----------
Seminggu lamanya Kirei dan Zidan tinggal di rumah Bu Tiwi. Sengaja untuk sepekan ini mereka di sana agar Kirei dan bayinya ada yang menjaga.
Kondisi tubuh Kirei yang belum benar-benar fit mengharuskannya beristirahat total. Selain itu, Jordan harus mengurus urusan pekerjaan selama seminggu keluar kota.
Jordan tak ingin istrinya merasa kesulitan sehingga untuk sementara waktu menitipkan istrinya di rumah ibu mertuanya. Tentu saja itu bertujuan agar Kirei merasa nyaman dan tidak canggung. Berbeda jika harus dititipkan di rumah orang tua Jordan.
"Wah, anak Mama yang ganteng bobo lagi ya? Padahal, sebentar lagi Papa jemput," ucap Kirei saat mendapati Zidan yang telah dimandikan oleh Bu Tiwi terlihat tertidur.
"Anakmu ini pasti merasa segar karena udah mandi dan ganti baju. Oya, memangnya Nak Jordan pulang hari ini?" tanya Bu Tiwi.
"Iya, Bu. Semalam, sih, bilangnya seperti itu. Katanya hari ini mau langsung ke sini, sekalian jemput."
"Oalah .... Padahal, biar semalam lagi aja di sini. Kasihan Nak Jordan, pasti capek habis perjalanan jauh."
"Iya, Bu. Nanti biar Kirei bicarakan sama Mas Jordan."
*******
Semilir angin malam membelai rambut panjang milik Kirei yang tengah duduk di teras depan rumah bersama suaminya.
Ya, Jordan telah sampai di rumah mertuanya. Namun, ia memutuskan untuk menginap semalam di sana.
Zidan telah terlelap dari tadi sehingga Kirei dan Jordan bisa mengobrol berdua di luar dengan ditemani teh manis hangat dan pisang goreng.
"Sayang, Mas mau ke air dulu, ya, sebentar. Udah kebelet, nih," ucap Jordan yang langsung beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari istrinya.
"Dasar Mas Jordan ... kebiasaan banget, deh," gumam Kirei.
Kirei menghela napas panjang. Ia meraih cangkir berisi teh manis di meja dan menyeruput isinya.
KRIIING ... KRIIING.
Handphone milik Jordan berdering. Kirei melihat ada nomor tidak dikenal yang memanggil ke benda pipih itu.
Belum sempat Kirei mengangkatnya, panggilan itu telah berhenti.
Kirei mengernyitkan kening. "Ini orang kayaknya cuma miss call doank. Apa mungkin salah sambung? Hmm, kurang kerjaan. Coba aku lihat dulu deh nomornya, penasaran juga," ucap Kirei.
Kirei mengutak-atik gawai milik Jordan. Ia hendak mengecek nomor yang melakukan panggilan tadi.
"Lagi apa, Sayang?" tanya Jordan yang telah kembali dari kamar mandi.
"Ah, Mas, ini tadi ada yang telepon tapi gak jadi," jawab Kirei.
"Telepon dari siapa?"
"Gak tahu, Mas. Belum sempet aku lihat juga kan."
"Oh, sini aku lihat!" Jordan mengambil handphone dari tangan Kirei dan memeriksanya.
Jordan tersenyum melihat asal panggilan itu.
"Kenapa kamu tersenyum, Mas? Emang itu panggilan dari siapa?" cecar Kirei.
"Oh, ini bukan dari siapa-siapa, Sayang. Mas tersenyum karena gak kenal sama nomornya, jadi biarin aja, gak usah ditanggapi," jawab Jordan sembari mentoel dahu istrinya.
"Oh."
******
Kirei, Jordan, dan bayi mungil mereka telah kembali ke rumah kontrakan.
Pagi ini terasa indah bagi Kirei. Indah karena sekarang anggota keluarga telah bertambah satu dan Kirei tidak akan merasa kesepian jika sedang ditinggal kerja oleh Jordan.
Kirei kembali ke rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga. Ia menyiapkan sarapan untuk suami tercinta yang akan berangkat kerja. Sementara itu, Zidan masih terlelap di kamar.
"Sayang, Mas berangkat kerja dulu, ya. Hati-hati di rumah bersama bayi kita. Kalau ada apa-apa telepon, ya!" pesan Jordan sembari mengecup kening Kirei setelah selesai menyantap sarapan.
"Iya, Mas tenang aja. Aku bukan anak kecil, kok," jawab Kirei dengan melempar senyuman pada suaminya.
