Lovinta sedang bermain bersama dengan anak-anak panti asuhan. Di balik dinding pembatas itu terdapat sepasang mata yang sedang mengawasi kegiatan Lovinta. logikanya berkata untuk menyerah, tapi hatinya berkata jangan. Memang membingungkan jika pikiran dan hati tidak selaras. Saling menolak satu sama lain. Diam-diam Gilang tersenyum di balik dinding pambatas itu, meskipun hatinya sedang gundah, jika melihat Lovinta tersenyum lepas seperti yang dia lihat entah mengapa membuat hatinya damai. Keadamaian itu terusik saat gawainya berdering. lelaki itu berdecak kesal sembari merogoh saku celananya dan mengambil benada pipih itu dari dalamnya. [Maaf bos, untuk saat ini kita belum bisa menemukan di mana Budi berada. Tapi, kita juga tidak lepas memantau pergerakan Ettan,] ucap seseorang di s

