai oleh Aline adikku tadi, juga mama. Sampai lupa mengenalkan diriku. Namaku Kanaya Narada Natalewaga. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Papaku CEO perusahaan kontraktor ternama, General World, namanya Sagara Barra Natalegawa. Dan mamaku bernama Sashi Khumaira Natalegawa, tentunya. Dan mamaku hanya ibu rumah tangga sekalipun sebelumnya sempat kerja karena lulusan sarjana tehnik sipil. Lalu aku punya dua adik, satu lelaki, Nayaka Natalewaga, biasa di panggil Naka, dan dia masih kelas 3 SMP. Sementara si bontot, Raline Alifa Natalegawa. Oh ya papaku itu seorang arsitek, untuk itu aku tertarik juga jadi arsitek seperti papaku. Dan sekarang aku sudah jadi mahasiswi jurusan arsitektur yang sedang menyusun skripsi. Aku mau sekali lulus jadi sarjana supaya bisa membantu pekerjaan papaku yang kadang menggila saat banyak proyek masuk ke perusahaan tempat dia bekerja. Sampai aku magang secara professional di perusahaan yang papaku pimpin dan sedikit banyak membantu papaku gambar, sampai aku di percayakan menjadi kepala divisi gambar. Bangga gak?, bangga dong aku. Dan karena passionku di seni bangun gedung, jelas aku focus sekali di situ. Sampai aku menerima big boss papaku, Gerenino Sumarin yang juga arsitek hebat untuk memakai proyek yang masuk ke perusahaan sebagai proyek untuk menyelesaikan skripsiku. “Berani nerima tantangan om?” tanya om Nino waktu aku mengadu kalo aku sedang bersiap menyusun skripsiku. “Tantangan apa om?” tanyaku setelah melirik papaku yang ada juga saat aku mengobrol dengan om Nino di ruangan kerja papaku di kantor tentunya. “Om akan berikan proyek membangun plaza untuk toko pakaian besar yang harusnya di kerjakan papamu. Om akan berikan kamu kesempatan untuk merancang bangunnya sekaligus pakai untuk proyek menyelesaikan skripsimu” jawabnya. Aku mengerutkan dahiku. “Ini serius om?” tanyaku memastikan. Dia berdecak. “Om serius. Aku suka dan berusaha menghargai passionmu di dunia seni arsitektur. Dua putri om tidak ada yang sepertimu, jadi pada siapa om berikan kesempatan ini selain padamu Nay. Berani tidak kamu ambil dan bertanggung jawab sampai akhir pada proyek ini?” jawabnya. Aku tatap lagi papaku. “Terserah kamu” jawab papa pada tatapanku. “Ini tenderkan?. Kalo nanti gambar rancanganku berikut estimasi harganya membuat om atau papa gagal dapat proyeknya gimana?” tanyaku. Om Nino berdecak lagi, dan papaku tertawa. “Om gak butuh butuh banget proyek, uang om banyak. Jadi santai aja” jawabnya. Terbahaklah papaku dan aku bertahan meringis menatap om Nino. Ya siapa yang gak percaya om Nino banyak uang?. Jaringan bisnisnya banyak. Tidak hanya di bidang kontruksi bangunan yang di percayakan ke papaku. Tapi om Nino juga punya bisnis hotel, advertising, jasa WO dan EO pro, sampai kafe dan coffee shop. Semuanya di percayakan pada orang orang yang di percaya dan jadi sahabat rasa keluarga setelah jadi rekan kerja. Jadi om Nino hampir ongkang ongkang kaki di rumah sekalipun, uangnya pasti tetap banyak. Istrinya yang bule cantik juga punya bisnis design interior yang memperkerjakan mamaku sebagai tukang gambar juga, dan memperbolehkan mama bekerja dari rumah sekalipun sedang banyak proyek. Makanya masih papa izinkan mama bekerja di tengah kesibukan mengurus rumah tangga. Dan istrinya juga putri satu satunya pengusaha teh celup kaya raya. Enak deh kalo jadi putri kembar om Nino. Kenapa malah bicarakan om Nino?. “Gimana Nay?” gantian papa yang tanya. “Okey!!!” jawabku mantap. Mendadak aku semangat karena om Nino bilang tidak masalah kalo pun proyek yang di percayakan padaku tidak menang tender. “Good, gitu dong. Anak muda mau lelaki atau perempuan harus berani menerima tantangan. Pasti orang tua akan dukung. Nanti kamu presentasi ya depan om dan papamu. Kalo okey, maju deh presentasi depan klien. Kalo nanti menang, nanti om akan suruh om Radit libatkan Noah bantu kamu dalam gambar kerja tukang, biar Noah juga cepat mengurus skripsinya dan berhenti main main” katanya. Nanti aku cerita siapa om Radit dan Noah yang jadi adik ipar dan keponakan om