Kehormatan yang terenggut

1822 Kata
Malam ini Zahra baru saja pulang setelah menghadiri sebuah pengajian di kampung sebelah. Gadis itu bergidik ngeri menatap jalanan yang begitu sepi. Bulu tipis di permukaan kulitnya meremang saat diterpa angin malam yang dingin. "Tumben... Jalanan sepi banget... Apa ini sudah terlalu malam? Ya Allah... Mana handphone ku lowbath..." Ucap Zahra bergumam. Zahra pun duduk di sebuah halte yang sepi. Gadis itu sesekali menoleh ke kiri dan ke kanan. Berharap Mang Ujang Marbot di pesantren nya datang  menjemput. Karena biasanya memang Mang Ujang yang akan di minta tolong Abinya untuk mengantar dan menjemput Zahra. Namun sayang tak satupun kendaraan berlalu lalang di jalanan nan sepi itu. Bahkan gadis itu mampu mendengar suara jangkrik yang bernyanyi karena kondisi yang sunyi. Jelas sekali menunjukkan bahwa dia berada di wilayah yang masih alami dengan banyak kebun yang lebar di mana para jangkrik bersembunyi. Sesaat kemudian... Zahra melihat sebuah mobil mewah berwarna merah, entah merek apa, yang jelas Zahra bisa menilai bahwa mobil itu adalah mobil mewah. Mobil merah berlogo kuda itu bergerak menepi ke arah nya. Lalu tepat di depan Zahra mobil itu berhenti. Zahra yang tak pernah berprasangka buruk pun tersenyum kepada sang pemilik mobil tersebut yang membuka pintu mobilnya. Seorang Pria berpakaian formal serba hitam dengan kacamata yang membingkai matanya. Pria bertubuh tegap dengan wajah kaku yang terlalu tampan. Hidung bangir ala timur tengah, mata bulat berbulu lentik, bibir tipis keunguan dan rahang yang kokoh. Jelas sekali dari penampilannya menunjukkan bahwa pria ini adalah seorang pengusaha hebat. Zahra menundukkan wajahnya. Khawatir dia akan melakukan dosa besar. Dia  pun berfikir, mengapa belakangan ini dia sering bertemu pria yang luar biasa tampan. "ASTAGFIRULLOHALADZIIM" Zahra memejamkan matanya saat menjerit dalam hati. Zahra kembali membuka matanya, namun dia merasa bingung. Apa yang sebenarnya ingin  dilakukan oleh pria itu. Karena pria itu hanya berdiri dihadapannya. Walau gadis itu masih menundukkan kepalanya, tapi dia bisa mengetahui pria itu hanya berdiam diri. Karena ketika membuka mata, sepatu kulit hitam mengilat itulah yang menjadi pemandangannya. Zahra menyadari bahwa pria yang berdiri di hadapannya terlalu semampai. Dari sudut matanya yang masih menunduk, dia bisa melihat, tinggi tubuhnya bahkan tak sampai bahu pria ini. Kondisi seperti ini membuat jantungnya berdegup kencang karena rasa takut dan khawatir yang tiba-tiba menggebu. Sungguh dia ingin lari tapi entah mengapa tubuhnya terasa kaku.   Baru saja Zahra melangkahkan kakinya hendak menjauh... Tiba-tiba... Dengan gerakan cepat pria itu menarik tubuh zahra, masuk ke mobil mewahnya dan mengendalikan laju mobil itu untuk menjauh dari sana. "ASTAGFIRULLOHALADZIIM.. Bapak mau bawa saya ke mana?" Ucap Zahra panik. Karena kondisi yang terlalu cepat membuatnya tak bisa melakukan apa-apa. Gadis itu berusaha membuka pintu mobil. Tangan mungilnya menarik-narik handle pintu yang tak mungkin akan terbuka karena sudah di kunci pemilik nya. Jantungnya semakin bermaraton, sungguh dia tak ingin hal buruk terjadi. Apalagi Zahra bisa mencium bau alkohol yang bercampur parfum dari tubuh pria yang sedang fokus mengendalikan laju mobilnya. "Ya Allah... Pak tolong turunkan saya. Saya mohon Pak" ucap Zahra terisak. Kini air mata sudah menjebol pertahanannya. Tapi sayang pria itu tetap bergeming. Hingga akhirnya dia menepikan mobilnya di jalan sepi. "Hari ini kau milikku Nazwa." Ucap Pria itu, mendorong tubuh mungil Zahra sambil menarik handle hingga kursi yang diduduki Zahra rebah. Zahra semakin panik, dia bisa menilai ria di hadapannya memang sedang di bawah pengaruh minuman keras. Gadis itu meronta-ronta saat sang pria mulai menyentuh bahunya dengan kasar. "ASTAGFIRULLOHALADZIIM... PAK SAYA MOHON LEPASKAN SAYA!!! Hiks..." Zahra berteriak karena kepanikan kini sudah menguasai hatinya. Namun pria itu tak bergeming. Dia justru mengunci tubuh Zahra dibawah tubuhnya. Pria itu mengecup lembut pipi Zahra. Dan darah Zahra berdesir. Sungguh Zahra  merutuki dirinya yang berdebar hanya karena sentuhan di pipi. "Pak Istighfar... Pak ini salah..." Zahra berusaha mendorong d**a pria yang mengunci tubuh nya. "Tidak ada yang salah... Karena Aku mencintaimu. Dan jika kau tak mau menjadi milikku, maka aku akan memaksamu menjadi milikku." Ucap Raynand dengan senyuman iblisnya. Garis bibir yang melengkung ke atas itu justru tampak menyeramkan di mata Zahra. Karena jarak yang terlalu dekat. Bahkan saat ini posisi Zahra berada di bawah kukungan pria itu membuat Zahra semakin mencium aroma alkohol yang menguap dari tubuh sang pria. "Ya Allah pria ini mabuk...ya Allah selamatkan hamba... Ya Allah... Hiks... Hiks..." Tangisan Zahra semakin pecah. Hatinya benar-benar terombang-ambing seperti berada di ujung maut. Tangisan Zahra terdengar begitu pilu tapi sayangnya tak mampu meluluhkan hati pria iblis tersebut. "TOLONG... TOLONG... TOLONG..." Teriak Zahra panik. Gadis lemah itu hanya bisa berteriak dan melakukan pemberontakan yang sia-sia. Sang pria malah semakin brutal dan mulai membuka jasnya. Zahra bergidik ngeri melihat pria itu melepas dasi merah yang mengikat kerahnya. "Teriakan mu sungguh seksi sayang... Dan teruslah melakukan hal yang sia-sia karena mobil ini sudah diberi peredam jadi percuma kau teriak... " Pria itu tersenyum manis diakhiri dengan seringaian tajam yang menusuk jantung Zahra. Sungguh saat ini Zahra merasa hidupnya akan berakhir. Dia tak ingin melepas kehormatan yang selama ini dia jaga pada pria iblis ini. "Hiks... Hiks... Aku mohon lepaskan aku... Hiks... Hiks..." Ucap Zahra semakin terisak pilu. Saat ini tenaganya sudah habis, karena sejak tadi dia memberontak. Di detik berikutnya pria itu mengikat tangan Zahra dengan dasi yang baru saja dia lepas. "Ya... ALLAH... Hiks... Lepaskan saya... Saya mohon... Hmpp..." Zahra terus menangis tapi siapa sangka pria itu malah membungkam Zahra dengan bibirnya. Baru pertama kali merasakan sentuhan hangat nan basah di bibirnya, gadis itu pun terkejut. Hatinya bergemuruh tapi tenaganya seolah habis dan melemah. Entah apa yang dia rasakan. Zahra sendiri tak mengerti. Tapi akal sehatnya sadar, hal ini adalah dosa besar. Gadis itupun kembali meronta-ronta. Dengan kekuatan yang ada dia hanya bisa menggerakkan kepalanya. Tapi sang pria malah menekan rahang Zahra dengan kuat menggunakan telapak tangannya yang besar. Pria itu terus menyapu bibir Zahra menggunakan bibir dan lidahnya. Sesekali menghisap bibir Zahra dengan gemas, bahkan menggigitnya agar bisa mengeksplorasi mulut Zahra dengan semaksimal mungkin. Sentuhan ini membuat Zahra semakin melemah. Kulit gadis itu meremang bahkan gadis itu merasa tubuhnya bereaksi karena sentuhan intens pria yang tak dikenalnya. Tapi akal sehat gadis itu masih sepenuhnya sadar. Ini salah... Ini dosa... Ini tidak benar... Aku harus lepas... Ya Allah.. Tolong hamba.. Zahra semakin menangis tersedu. Bahkan dadanya terasa sesak. Bukan hanya karena menangis tapi juga karena pria itu benar-benar menindih tubuhnya tanpa melepaskan pagutannya. Tak hanya memberikan ciuman intens, pria itu juga melepas hijab panjang gadis lemah di bawah kukungannya. Zahra semakin terisak. Dia merasa begitu lemah tak berdaya. Bahkan melindungi hijabnya saja tak mampu. Padahal hijab itulah yang selama ini melindungi kehormatan nya. Hijab yang selama ini menjadi saksi, betapa dia mencintai akidah nya. Sungguh Zahra tidak rela. Amat sangat tidak rela seorang Pria menjamah tubuhnya. Bahkan sebelum ikatan pernikahan. Apalagi dia tak mengenalnya. Pria terus mendominasi dirinya. Menyesap leher dan tubuh bagian depan gadis yang tak pernah terjamah. Tak peduli isak tangis gadis di hadapannya. Yang dia pedulikan hanya pelepasan hasratnya yang menggebu. Zahra masih memberontak. Dengan sisa tenaganya gadis itu menggeliatkan tubuh agar lepas dari kukungan pria bertubuh tinggi besar yang menindihnya. Sayang sekali gerakan yang dilakukan oleh Zahra malah membuat gadis itu tampak seksi di mata Raynand. Zahra terus terisak pilu sambil berteriak lemah meminta tolong. Berharap ada keajaiban Allah yang akan menyelamatkan kehormatannya. Zahra terus menggerakkan pergelangan tangannya untuk melepas ikatan dasi di sana.sayabhnya ikatan itu terlalu kuat. Dan malah membuat lengan gadis itu terasa perih karena terluka. Terlalu fokus melepaskan diri. Zahra tak menyadari, pria ini sudah bermain di tubuh intinya. Ada gerakan menggelitik dan mengoyak inti tubuhnya. Membuat Zahra semakin takut. "Ya Allah... Apakah aku harus kehilangan kehormatan ku dengan cara tragis seperti ini? Kehormatan yang aku jaga selama ini. Haruskah direnggut secara paksa?" Tangis Zahra membatin. Kini pria itu mulai menghujam miliknya dengan kekuatan penuh. Menikmati surga dunia yang hangat dan menjepit miliknya dengan kuat. Wajah iblisnya tampak menyeramkan saat memejamkan mata. Seolah dia menikmati tindak asusila yang sedang dilakukannya. Hati Zahra semakin diremas pilu. Rasa sakit di inti tubuhnya tak sesakit yang ada di dadanya. Sungguh Zahra tak menyangka akan memiliki takdir seburuk ini. Dia diperkosa pria b******k berbalut pakaian kehormatan. Pria berwajah malaikat namun berhati iblis. Rasa nyeri, perih dan penuh menyiksa inti tubuhnya. Tak ada rasa nikmat seperti yang dikatakan oleh orang-orang saat bercinta. Zahra justru merasa selangkangannya terkoyak. Dalam kondisi seperti ini Zahra benar-benar merasa terhina. Dia merasa tidak layak lagi. Rasanya Zahra ingin mati saja. Dari pada hidup namun sudah tak berharga. Setelah pria itu menyemburkan ribuan benih dalam rahimnya. Tanpa dosa pria itu merapikan tatanan jasnya. Kemudian melepas ikatan dasi di pergelangan tangan Zahra. "Terima kasih sudah menjaganya untukku. Milikmu nikmat dan sangat memuaskan." Ucap pria itu usai mengecup keningnya. Kemudian tertidur pulas tanpa peduli dengan kondisi Zahra yang menggemaskan. Bagai disambar petir Zahra mendengar pengakuan dari pria b******k itu. Pria itu sudah menikmati tubuhnya. Sungguh biadap. Zahra semakin marah saat melihat pria itu langsung mendengkur setelah merebut mahkota yang dia jaga selama ini. Wajah gadis itu bersimbah air mata. Isakannya sungguh pilu. Dengan tangan yang memerah bekas ikatan yang sangat kuat. Masih dalam kondisi menangisi nasib, Zahra memungut pakaiannya. Kemudian memakainya dengan tangan bergetar hebat. Airmata nya terus meleleh, bagaikan bendungan yang tak mampu menampung air mata. Kemudian meninggalkan pria yang sudah merenggut kehormatan nya secara paksa tanpa ikatan pernikahan. Dan tanpa ia kenal. Namun tak akan pernah Zahra lupakan wajah b******k yang kurang ajar tampan itu. Setelah meninggalkan mobil biadab itu. Zahra tidak pulang ke pesantren. Dia memilih menginap di sebuah bungalow, menyewa sebuah kamar di sana. Kemudian menangis sesenggukan... Sendirian... Dia tidak ingin kedua orang tuanya ikut terluka mengetahui kejadian mengerikan ini. TOK... TOK... TOK... Zahra menoleh saat menyadari pintu kamarnya diketuk dari luar. Dengan tertatih gadis itu bergerak membuka pintu. "Assalamualaikum... Teh ini baterai handphonenya sudah terisi." Ucap seorang gadis yang menjaga bungalow tersebut. "Terima kasih ya teh..." Ucap Zahra berusaha tersenyum. "Iya teteh... Sama-sama mudah-mudahan nyaman menginap di sini ya teh." Ucap gadis itu ramah. Usai bicara gadis itu pergi meninggalkan Zahra sendirian di kamar yang dia sewa. Zahra pun segera menutup pintu kemudian mencari kontak panggilan di sana. Setelah menemukan kontak yang dia cari, Zahra pun segera menghubungi no tersebut. "Assalamualaikum." Ucap seseorang menjawab panggilan teleponnya. Dari suara lembut nan teduhnya, Zahra tahu betul siapa pemilik suara tersebut. "Waalaikum salam warrohmatulloh Ummi... Maaf Ummi hari ini Zahra tidak bisa pulang ke rumah. Zahra menginap di rumah teman Zahra. Dia sedang sakit sedangkan orang tuanya sedang pergi ke Jakarta." Ucap Zahra beralasan. "Iya nak... Tak apa-apa... Dari tadi ummi khawatir... Ummi dan Abi tidak bisa menghubungi kamu nak..." "Maaf Ummi... Handphone Zahra lobath... Jadi Zahra baru bisa menghubungi ummi." "Ya sudah tidak apa-apa... Kamu baik-baik saja kan nak?" "Alhamdulillah Zahra baik ummi. Sudah dulu ya ummi... Assalamualaikum" "Waalaikum salam wartohmatulloh" Selesai menelpon ummi nya, Zahra meremas dadanya. Gadis itu menangis sambil duduk di lantai yang dingin. Isakannya sungguh pilu. Hingga sesenggukan dan terasa perih di tenggorokan. Dia merebahkan dirinya di lantai dingin. Masih menangisi kisah tragis beberapa jam yang lalu. Zahra memeluk tubuhnya sendiri. Memuaskan diri nya untuk terus menangis. Tangisan yang tak akan pernah puas walaupun air mata yang tercipta sudah seluas samudera. Dia sangat hancur. Dia ingin menyelesaikan hidupnya. Rasanya ingin membunuh dirinya sendiri. Namun dia masih sadar. Jika dia mati maka dia akan kekal dalam neraka dengan siksaan alat yang membunuhnya terus berulang tanpa ampun. Bersyukur dia memiliki iman yang kuat. Akidah nya masih terjaga dengan baik. "Tapi bagaimana jika aku hamil?" Ucap Zahra membatin saat mengingat pria itu tak menggunakan pengaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN