Kembali

1383 Kata
Pagi ini Venus tengah berdiri didepan cermin seraya merapikan rambutnya. Ia sangat siap pergi ke sekolah setelah sedikit memaksakan kehendak dengan Ayahnya. Venus tak mau melewatkan satu haripun tanpa pergi kesekolah, bukan semangat belajar tentu saja tapi Venus semangat untuk membuktikan bahwa Venus telah berubah walau perlahan. Venus menuruni tangga, melihat kearah meja makan dimana semua orang sudah berkumpul disana. Sebelum Venus mendudukkan dirinya Venus meminta segelas air putih pada sang mama agar tak meletakan jus stroberi untuknya. "Ma Venus mau air putih aja, lidah Venus lagi ga enak rasanya." "Venus udah bener-bener sembuh?, kalau masih sakit ga usah sekolah ya?" "Gak pa Venus gapapa, cuman lidah Venus tebel aja jadi ga enak." "Pa hari ini papa anter aku kesekolah ya?, aku mau berangkat sama papa." Freya mengatakan itu dengan semangat. Sebenarnya tak ada yang salah dari perkataan Freya barusan. Hanya saja Venus tak suka dengan gadis itu sekarang. "Papa anter aku juga ya aku mau sama papa." Ucap Venus tak ingin Freya melebihinya. "Yaudah papa anter kalian berdua, papa juga ga buru-buru kok kekantornya hari ini." Freya tersenyum lebar mendengar ucapan Damian tetapi Venus tidak. Ia memikirkan bagaimana caranya agar Damian tak mengantar Freya agar gadis itu tau rasanya tak dipilih. "Pa tapi Venus harus cepet-cepet sekarang Venus hari ini ada tugas tapi Venus belum buat. Ayo pa kita berangkat sekarang." Venus menarik tangan Damian membuat pria itu berdiri mengikutinya. "Tapi Freya belum siap makan sayang, kamu juga belum sarapan." Hela mengintrupsi kegiatan Venus menarik tangan Damian. "Sarapan bisa nanti ma, Venus ga mau dihukum ayo pa." Yaudah iya papa ambil tas sebentar diatas, Freya kamu berangkatnya sama kak Vulcan ya." Senyum Venus benar-benar lebar sekarang. "Tapi pa Freya kan.." "Udah lo habisin aja dulu sarapannya ntar lo sakit lagi, ayo pa kita pergi." Venus berloncat ria menuju mobil Damian. "Caper." Perkataan Vulcan mambuat Venus melempar batal sofa kearahnya dengan tatapan tajam. "Biar gue caper sama bokap gue, kenapa ga suka?" "Tau lo, biarin aja kali Venus mau sama papa kenapa emang nya?" Venus mengeluarkan lidahnya pertanda banyak orang yang membelanya. 'Aku padamu Mars.' "Sudah-sudah kalian berantem terus, selesain sarapannya." Senyum Venus makin merekah. "Dah ma Venus pergi dulu." Venus melenggang masuk mobil meninggalkan Freya dengan wajah sendunya. "Pagi makhluk tuhan." Sapa Venus saat tiba dikelasnya. "Pagi Ven." "Pagi sayang." "Pagi makhluk goib." Ghea menyapa Venus dengan kekehan. "Enak aja makhluk goib, gue udah cantik gini." Venus meletakkan tas di bangkunya dan langsung menarik Ghea. "Ghe kantin yuk gue belum sarapan, lo ga kasihan sama perut gue. Nanti kalo dia cekung gimana?" "Tunggu Phoebe bentar, nanti dia ngambek kalo ditinggal." Ghea tengah sibuk menggulir aplikasi i********: dihandphonenya. "Emang lo kalo ditinggal ngambek, ayo lah." Ghea akhirnya beranjak mengikuti Venus yang menarik tangannya. Brakk Venus jatuh terduduk setelah menabrak Freya di koridor. "Lo ga punya mata ya?, sakit tau." Venus menatap tajam Freya dan membentaknya. "Maaf kak Freya ga sengaja." Freya yang juga ikut terjatuh akhirnya berdiri dibantu oleh Senja. "Maaf-maaf, emang maaf lo bisa bikin gue jadi ga sakit gitu, udah lah males byeee." Venus berjalan melewati Freya dengan menabrakan bahunya pada bahu Freya dengan keras, Freya yang tak siap pun akhirnya kembali terjatuh. "Venus." Langkah Venus terhenti mendengar namanya dipanggil. "Kasar banget sih lo sama adek sendiri." Venus memutar bola matanya melihat Eros menolong Freya berdiri. "Bukan urusan lo byee." "Venus, minta maaf." Venus memutarkan tubuhnya menghadap Eros dengan tatapan tak suka, ditambah lagi dengan Freya yang memasang wajah lugu yang tertunduk itu. "Enak aja minta maaf, salah dia kok bukan salah gue." "Salah dia dimananya?, gue liat lo yang nambrak Freya." Eros menatap Venus tajam menahan amarahnya. "Nih ya kak Eros yang terhormat, lo tanya aja sama anaknya sendiri siapa yang nambrak pertama kali. Udah ahh ntar masuk ga sarapan lagi gue." Venus menulikan telinga dan tetap berjalan kearah kantin menarik Ghea. Sesampainya dikantin Venus langsung memesan bubur ayam dan duduk di pojok kantin. "Lo ga makan?" Venus melihat aneh Ghea yang terus saja mengecek handphonenya berkali-kali. "Udah di rumah." "Kenapa sih lo liat hp mulu?" Venus penasaran. "Semalem kak Daniel dateng ke rumah ga ngasih tau gue dulu, terus ketemu ayah jadi ya lo tau lah ya gimana." Venus menatap gadis itu sendu, kisah