Nino. Sekarang aku mesti bertemu dulu dengan lelaki bujang yang tadi aku bilang. Sedikit banyak dia bisa aku mintai bantuan soal proyek, karena dia sudah lulus jadi arsitek setahun lalu karena dia juga kakak kelasku di kampus, dan dari SD kalo mau di runut lebih kebelakang. Namanya Raquello Icarius Syahreza, yang putra pengusaha kontraktor ternama dan besar, melebihi perusahaan tempat papaku bekerja, juga perusahaan milik papa om Nino, Sumarin group. Perusahaan milik papa Ello, biasa lelaki bujang ini di panggil, bernama Syahreza grup. Dan perusahaan kontraktor yang sudah jadi perusahaan multi nasional, karena punya banyak anak perusahaan di hampir semua negara Asia dan Autralia. “Kamu mau ketemu siapa sebenarnya Nay?” tanya papa menjeda diamku di dalam mobil. Jujur aku deg degan tiap kali harus berurusan dengan Ello ini. Hanya selalu aku tekan saja, supaya tidak ada yang tau. “Ello pah” jawabku karena tidak pernah bisa bohong. Papa tertawa. “Dia lagi” kata papa meledek. “Ya memang kenapa sih pah. Dia teman lelaki juga seperti yang lain” sanggahku. “Oya?” ejek papa lagi. “Pah…” rengekku menjeda ledekan papa. Papa tertawa lalu menghela nafas. “Kasihan itu bujang, jangan kamu cari pas kamu butuh bantuan saja Nay” tegur papa. Gantian aku menghela nafas. “Ya terus papa berharapnya apa?, aku jadiin pacar, karena papa tau dia selalu bilang suka aku ke papa, atau karena dia selalu bilang mau jadi mantu papa?” jawabku. Papa terbahak sekarang. “Gak mimpi sih papa punya mantu anak sultan…” “Dan flamboyant, kalo dia suka tebar pesona sama cewek cewek penggemarnya” potongku. Papa tertawa lagi. “Malah ketawa papanya. Papa tau banget soal inikan?” jedaku. Papa mengangguk dan masih dengan tawanya yang tersisa. “Dan papa sering bilang, kalo lelaki itu akan berhenti bertualang kalo sudah bertemu perempuan yang tepat. Pasti berhenti Nay. Ini hanya proses pencarian atau cara dia menyeleksi mana perempuan yang terbaik dari yang paling baik, makanya dia koleksi dulu” jawab papa. Aku berdecak. “Papa ngerti ya?, mantan b******n sih ya dulu?” protesku. Papa terbahak lagi. “Semua lelaki b******n kalo belum ketemu perempuan yang tepat. Gak semua sih, macam om Omen, om Obi, dan om Kendi, dan jangan lupa, om Rengga yang ayah sepupumu. Mereka langsung baik karena bertemu perempuan yang tepat yang akhirnya jadi istri mereka. Papa, om Nino, om Roland, dan om Andra, papa Ello termasuk yang harus jadi b******n dulu, karena butuh waktu untuk bertemu perempuan yang tepat dan akhirnya buat kami berhenti berpetualang. Lihat sekarang papa, dan teman teman papa yang sebelumnya di cap b******n, anteng dan setia bukan pada perempuan yang jadi istri kami?” jawab papa. Aku memutar mataku. “Ini karena papa dan teman teman papa yang mantan b******n tadi udah terlalu tua untuk main perempuan bukan sih?” komenku. Papa terbahak lagi. “Hei, jangan salah. Kamu tentu tau, pria dewasa dengan usai seperti papa, zaman sekarang yang justru jadi incaran gadis gadis muda seumuran kamu atau lebih muda lagi. Jadi bukan karena usia yang membuat papa dan teman papa yang mantan b******n lalu tidak berminat macam macam di belakang istri kami. Tapi mau apa lagi Nay, kalo apa yang kami butuhkan sebagai pria dewasa, sudah terpenuhi dengan baik oleh pasangan kami” jawab papa. Aku menghela nafas. “Apa ini alasan papa dan om Andra seperti membiarkan kelakuan Ello dengan gadis gadis di sekelilingnya?. Lalu membiarkan Ello tetap mendekati aku” tanyaku lagi. Padahal aku pernah tanya soal ini juga pada papa. “Tergantung sudut pandangmu menilai papa dan om Andra” jawab papa. “Maksud papa?” tanyaku tidak mengerti bagian ini. Papa menghela nafas dan bertahan focus menyetir mobil dengan mode santai. “Kalo dari sudut pandang kami sebagai sesama lelaki, tentu kami anggap wajar. Kami dulu juga seperti Ello yang suka di dekati gadis gadis cantik. Karena tau juga kalo itu proses pencarian yang mana wanita paling tepat untuk kami jadikan pasangan dan serius. Toh tidak pernah terdengar kabar kalo Ello harus bertanggung jawab menikahi seorang gadis karena hamil, berarti masih bisa menahan diri untuk tidak jadi b*****t. Tapi kalo pakai sudut pandang seorang ayah, pastinya ada kekhawatiran. Papa tentu khawatir kamu hanya jadi mainan juga oleh Ello. Om Andra sebagai ayah dari seorang anak lelaki sekalipun punya kekhawatiran sama, karena om Andra juga punya dua anak perempuan. Tentu akan marah kalo anak perempuannya jadi mainan lelaki manapun” jawab papa. “Terus akhirnya papa pakai sudut panjang yang mana?” tanyaku. Papa menghela nafas. “Pasrah nak, karena akhirnya papa pakai kedua sudut pandang itu sesuai keadaan” jawab papa. “Maksud papa?” tanyaku lagi tidak mengerti lagi. “Gimana pun papa punya anak lelaki, selain papa mantan b******n. Jelas untuk karena itu, papa tidak bisa menghakimi sikap dan kelakuan Ello, atau mengingatkan om Andra gimana caranya mendidik anak lelaki supaya seperti anak lelaki teman papa yang lain. Papa yakin benar, walaupun om Andra terlihat santai menghadapi kelakuan anak lelakinya, tentu tetap di awasi dan di arahkan. Hanya soal waktu untuk Ello berubah dari semua pengalaman yang dia dapat selama ini. Ello juga punya contoh gimana jadi lelaki baik dan gentleman dari papanya sendiri, om nya, atau eyangnya. Jadi papa yakin, suatu saat Ello akan berubah, entah gimana caranya. Cukup pasrahkan dan doakan sebagai sesama muslim secara general, dan sebagai teman secara personal” jawab papa. Aku mengangguk. “Misal, kalo aku dan Ello akhirnya dekat, atau pacaran gimana pah?. Misal ya?” kataku menekankan. Papa tertawa pelan. “Ya gak gimana gimana. Silahkan aja” jawab papa. “Serius?” tanyaku. “Yap” jawab papa mengangguk pasti. “Bukan sama aja biarin aku masuk ke mulut buaya apa singa?. Papa mau aku sakit hati ya?” protesku. Papa tertawa. “Nak, asal kamu tau. Sebangsat bangsatnya lelaki paling b*****t, itu tetap tergantung attitude perempuan. Kalo kamu tetap berusaha menjaga attitudemu sebagai perempuan baik baik dan menjaga harga diri juga kehormatanmu, sekalipun kamu dan Ello berpacaran, papa yakin Ello gak akan macam macam” jawab papa. “Masa?” tanyaku tidak yakin. “Hei, harusnya kamu ngerti, kenapa lelaki dengan predikat bad boy, atau b******n justru di sukai banyak perempuan, padahal tau gimana minusnya kelakuannya” jawab papa. “Itu kenapa pah?” tanyaku. “Karena lelaki bad boy, playboy, atau b******n sekalipun, ngerti gimana caranya memperlakukan perempuan. Jadi wajar kalo akhirnya banyak perempuan yang bertekuk lutut. Mereka rata rata punya pengalaman menyenangkan hati perempuan, karena banyak bergaul dengan perempuan. Tinggal gimana perempuannya, baperan atau gak. Kalo perempuannya sejutek kamu, lalu berhadapan dengan tipe lelaki macam ini, rasanya aman deh. Jadi gak apa kalo kamu mau coba pacaran dengan Ello” kata papa. “Pah….” protesku merengek. Papa terbahak. “Okey, papa diam sekarang. Intinya terserah kamu, mau dengan siapa pun kamu nanti, kalo menurutmu lelaki itu tepat untuk menerima kasih sayangmu, papa akan mendukung sepenuhnya. Soal jodoh urusan Tuhan nak, kita sama sama tau soal ini. Jadi kalo pun papa atau mama tidak suka, tapi kalo Tuhan memutuskan lelaki itu jodohmu, bisa apa?” jawab papa. Ya benar sih, tapi masa dengan Ello, yang ceweknya banyak sekali, dan gonta ganti trus. Lagian…sekalipun aku jatuh cinta pada lelaki, entah itu Ello, atau lelaki mana pun. Aku harus memastikan, kalo dia lebih berat punya rasa kasihan padaku di banding cinta yang besar dan selalu di katakan terus. Pengalaman hidup mengajarkanku, kalo cinta itu ternyata kalah dengan rasa kasihan. Mungkin ada baiknya aku cerita dulu siapa sosok Ello di mataku, gimana kami bertemu untuk pertama kali, karena akhirnya akan bersinggungan dengan kehidupanku di masa lalu atau masa kecil, di mana aku harus merasakan gimana punya ibu tiri dan ayah tiri setelah papa dan mama bercerai, sebelum akhirnya mereka menikah lagi setelah ayah dan ibu tiriku meninggal. Story panjang dan menguras emosi. Tidak hanya emosiku saat waktu aku kecil, juga emosi semua orang di sekeliling kami.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN