Kegilaan

1173 Kata
Sudah dua tahun berlalu, kehidupan mereka telah terpisah untuk waktu yang lama. Masing - masing hidup dengan cara mereka sendiri. Penyesalan memang datang terlambat, kini Arka dan Nata hanya bisa merasakan akibat dari dosa - dosa mereka. Nata yang melarikan diri dari Arka setelah penyiksaan menghilang dari kehidupan Arka dan juga Raga. Banyak yang bilang jika ia ke luar negeri dan bekerja sebagai model di sana. Namun semua masih tidak jelas karena semua hanya perkiraan beberapa orang. Sedangkan Asa, dia juga pergi dari kehidupan Arka setelah menyerahkan semua proses perceraian di pengadilan pada Indra. Dan dia membuka butiknya sendiri dengan merek sendiri tentu saja dengan bantuan Indra. Pria itu mengajari Asa bagaimana cara berbisnis dan memulai bisnis dengan tepat. Dia juga membantu mempromosikan rancangan Asa pada rekannya sehingga gadis itu tidak terpuruk oleh masa lalunya. Yang paling bersedih di sini adalah Mina, ibu dari Arka. Dia menatap nanar berita kebersamaan Ada dan Indra yang berada di luar negeri. Gadis yang pernah menjadi menantunya itu begitu bahagia padahal putranya sangat hancur bahkan seperti pria tak memiliki jiwa. Air mata membasahi pipinya yang halus. Wajahnya yang cantik tidak bisa berpaling dari berita koran hari ini. "Bu apa yang kamu lihat...?" tanya Irgi. Dia menghampiri ibunya begitu melihat sang ibu menangis. "Kenapa ini terjadi, setidaknya Asa memberi Arka kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Hik..." Mina memeluk erat koran yang ada di pelukannya. Memang perbuatan putranya sangat kejam, tapi putranya jauh lebih menderita dari Asa sekarang. Dia bahkan pernah koma. "Ini konsekuensi dari perbuatan Arka Bu..." Ucap Irgi sendu. Tidak, Mina tidak terima jika semua ini salah Arka. Dia menyalahkan semuanya pada Nata yang membodohi putranya. "Tidak Wanita bernama Nata itulah yang kurang ajar." Irgi tidak bisa menyalahkan ibunya yang berpikir demikian. Dari semua cerita Arka jelas wanita itu mencuci otak adiknya dengan lihai. Sayangnya adiknya juga begitu bodoh percaya pada wanita itu. "Itu, Arka juga bersalah. " "Bukankah pendosa juga bisa bertaubat dan memperbaiki diri. Aku ingin Arka menata hidup kembali. Mencari gadis lain lagi yang mencintai dirinya dan menikah," isak Mina. "Sayangnya perasaan Arka begitu dalam pada Asa. " Mereka sadar jika perasaan Arka tidaklah sesederhana yang mereka kira. Sangat ironis melihatnya yamg begitu mencintai Asa tapi justru membuat satu hal yang tak termaafkan oleh wanita di dunia ini. . . . Di sebuah toko swalayan, Asa dengan semangat berbelanja. Menguras tenaga untuk mendapatkan adrenalin, bukan ide yang buruk untuk Asa. Senyum terus tersungging di bibirnya, rambutnya panjang yang melebihi pantatnya meliuk- liuk menarik perhatian pengunjung lainnya. "Mama, lihatlah ada mermaid." Salah seorang gadis kecil berbicara dengan ibunya sambil menunjuk Asa yang fokus antara memilih coklat atau strawberry. "Tidak ada mermaid yang belanja sayang," jawab ibunya kalem. Raut kecewa langsung tercetak di wajah si gadis kecil. "Benar juga, tidak ada mermaid yang memakai sandal jepit," guman si kecil. Asa yang tidak sadar menjadi sorotan masih berpikir dan bingung harus memilih yang mana, àkhirnya mengambil keduanya. Hal itu juga tidak luput dari perhatian seseorang yang baru datang ke swalayan ini. Dia seperti tersengat listrik melihat kemunculan sang mantan yang sudah lama ia rindukan. Asa segera pergi ke kasir dan membayar tagihan belanjaan nya. Sayangnya saat hendak menuju parkiran dia dikejutkan yang dengan sosok yang lama tidak ia temui. Pria itu menunggunya dan tersenyum lembut padanya. "Arka..." "Hn." Arka sudah menyiapkan mental untuk dimaki- maki Asa dan segala hujatannya. Akan tetapi justru senyum manis yang ia terima. "Hai, apa kabar?" Asa mengulurkan tangannya pada Arka. Tindakannya begitu natural tanpa ada kebencian di dirinya. "Aku baik." Bohong aku sangat buruk... "Ehem, aku rasa sudah waktunya untuk melepaskan tanganku. Kita terlalu lama berjabat tangan." Aku tidak ingin melepaskan tanganmu seumur hidup... "Oh maaf." Arka melepaskan tangannya. "Kau mau minum kopi denganku?" ajak Arka berkata dengan suara memelas. Dia tidak ingin melepaskan kesempatan ini, karena sudah lama ia tidak berhasil menemukan Asa. Wanita itu seperti hilang di telan bumi. Jika bisa menjadi istriku... Asa berpikir sejenak, dia tidak ingin lagi ada dendam di antara mereka. Baiklah, aku punya waktu sebentar, kita bisa mengobrol sedikit." Senyum manis tersungging di bibir Asa yang basah dan terlihat lembut. Arka teringat sewaktu belum berpisah dulu, ia sering melumat bibir itu hingga bengkak. Mengigitnya dan mencium tanpa ampun. Merasa Arka memandang bibirnya, Asa merasa canggung dan sedikit menunduk. "Baiklah, kita ke cafe M." "Hm." Arka merasa senang karena ajakannya di terima Asa. Arka ingin mengingatkan Asa tentang kenangan indah dulu. Cafe ini adalah tempat yang sempurna untuk mengingat segala macam kenangan itu. Mereka pun sampai ke cafe M tempat mereka pacaran dahulu. Arka tersenyum tipis melihat Asa begitu antusias. "Wah, cafe ini tidak berubah ya..." "Benar." Mereka berdua menuju kursi yang ditunjuk ditunjukkan oleh pelayan cafe. Baju sailor yang mereka pakai dulu sering membuat Asa iri dan cemburu. Tapi sekarang Asa merasa geli saat mengingat kelakuan kekanakannya. Dia jadi sedikit terkikik. Melihat jika suasana mendukung, Arka mulai mengatakan isi hatinya. "Asa ... Maafkan aku. Aku sungguh menyesal." Arka berbicara begitu tulus pada Asa. Bahkan tak terasa air mata mengalir dari mata oniks yang tajam itu. "Aku...aku bodoh, aku sangat menyesal." Asa terdiam sesaat. Dia masih ingat setelah perceraian mereka, Arka sering berkunjung ke club dan mabuk -mabukan. Dia juga sering bergonta-ganti pasangan. Entah apa yang terjadi, Arka seolah menggila dan kehilangan dirinya sendiri. Terakhir kali informasi yang ia dengar, Arka koma selama enam bulan karena bunuh diri. Dari situlah Asa memutuskan untuk tidak membenci Arka lagi. Bahkan saat Arka dalam keadaan koma, Asa berkunjung dan memberi semangat. "Lupakan semua yang terjadi Arka. Kita harus tetap melangkah maju." "Asa, A... Aku sangat..." Mencintaimu dengan begitu buruk. Drrt drrt. Suara ponsel mengintrupsi ucapan Arka. "Oh maaf." Asa menjawab panggilan telepon miliknya. Lalu kembali fokus pada Arka. "Kita bisa memulai untuk berteman. Aku tidak membencimu. Bahkan aku berharap kau juga menemukan kebahagiaan mu." Ketulusan ucapan Asa bagai pisau yang mengiris hatinya dengan kejam. Ini artinya dia tidak mencintaiku lagi... "Semua pasti ada sisi positif yang bisa kita ambil. Carilah kebahagiaanmu lagi Ar. Aku akan mendukungmu sebagai sahabat." "Tidak bisakah kita bersama kembali?" "Kumohon..." Air mata mengalir lebih deras dari matanya. Dunia Arka serasa hancur sekali lagi karena ucapan Asa. "Aku sudah bahagia Arka..." Asa menarik nafas sesaat. "Giliranmu yang menemukan jalan bahagia." Giliranmu untuk bahagia... Giliranmu untuk bahagia... Giliranmu untuk bahagia Kata-kata itu terus terngiang di kepala Arka. Di jalan kota besar Surabaya, Arka dan Asa berhadapan satu sama lainnya. Yang satu berwajah ceria dan berusaha memberikan semangat. Yang lain dalam keadaan hancur dan putus asa. "Jangan menyerah Arka... Pasti ada waktunya untuk dirimu mendapatkan kebahagiaan mu lagi. Semangat..." Asa melambai dan beranjak pergi dari hadapan Arka. Tapi pria itu tidak bergeming. Matanya masih menatap kosong kepergian Arka untuk kedua kalinya. "Oh jika butuh semangatku, hubungi saja butik Cerry. Bye..." Deg. Kegilaan yang muncul tiba - tiba mulai menguasai kewarasan Arka. Kita pasti bertemu lagi sayang... Fufufu Hancurkan semua yang menghalangi... Siapapun harus dimusnahkan...fufufu....... Malam itu dibawah hujan gerimis yang turun di jalan kota Surabaya. Pria berambut cepak tertawa terbahak - bahak. Tangannya menggenggam pisau lipat selain itu seringai keji tersungging di bibirnya. Kau pasti menjadi milikku lagi... Tbc.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN