Taran menarik napas, tangannya masih menutupi wajah yang terbakar oleh malu dan marah campur aduk. Air mata terus mengalir deras di antara sela jarinya "Jangan… Om… jangan dilihat…" gerutunya, suara penuh keputusasaan Faten, dengan nafas masih berat, perlahan menarik tangan Taran dari wajahnya. Tatapan Faten penuh nafsuu yang tak bisa ia sembunyikan "Lepas, Om… please… rasanya aneh gue gak mau" rengek Taran, mencoba memalingkan wajahnya "Aneh," Suaranya lebih rendah namun tidak lagi sekeras tadi. Ada nada yang hampir seperti bujukan "Aku ingin lihat kamu. Istriku." Perlahan tapi pasti, tangan Faten yang kuat berhasil menurunkan tangan Taran yang melindungi wajahnya. Taran memejamkan mata rapat-rapat, bulu matanya yang basah bergetar dengan pipi merona "Buka matamu, Sayang," Pinta F

