Pov : Gaza "Win, apakah laki-laki yang kamu maksud itu aku?" tanyaku lagi untuk ketiga kalinya, tapi Windy masih tak mau bicara. Aku hanya ingin tahu apa yang sebenarnya ada di dalam hatinya. Tak ingin kisah Andah terulang kembali di saat aku bersama Aisyah nanti. Ah Aisyah, mungkinkah memang dia yang harus kupilih? "Bukan, Za. Bukan kamu," ucapnya lirih. Dia tak mau menoleh. Hanya menyeka kembali kedua pipinya yang basah. "Seandainya nanti jawaban istikharahku dan Aisyah sama, apa kamu menyetujuinya?" Windy menoleh lalu tersenyum tipis. "Iya, aku setuju asalkan kamu bahagia dengannya." Hanya itu jawaban Windy atas pertanyaanku. Aku tak paham apakah itu jawaban dari hati atau hanya sekadar alibinya. Yang penting Windy setuju. Meski nanti aku tak yakin bisa sebahagia harapannya sa

