Music

1075 Kata
"Haaah.." desah Yesha, sambil berdecak pinggang, Layvi sudah melakukan kesalahan fatal dengan membahas perbedaan usia mereka. Yesha memarani Layvi menangkup rahang lelaki itu diantara kedua jarinya. "Kamu ngatain saya tua?!" Desak Yesha tak suka. "Eeeng.." Layvi berusaha menggeleng tak ingin disalahkan. "Assalamuaikum..!" Sapa Erick yang baru pulang, spontan Layvi dan Yesha kaget. "Itu adik saya, Non" Desis Layvi menjelaskan. "Non masuk dulu" Layvi mendorong Yesha masuk kedalam kamarnya, meski tak tahu untuk apa ia takut ketahuan. Tapi tetap saja Layvi tak ingin ada yang tahu jika ia membawa perempuan disaat rumah tengah sepi. "Kakak kenapa? kok keliatan panik gitu?" Tanya Erick curiga. "Gak kok, gak.. gakpapa.. oiyah kamu dari mana? bukannya kamu sekolahnya siang?" Tanya Layvi basa-basi. "Kakak lupa, akukan kalau senin masuk pagi kak" Jawab Erick seraya menggeleng, ia sadar kakaknya itu mungkin terlalu banyak bekerja sampai-sampai jadi pikun. "Emma, udah kakak jemput?!" Tanya Erick kemudian. "Astaga Emma, kakak lupa!" Pekik Layvi menepuk jidatnya sendiri. "Heemmm... yaudah Emma biar aku yang jemput, tapi kak... tadi aku ditagih bayaran sekolah sama guru aku!" Lirih Erick, Layvi termanggu karena bulan kemarin Emma sakit dan semua uangnya dipakai untuk membayar pengobatan Emma. "Nanti kakak bayaryah, kamu tenang ajah!" Sahut Layvi membelai kepala Erick sayang. Erick hanya mengangguk, pemuda tanggung itu langsung mencium tangan Layvi untuk kembali pamit menjemput Emma. Setelah kepergian Erick, Layvi sadar betapa menyedihkan hidupnya, tapi ia harus kuat demi ketiga adiknya. Sementara Yesha sejak tadi menguping pembicaraan Layvi, wanita itu setidaknya tahu. Layvi sedang dalam krisis keuangan. Layvi masuk kekamarnya, dengan wajah ditekuk tujuh, lelaki itu seakan lupa ada Yesha didalamnya. Menyadari Layvi yang masuk, Yesha langsung tertidur diranjang Layvi, menutup wajahnya dengan selimut bekas Layvi yang sialnya sangat nyaman dikulitnya. Layvi terduduk dibangku belajarnya, seraya berfikir cara ia mendapatkan uang untuk Erick. Yesha bergerak didalam selimut, gerakkannya langsung ditangkap pengelihatan Layvi yang duduk selurusan dengan tempat tidurnya. "Astagfirullah, saya lupa kalau ada Nona.. maaf Non!" Tangannya membuka selimut yang menutupi wajah Yesha, terjadi tarik menarik karena Yesha tak ingin keluar dari "persembunyiannya" "Keluar ajah Non, adik saya udah pergi lagi kok!" Ucap Layvi mengatensi Yesha. Yesha menyembulkan wajahnya, sedikit membenarkan letak rambutnya. "Saya masih mau disini..!" Desisnya seraya tersenyum kuda "Gak bisa Non, bentar lagi adik-adik saya pulang, saya gak mau mereka salah paham" "Saya akan membayar uang SPP adik kamu, kalau kamu mengijinkan saya tidur disini, lagikan emang daritadi saya mau tidur" Layvi berfikir akan tawaran Yesha, meski ia merasa tawaran itu terlalu aneh, wanita itu hanya tidur dibawah selimut bekasnya, dan ia mendapatkan bayaran untuk itu? "Yaudah suka-suka Nona ajahlah!" Jawabnya malas, ia berniat mengganti kemejanya karena sudah merasa sangat berkeringat. Dengan santai ia membukanya, memperlihatkan otot punggungnya yang keras serta sangat menggiurkan, lelaki dengan tinggi seratus sembilan puluh centimeter itu sama sekali tak merasa kuatir dirinya di intip Yesha, toh.. tadi katanya wanita itu mau tidurkan apalagi wajahnya ditutupi dengan selimut. Tanpa Layvi sadar jika Yesha terus memperhatikan gerak-geriknya, air liurnya bahkan ingin menetes melihat tubuh atletis Layvi. Layvi sedikit menengok kearah Yesha, sesaat dirinya merasa ditatap seseorang. Yesha kembali menutup wajahnya kedalam selimut. Lelaki itu hanya mencibik, sadar jika ketakutannya tadi terlalu berlebihan, gak mungkin wanita berpendidikan seperti Yesha mau mengintip aktifitasnya ganti baju. "Aku mandi ajahlah!" Gumam Layvi langsung masuk kekamar mandinya, suara gemericik air sangat menggangu pendengaran Yesha, sebenarnya bukan airnya tapi fikiran liar wanita itulah yang membuat ia jadi terjaga. Yesha bahkan sampai memukul pelipisnya sendiri malu dengan sikapnya. Cukup lama Layvi membiarkan tubuhnya dibawah guyuran air, ia begitu larut dalam pikirannya, seakan air dingin yang masuk kepori-porinya mampu melarutkan masalahnya. Setelah keluar dari kamar mandi, ia langsung mengambil t-shirtnya, memakainya dengan santai, lanjut menggunakan celana pendeknya, karena Layvi merasa hari ini ia tak akan kembali lagi ke kantor. "Nona masih tidur?" Desis Layvi sendiri melihat Yesha yang seakan tak bergerak sama sekali. "Heemmm.." lelaki itu tengah berfikir kapan Yesha mau pulang kerumahnya sendiri, dan kenapa juga harus tidur dikamarnya. "Nona...!" Pelan-pelan ia membuka selimut yang menutupi wajah wanita itu, ia tersenyum miring saat melihat Yesha yang benar-benar tertidur pulas. Bahkan mulutnya sedikit terbuka karena begitu lelah, memang niatnya tadi ia hanya memejamkan mata seraya terus mendengar suara gemericik air yang berasal dari air yang jatuh melewati tubuh Layvi. Nyatanya suara itu seperti suara musik klasik ditelinga Yesha. Layvi berjongkok, membenarkan letak selimutnya dan mengusap rambut Yesha, sedikit mengelus alis mata wanita itu yang dibiarkan tumbuh alami tanpa pensil alis. Apapun akan ia lakukan asal bisa menjaga bos cantiknya dari semua hal yang menganggunya. Setelahnya Layvi keluar kamarnya, menutup pintunya begitu pelan, ia memilih duduk dilantai dan menyalakan televisi 14 inch miliknya. "Selamat siang, berita kali ini datang dari pewaris tahta Ratu Ayesha dengan calon tunangannya Barry Mulyadi. Dikabarkan mereka tengah bertengkar, dan bisa dipastikan pertunangan mereka batal." Suara host gosip. Ternyata benar, Yesha bukan sekedar orang kaya biasa, semua gerak-geriknya masuk pengawasan para pencari berita. Banyak juga yang menyalahkan Yesha karena wanita itu menampar Barry. Tanpa mereka tahu bagaimana jahatnya Barry, tiba-tiba saja Layvi jadi merasa begitu kesal dengan berita di televisi. Ia bahkan mengigit bibir bawahnya gemas. "Itu gak bener.. Non gak mukul pak Barry sembarangan!" Gerutunya sendiri saat mendengar tayangan yang selalu memojokkan Yesha. Suara protesnya membangunkan Yesha, wanita itu berjalan keluar sambil mengucek matanya. "Nonton apa si Lav?" "Eh Non udah bangun, ini Non tayangan gosip. Masa isinya jelek-jelekin Non terus" "Ooh itu... udah gak usah ditonton!" Yesha mengambil remote dan mematikannya. "Lav.. Barry salah satu pemegang saham dari beberapa channel televisi, jadi gak heran kalau semua seakan membela dia" Terang Yesha saat melihat wajah bingung Layvi. "Terus kenapa Non udah bangun?" "Suara kamu berisik Lav.. aku jadi susah tidur, aku tuh kalau tidur mesti denger suara musik" tanpa berdosa Yesha duduk disamping Layvi, menaruh kepalanya bersandar dibahu lelaki itu. "Kamu nyanyi dong Lav, biar aku bisa tidur lagi!" "Hhaah.. saya gak bisa nyanyi, Non" "Bisa kok, pasti bisa, gak ada orang yang gak bisa nyanyi.. toh cuma keluarin suara.. ayok dong Lav.. nanti aku tambahin deh gaji kamu" "Engga Non? Lagi kok saya jadi ngerasa kayak cowok bayaran sih? apa-apa digaji!" Gerutunya. "Hahhaaa.. yah terus kamu mau kayak gimana" Yesha menengok kearah Layvi bersamaan dengan lekaki itu yang menatap mata Yesha intens. "Heemm...maksud saya, saya bisa melakukan suatu hal karena saya menganggap Non teman saya" Jawab Layvi gugup, gugup karena Yesha masih terus menatapnya. "Aku gak mau temenan sama kamu!" Kata Yesha "Oowwh...!" Layvi hanya bergumam kecewa. "Karena aku gak yakin hanya akan ada kata pertemanan diantara kita" Desis Yesha serius.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN