Keheningan membentang di antara mereka, seiring dengan pandangan mata Laura membelalak seolah tak percaya dengan apa yang dia lihat. Alaric masih saja duduk santai, dengan jus di tangannya ia menyadarkan punggung satu jari telunjuknya mengarah Laura kemudian menunjuk dadanya sendiri. Entah apa yang dimaksud lelaki itu, sehingga membuat Laura bingung seiring dengan dahi yang mengkerut. “Makanlah, Laura, habiskan dulu makanan di piringmu, setelah itu baru kita kembali ke kantor,” titah Richard, dengan satu tangan memegang garpu dan satu lagi memegang pisau kecil untuk memotong daging di piringnya berwarna putih itu. “Tapi aku sudah kenyang, Richard.” “Baiklah, kalau kau seperti itu.” Bukan Laura merasa kenyang, tapi ada alasannya kenapa ia kehilangan selera makan kini. Itu tidak l

