"Kinara," panggil Adrian. Merasa dipanggil, Nara berbalik menatap bossnya dengan dahi berkerut.
"Ada apa, Bos?" tanya Nara.
"Kamu mau kemana?" bukanya menjawab Adrian malah balik bertanya pada Kinara, membuat perempuan itu kesal setengah mati dengan Bossnya.
"Mau makan siang Bos," jawab Nara. Ia kembali melirik jam tangannya, tersisa tiga puluh menit lagi untuk makan siang.
"Bisa saya titip Dariel, karena saya sedang ada urusan," ucap Adrian. Ia menurunkan Dariel dari pangkuannya.
Nara nampak berpikir sebentar kemudian mengangukan kepalanya, tanda setuju.
"Ayok Dariel, sama Kakak," ucap Nara percaya diri, sedangkan Adrian menahan tawanya saat Nara memanggil dirinya, Kakak.
Dariel tampak ragu sebenarnya, tapi karena perutnya juga kelaparan membuat ia melangkahkan kakinya menuju Nara.
Nara dengan santai mengengam tangan mungil Dariel, satunya lagi mengengam tangan Razka. Ia terlihat seperti membawa dua anak kembar, karena tubuh Razka dan Dariel mempunyai tinggi yang sama.
Setelah keluar dari kantornya, Nara berhenti sejenak memikirkan apa yang akan ia makan siang ini.
"Ketoprak Mang Tejo aja Mah." seolah tahu bahwa sang ibu sedang berpikir mengenai menu makan siang kali ini, Razka mengusulkan makanan berkuah kacang yang berada didepan kantor.
Sebenarnya Nara juga ingin makan Ketoprak, tapi mengingat ia membawa anak bossnya yang tentu saja tidak pernah makan dipinggir jalan.
"Hmm, Dariel mau makan apa?" tanya Nara. Tubuhnya ia sejajarkan dengan tinggi tubuh Dariel.
"Makan ketoplrak ajah," ucap cadel Dariel. Sedangkan Nara mengerutkan dahinya, lain lagi dengan Razka yang sudah tertawa cekikikan.
"Ketoprak, Dariel," koreksi Razka dengan tawa yang masih belum ia hentikan. Tapi setelah Nara memelototkan matanya, membuat bocah itu langsung terdiam.
"Peace, Ma!" ucap Razka membuat huruf V dengan jarinya.
"Dariel mau ketoprak? Nanti dimarahin loh sama Daddy?" tanya Nara. Ia takut jika Bossnya memecatnya hanya kerena memberi makan ketoprak pada anaknya.
"Gak pa-pa, Daddy nggak akan malrah kok." Nara mengangukan kepalanya,lalu mengandeng tangan Razka dan Dariel. Tentunya dengan Razka yang masih setia tertawa.
Nara memilih bangku dengan tenda peneduh, takut kedua bocah itu akan kepanasan. Apalagi cuaca siang ini lumayan terik.
"Mang, pesan ketopraknya tiga. Satu pedes banget, dua nggak pedas." pesan Nara pada lelaki paruh baya yang biasa disapa Mang Tejo.
"Dariel nggak bisa ngomong R yah?" tanya Razka. Saat ini Nara sedang sibuk dengan ponselnya sembari menunggu pesanan. Sedangkan Razka dan Dariel ia bebaskan untuk mengobrol.
"Kamu panggilnya Iyel aja," ucap Dariel. "Iya, Iyel gak bisa ngomong lr." lanjutnya. Ia sedikit kesusahan untuk menyebut salah satu abjad alfabet itu.
"Ohh, gitu. Iyel kalo panggil aku Babang ajah." kata Razka memperkenalkan nama panggilannya.
"Bambang?" tanya Dariel. Sontak saja Nara yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua setelah mengecek ponselnya, tertawa terbahak-bahak.
"Hahah, anak Mama kok jadi Bambang namanya," gelak Nara sedangakan Razka mengerucutkan bibirnya.
"Babang, Iyel," ulang Razka lagi. Mereka melanjutkan obrolannya lagi sesekali dengan tawa Razka yang begitu heboh.
Saat pesanan datang, Razka dan Dariel meminta Nara untuk menyuapkan mereka berdua. Terpaksa Nara mengundur dulu makannya, menyuapkan dua bocah beda umur itu.
"Mama, Babang nggak mau sayurnya!!" rengek Razka saat melihat Nara yang ingin menyendokan lontong dan sayur kemulut Razka.
"Aduhh Babang, liat tuh Iyel. Mau makan sayurnya," tegas Nara lagi. Sedangkan Razka dengan terpaksa menerima suapan Nara.
"Ayoo, sekerang Iyel lagi." Nara menyuapakan Dariel dan Razka bergantian, seperti itu terus hingga habis.
"Iyel, minum dulu. Biar ketoprak dalam perutnya turun." peringat Nara pada Dariel saat anak bosnya itu hendak turun dari kursinya. Sedangkan Razka sudah menghabiskan dua gelas air putih.
"Iyel, gak haus Kakak." tolak Dariel. Ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tanganganya.
"Minum dulu, entar perutnya sakit." paksa Nara lagi. Akhirnya bocah itu mau minum ketika Nara yang meminumkannya pada Dariel.
Satelah itu mereka kembali lagi kedalam kantor dengan Nara yang kembali mengenggam kedua tangan bocah itu agar tidak hilang.
Nara langsung diberikan tugas oleh Adrian sesampainya wanita itu keruangannya, sedangkan Razka ia titipkan bermain dengan Dariel diruangan bossnya.
"Daddy!!" panggil Dariel saat Adrian sedang sibuk mengetik pekerjaan. Dengan cepat ayah satu anak itu menyingkirkan leptopnya dan menyuruh Dariel untuk duduk dipangkuannya
"Ada apa, hm?" tanya Adrian. Pasalnya sedari Nara mengantarkan Dariel pulang keruangan Adrian, senyum putranya tak hilang-hilang.
"Iyel tadi disuapin sama Kakak Nalra." kata Dariel sambil memainkan dasi Adrian.
"Iyel, pengen punya Mommy sepelrti Kakak Nalra. Mama-nya Babang." ucap Dariel lagi. Adrian mengalihkan perhatiannya pada seorang bocah yang tampak lebih muda dari Dariel, sepertinya umurnya 6 tahunan.
"Babang, sini!!" panggil Dariel. Tampak bocah itu mengerutkan dahinya, kemudian melangkahkan kakinya kehadapan Ayah dan anak itu.
Dariel menggeserkan tubuhnya menjadi duduk dipaha kanan Adrian Kemudian ia mengisyaratkan Razka untuk duduk dipangkuan Ayahnya. Tetapi ia mengeleng, tidak mau untuk duduk dipangku.
"Ayoo, sini duduk." ucap Adrian menyuruh bocah itu untuk duduk dipangkuannya. Akhirnya Razka menganguk lalu melangkahkan kakinya untuk duduk dipangkuan Adrian.
"Namanya siapa?" tanya Adriam sambil mengelus kepala Razka.
"Razkana, Om." cicit Razka pelan. Ia sepertinya takut untuk duduk dipangkuan Adrian.
"Kamu jangan takut sama Daddy, nggak gigit kok." ucap Dariel pada Razka. Adrian terkekeh kecil melihat kepolosan dua mahluk dihadapannya saat ini.
"Bang, kamu punya Daddy gak?" tanya Dariel pada Razka. Tampak bocah itu berpikir, kemudian mengelengkan kepalanya.
Gelengan Razka membuat Adrian penasaran, "kalo Papa atau Ayah?" tanyanya kini ikut bergabung dengan obrolan mereka berdua.
"Gak punya juga." ucap Razka lagi. Perkataan Razka tadi menambah kerutan pada dahi Adrian.
Apa jangan-jangan Nara sudah menjadi janda? -batin Adrian.
"Babang punya Mama tapi nggak punya Papa." ucap Dariel. "Iyel nggak punya Mommy tapi punya Daddy." lanjut Dariel.
"Gimana kalo Daddy sama Mama-nya Babang nikah ajah?" pertanyaan dari Dariel membuat Adrian terkejut. Tapi setelah melihat keseriusan Dariel mengatakan itu membuatnya yakin bahwa anaknya ingin memiliki Mommy.
"Nanti kita tanya sama Mama-nya Babang yah?" ucap Adrian menghentikan obrolan mereka berdua. Bisa-bisa ocehan ini selesainya pagi.
Adrian menyuruh mereka berdua untuk kembali bermain. Tampaknya Dariel juga sangat dekat pada Razka, padahal mereka baru bertemu.
Adrian mengehela nafas kasar, apa sebaikanya dirinya menikah dengan Nara? Kinara tidak terlalu buruk, ia termasuk wanita cantik dikantor ini.
Baiklah demi kebahagian Dariel, Adrian akan melakukan semuanya. Termasuk menikah dengan Kinara. Tentunya juga harus bisa menjadi ayah yang baik untuk Razka.
Mungkin untuk mengantar wanita itu pulang adalah awal perkenalan yang baik.
----------