"Maksud lo apa sih second lead, gajelas." Ares melihat gadis didepannya dengan bingung. Tiba-tiba teriak tepat di wajahnya dan mengoceh tak jelas.
"Seharusnya lo tuh selamatin Freya yang mau dijambret bukan anter gue pulang gara-gara taxi mogok kerja Areeeessss." Venus menarik rambutnya berharap rasa bersalahnya hilang.
Venus merasa bersalah karena ia dengan jelas kembali mengubah alur novel.
Dinovel Ares menyelamatkan Freya dan menyukai gadis itu pada pandangan pertama. Ares juga akan babak belur karena Vulcan tak suka Ares mendekati adiknya. Dan lagi Ares seharusnya membenci Venus, bukan malah meminta diobati seperti sekarang.
"Ares plis lo harus kenalan lagi ya sama Freya, gue yakin lo bakal suka Freya. Ntar kalo udah suka lo juga harus benci sama gue ya plisss." Venus memegang kedua pipi Ares dengan telapak tangannya dan sedikit ditekan sehingga mulut Ares terlihat seperti mulut ikan sekarang.
"Uppuun siuiuh luuu." Ares merasakan sakit dipipinya saat Venus menekan tepat dilebam yang masih nyeri itu tapi ia hanya pasrah.
"Sekarang lo keluar, lo kenalan sama Freya sana gih!"
"Freya siapa sih?, gue ga kenal yang namanya Freya"
"Ya makanya kenalan dulu, ya mau ya." Venus mengeluarkan jurus mata ANJINGNYA yang dulu selalu berguna saat ia masih didunia nyata.
"Ga mau kalo ga cantik." Ares dengan santai membaringkan dirinya dikasur Venus dengan kaki yang masih menyentuh lantai.
"Ihhh cantik, lo udah liat itu loh yang tadi anter minuman, adik gue. Gue aja cantik masa adik gue b***k sih." Venus terus saja menggoyang-goyangkan tangan Ares.
"Ohhh yang itu, cantik sih. Tapi lebih cantikan lo." Senyum Venus luntur saat mendengar kata terakhir yang diucapkan Ares.
"Ga gitu jawabnya Ares, lo jawabnya harusnya gini. Ohh yang itu, cantik banget gue suka."
"Apaan pemaksaan. Kita itu harus jujur. Nenek Zidan aja yang udah pikun tau kalo bohong dosa."
Venus ingin melanjutkan adu mulut tersebut, tapi telinganya yang setajam silet mendengar suara beberapa motor dari luar.
"Mampus kayaknya Vulcan balik. Diem lo disini jangan bersuara." Venus langsung berdiri dibelakang pintu guna mendengar kalau saja Vulcan menuju ke kamarnya.
Dan benar saja tanpa suara langkah kaki, tiba-tiba pintu kamar Venus diketuk. Tubuh Venus seketika menegang.
"Venus buka pintunya."
"MAU APA." Venus mencoba menahan getaran suaranya. Venus menatap tajam Ares yang masih santai berbaring dikasurnya dengan mata tertutup dan senyuman dibibirnya.
"Ngomong."
Venus langsung menarik tangan Ares menuju arah balkon.
"Lo sembunyi di balkon dulu bentar ya ga lama, gue janji nanti gue obatin muka lo." Venus menutup pintu balkon dan tirainya. Iya juga segera menyembunyikan baskom dan kotak P3K didalam kamar mandinya.
"Venus."
Venus yang kerepotan mengangkat baskom menggerutu. Sedari tadi Vulcan tak berenti mengetuk pintu kamarnya.
Venus berhenti didepan pintu tak segera membukakannya untuk Vulcan. Ia menetralkan jantungnya terlebih dahulu agar Vulcan tak curiga nantinya. Ia juga melihat sekitar kamarnya memastikan tak ada tanda-tanda Ares sedikitpun.
"Apa?"
Saat Venus membuka pintu langsung saja wajah datar dan dingin Vulcan menyapanya. Tanpa mengeluarkan sedikitpun kata Vulcan dan keempat temannya memasuki kamar Venus.
"Mana dia?" Mata Vulcan mengelilingi kamar Venus. Ia sangat yakin orang yang ia cari ada disini.
"Siapa sih?, aneh lo. Keluar dari kamar gue sana." Degub jantung Venus makin kencang sekarang.
"Ares. Motornya didepan."
Matilah Venus sekarang juga. Kenapa Ares sangat ceroboh seperti itu.
"Keluar." Venus yakin kata itu bukan untuknya.
"Buka dulu pintunya, ini gue dikunciin dari dalem." Mata mereka semua langsung tertuju kearah balkon kamar.
Vulcan dengan segera membuka tirai pintu balkon, dan langsung terpampang wajah Ares dengan senyum merekah.
"Halo kakak ipar." Ares sengaja mengatakan itu dengan tangan yang melambai.
"Lo buka pintunya gue marah ya Vulcan." Venus tau itu perkataan yang bodoh, tapi apa salahnya mencoba bukan.
Vulcan mengangkat sebelah alisnya saat mendengar perkataan Venus. Gertakan itu seakan bukan Venus yang mengatakannya, Venus biasanya langsung berteriak, memaki dan memarahinya dengan penuh emosi.
Tangan Vulcan membuka pintu itu dan langsung memberikan sapaan pada Ares dengan kepalan tangannya. Venus melihat itu sedikit berteriak dan langsung menahan Vulcan. Emosi Venus juga tiba-tiba memuncak tak terkendali.
"PEDULI LO APASIH SEBENARNYA HAH?, KENAPA SEKARANG LO IKUT CAMPUR URUSAN GUE?, JANGAN BERTINDAK SEAKAN LO KAKAK YANG BAIK BUAT GUE."
Vulcan menatap Venus tajam. Ia tak perduli dengan kata-kata Venus. Vulcan tetap menarik kerah baju Ares yang sedari tadi hanya tersenyum.
"Lo seharusnya bersyukur seenggaknya Vulcan masih ada rasa peduli sama lo."
Venus terkekeh mendengar jawaban Alex.
'Peduli katanya'
"Peduli?, gue sakit dia ga ada, gue hampir mati dia ga ada, gue ga bangun seminggu dia ga ada, dan sekarang lo bilang dia peduli."
Ucapan Venus benar-benar membuat mereka semua terdiam. Ares yang mendengar perkataan Venus pun tak ingin terlalu ikut campur jika masalah Venus tak ada sangkut paut dengannya.
"Sekarang gue mau kalian jangan berubah, tetep anggep gue murah, tetep jijik sama gue, tetep anggep gue ga ada. Dan gue janji gue juga akan nganggap kalian ga ada."
"Sekarang keluar. KELUAR."
Hati Eros tak tenang mendengar perkataan Venus. Ia ingin sekali menjelaskan apa yang mereka lakukan sekarang untuk kebaikan gadis itu. Ia ingin mengatakan bahwa Ares bukan lelaki baik-baik. Tapi semua kata itu seakan tercekat ditenggorokannya ketika melihat Venus kehilangan kesadarannya.
Tubuh Venus langsung diangkat Ares keatas kasur karena Areslah yang menahan tubuh Venus agar tak menghantam lantai. Wajah Venus sangat pucat, tubuhnya juga sedingin es.
"WOI INI ADIK LO PINGSAN BANGSAT." Suara Ares membuat tersadar dari diamnya. Ares geram, Vulcan tetap tak bergerak dari tempat ia berdiri, Eros dan yang lainnya juga hanya membeku menatap Venus yang lemas dikasur.
Kesabaran Ares sudah habis, ia membuka ponselnya dan memesan taxi online dengan segera. Setelah taxi itu mengabarinya kalau ia sudah berada di depan rumah Venus, Ares langsung sama membawa Venus keluar kamar.
Vulcan menatap nanar Ares yang menggendong Venus. Ia ingin menanyakan kemana Ares membawa Venus, tapi entah kenapa mulutnya tak mau bergerak.
"Loh kak Venus kenapa kak?" Freya yang berada diruang tamu terkejut melihat Ares menggendong Venus.
"Lo bantuin gue cepet ikut." Dengan anggukan Freya mengikuti Ares menaiki taxi dan melaju ke rumah sakit terdekat.