Jordan berjalan keluar dengan Kirei yang mengekor di belakangnya.
Jordan masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin mobil, kemudian melajukan mobil itu dengan sebelumnya melambaikan tangan kepada Kirei.
Kirei membalas lambayan tanhan Jordan dan menyunggingkan seulas senyuman.
"Oke, karena Kakang Prabu udah berangkat, sekarang waktunya aku beres-beres rumah. Ayo, Kirei, kamu pasti bisa!" seru Kirei, menyemangati dirinya sendiri.
******
Kirei membersihkan setiap sudut ruangan dengan semangat empat lima.
Kirei harus berlomba dengan waktu. Namanya ibu rumah tangga pasti seperti itu. Apalagi telah memiliki bayi. Jangan sampai anak keburu bangun sedangkan pekerjaan belum selesai.
"Oeee ... oeee ... oeee."
Baru juga dibahas, bayi Kirei sudah terbangun. Kirei bergegas menghampiri bayi mungilnya dan langsung memberinya ASI, kemudian memandikan bayi itu.
"Anak ganteng sudah bangun? Yuk mimi cucu dulu. Habis minum cucu kita mandi, ya."
Seminggu menjadi seorang ibu ternyata cukup melelahkan bagi Kirei.
Kurang tidur, kurang istirahat karena harus terjaga di malam hari. Bayi Zidan selalu mengajak begadang.
Siang tertidur pulas, malam terjaga. Itulah bayi.
Sedangkan ibu rumah tangga jarang bisa tidur di siang hari karena pekerjaan rumah yang menumpuk.
Beruntung seminggu kemarin Kirei tinggal di rumah ibunya sehingga semua pekerjaan di-handle oleh ibunya. Namun, sekarang setelah pulang kembali ke kontrakan, semua ia kerjakan seorang diri.
Zidan telah terlelap kembali dan ditidurkan di atas kasur.
Kirei harus menyelesaikan kembali pekerjaan yang sempat tertunda, tadi.
*******
Selesai membereskan semua pekerjaan rumah, Kirei merasa kegerahan. Peluh bercucuran di mana-mana dan mengakibatkan bsu yang tidak sedap sehingga mau tidak mau ia harus mandi. Padahal, ia sudah mandi tadi pagi.
Usai mandi dan mengenakan pakaian baru, Kirei bersantai di depan televisi sambil menonton tayangan drama Korea favofitnya.
KRIIING ... KRIIING.
Terdengar suara dering ponsel dari dalam kamar. Kirei mengerutkan kening. Itu bukan ponsel miliknya.
Kirei bergegas menuju asal suara tersebut dan mengambil benda pipih itu.
"Oalah, Mas Jordan ternyata lupa membawa handphone-nya," ucap Kirei.
Terpaksa Kirei mengangkat panggilan telepon itu karena takutnya itu panggilan yang sangat penting.
"Halo, Mas Jordan sayang kenapa teleponku ga diangkat-angkat, sih, dari semalam?"
Terdengar suara seorang wanita dari ujung telepon sana. Darah Kirei terasa mendidih mendengar wanita itu menyebut Jordan dengan sebutan "Sayang". Dadanya terasa sesak.
"Siapa ini? Kenapa memanggil suamiku sayang!?" bentak Kirei.
TUUT ... TUUT ... TUUT.
Namun bukannya menjawab pertanyaan Kirei, wanita di ujung telepon sana lebih memilih mematikan sambungan teleponnya.
Kirei berusaha menelepon kembali nomor itu, tetapi nihil. Wanita itu tidak mau mengangkat telepon dari Kirei.
Panik, gusar, gundah, gulana, bercampur jadi satu dalam d**a Kirei.
Tak habis akal. Kirei memeriksa nomor penelepon misterius itu. Kirei tercengang karena nomor itu sama persis dengan nomor semalam yang menelepon.
Sebenarnya nomor siapa ini?
Kirei memeriksa pesan di aplikasi berwarna hijau. Ada pesan dari nomor itu. Nomor yang tidak menampakkan foto di profilnya.
Mas, aku kangen banget ih sama kamu hehehe, pesan dari wanita itu.
Masa? Mas juga kayaknya hehehe juga, balas Jordan.
Mata Kirei terasa panas. Jantungnya seperti dihujam belati ribuan kali. Antara percaya dan tidak.
Air mata sudah tak terbendung, meluncur begitu saja. Benda pipih itu pun terlepas dari genggaman Kirei. Jatuh ke lantai.
Bersambung ....