percintaan Ghea yang menurut Venus sebenarnya aman-aman saja tapi karna ayah Ghea yang sedikit protektif pada anaknya membuat mereka sedikit mengalami kesulitan. "Kalo soal itu mah gue ga bisa bantu." "Iya gue tau, gue juga ga bisa ngapa-ngapain." Menyelesaikan sarapannya Venus langsung menuju kembali ke kelasnya. Bel sudah berdering dari 5 menit yang lalu, tapi guru bahasa indonesia yang cantik jelita didepan tak kunjung juga menghentikan pembelajarannya. "Jadi kalian paham kan bagaimana cara yang tepat membuat karya ilmiah?" "Paham buuuuuu." Seluruh kelas sudah merasakan perut yang berbunyi tapi entah kenapa guru tersayang mereka tidak mendengarnya. "Yasudah, sekarang kalian lanjut memahami karya ilmiah dihalaman 25 pada buku LKS masing-masing." Seluruh kelas terperangah, mereka mengira Bu Sisil akan menyudahi pembelajaran. "Maaf bu, ibu ambil jam istirahat ya?" Vano sang ketua kelas mencoba bertanya atau lebih tepatnya menandakan bahwa ini sudah waktunya jam istirahat. "Ohhh sudah istirahat ya, baik lah kalau begitu kita bertemu lagi di pertemuan selanjutnya, selamat siang." Bu Sisil langsung keluar dari kelas dengan terburu-buru. "Gila lupa ternyata dia, anjir kantin penuh nih pasti." Phoebe langsung berdiri berlari kekantin meninggalkan kedua temannya yang masih sibuk memasukan buku kedalam tas masing-masing. Mereka bertiga berdiri di pintu kantin menoleh kekanan kekiri mencari meja yang kosong tapi nihil, semua meja sudah terisi penuh. "Yahh ga ada yang kosong, gimana dong makan dikelas aja?" "Apaan makan dikelas gak keburu ntar bawanya lagi, balikinnya lagi ribet. Ikut gue." Venus berjalan menuju meja belakang yang sudah terisi tapi masih memiliki bangku kosong disana. "Gue duduk disini ya?, ga ada meja kosong soalnya." Venus sengaja memilih meja dimana Eros, Freya dan teman-teman mereka duduk. Sebenarnya Venus melihat lambaian tangan Mars menyuruhnya duduk disana. "Gapapa kak duduk aja." "Okehh, Ghe pesenin gue seblak dong sama es teh." Seperti kebiasaan lama, Ghea dan Phoebe akan memesan makanan sementara Venus lengket pada Eros. "Lo minggir dong gue mau duduk situ." Freya yang duduk ditengah Vulcan dan Eros langsung mengangguk dan berdiri. "Ngapain sih nyuruh anak orang pindah?, duduk aja disitu." Theo menggeleng kearah Freya. "Ihhh sibuk aja lo kan gue yang mau, udah cepet pindah." "Tapi disitukan juga sama kalo alasan lo mau deket sama Eros." Theo bingung jelas-jelas sekarang Venus duduk disebelah Eros mengapa masih meminta Freya pindah. "Gue mau duduk disitu udah diem aja." Venus dengan senang hati mendudukan dirinya. Mata Venus berbinar melihat seblaknya datang, tangannya hendak menggapai mangkuk cabe disebelahnya tapi mangkuk itu hilang seketika. "Jangan." Vulcan menggeser mangkuk cabe membuat Venus menatapnya tak suka. "Apaan sih sibuk aja siniin." Venus mencoba menggapai mangkuk cabe tapi mangkuk itu diangkat Vulcan dan diletakan dimeja seberang. "Apasih siniin." "Udah pedes." "Iya tapi belom pedes banget." "Udah pedes banget." "Belom ihh siniin." "Udah." "Jangan becanda deh siniin mangkuknya cepetan gue laper mau makan." "Ga." Venus kesal dengan Vulcan, ia mengangkat mangkuk seblaknya dan berdiri. "Sok care banget sih lo jadi orang, ehh lo pindah." Venus menyuruh Freya kembali berpindah tempat duduk. "Caper banget sih lo, minta pindah terus." Theo muak dengan Venus. "Brisik, udah cepet pindah atau gue siram nih kuah seblak ke muka lo." Freya kembali pindah, mangkuk baksonya digeser oleh Eros agar gadis itu tak perlu mengangkat baksonya. "Ohhh ya kak Eros ntar pulang sekolah bisa anter gue balik ga?, soalnya tadi gue berangkat sama papa." Semua mata dimeja itu menuju pada Venus, mereka mengira Venus sudah tobat ternyata kumat lagi. "Gue udah janji sama Freya." "Tapi kan dia bisa pulang sama ono, terus gue pulang sama siapa." "Lo biasa juga sama Mars." Ucap Leo. "Mars pulang telat hari ini, dia rapat osis buat acara nanti." Venus menatap Eros tak putus. "Lo sama Vulcan aja." "Sama ono?, males mending gue jalan kaki. Yaudah deh gausah anter ga penting juga." Venus langsung melanjutkan makannya sedangkan Eros dan yang lainnya menatap Venus bingung. "Lo sakit ya?, kayak punya kepribadian ganda anjir serem." Ghea memegang kening Venus guna mengecek suhu tubuh gadis itu. "Apaansih ga lah, gue mau iseng-iseng berhadiah doang." "Iseng?" Tanya Eros "Iya iseng kenapa?" Eros terdiam tak tau harus menjawab apa. Venus kembali. Tapi ia tak tau apa yang ia rasakan entah tak suka atau senang, keduanya juga tanpa alasan yang jelas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN