Bab 2

1487 Kata
Dalam pikiran Gavril setelah Alana sadar pasti ia akan membenci Gavril tapi bayangannya sangat berbeda dengan fakta. Faktanya setelah Alana sadar 15 menit yang lalu ia sama sekali tidak menunjukkan raut kemarahan, seharusnya ia marah bahkan ia harus lapor polisi karena Gavril telah mencelakainya. "Kenapa kamu tetap bersikap biasa saja? Seharusnya kamu marah karena aku penyebab kamu terbaring di sini," sungguh Gavril penasaran dengan apa yang ada di pikiran gadis itu. Alana tersenyum dan menarik napas pelan. "Aku tidak ada hak untuk marah sama kak Gavril, semua yang terjadi dalam hidup aku atas kehendak Allah." Gavril tercengang mendengar jawaban Alana. Apakah dia malaikat? Tidak mungkin manusia biasa sama sekali tidak memiliki rasa marah. "Harusnya kamu membenci aku bahkan melaporkan ke polisi." "Aku ingin hidup tenang kak, aku tidak ingin membenci siapapun meski orang itu membenci aku sekalipun." Seumur hidupnya ia baru menemukan orang seperti Alana, hatinya benar-benar tulus bahkan ia masih bersikap baik meskipun Gavril hampir membunuhnya. Tentu Gavril salah meminta Alana menggugurkan kandungnya karena untuk membunuh semutpun mungkin Alana tidak akan tega apalagi membunuh anaknya. "Kak Gavril boleh aku minta sesuatu?" Gavril menaikkan sebelah alisnya. "Aku ingin mangga muda yang langsung dari pohonnya dan kak Gavril sendiri yang manjat," ujar Alana penuh harap, sungguh ini untuk pertamanya ia menginginkan hal aneh, mungkin bayinya tahu kalau ibunya sedang bersama ayahnya dan ia ingin dimanjakan oleh ayahnya sendiri. Gavril melongo mendengar permintaan Alana, ini konyol benar-benar konyol. Sungguh ia tidak akan mau melakukan hal memalukan seperti itu. Kenapa harus panjat pohon mangga sementara di supermarket banyak mangga segar yang tinggal dipilih. Ia tahu mungkin ini permintaan bayi di kandungan Alana tapi tetap saja ia tidak akan mau melakukannya. "Tidak, aku belikan saja di supermarket!" Alana tidak berkomentar apa-apa ia kecewa Gavril tidak mau memenuhi keinginan bayinya. Gavril melihat raut kecewa Alana jadi tidak tega tapi biarkan saja daripada ia harus melakukan hal konyol seperti itu lebih baik ia melihat kekecewaan Alana, lagipula Alana tidak penting untuk kehidupannya. Ia keluar dari kamar Alana seraya mengirim pesan ke Saski. Gavril : Sas, datang ke rumah sakit sekarang Alana diserempet mobil dan bawakan mangga untuknya. Terserah mau beli dimana saja. Setelah itu Gavril share location rumah sakit tersebut. *** Alana sadar diri tidak mungkin Gavril mau memenuhi permintaan Alana, lebih tepatnya permintaan bayi mereka. Meski bayi itu darah daging Gavril tapi tetap saja ia tidak menginginkannya bahkan membencinya. Alana tidak hidup sendirian di dunia ini, ia memiliki orang tua yang lengkap juga seorang kakak tapi tetap saja ia terasa hampa. Dan saat kecelakaan seperti ini pun Alana masih sendiri tidak ada yang menemani. Alana benar-benar menyedihkan. Apa ia harus berperan antagonis dulu baru orang-orang peduli terhadapnya. Ceklek. Alana menoleh ke arah pintu dan ternyata Saski yang masuk lalu meletakkan plastik berlogo supermarket di atas meja samping ranjang Alana. "Itu mangga muda sesuai pesanan bumil cantik," ujar Saski seraya menarik kursi dan duduk di samping Alana. Alana terkejut dengan kehadiran Saski terlebih lagi ia yang membawa mangganya bukan Gavril. Lagi-lagi Alana hanya bisa sabar dan tampak baik-baik saja. "Na, gue kaget banget waktu kak Gavril bilang lo diserempet mobil, padahal beberapa jam yang lalu kita nongkrong di kafe." Lebih tepatnya kakak kamu yang mendorongku ke jalan raya dan aku ketabrak. "Lo mau makan mangganya sekarang biar gue kupas," Alana menggeleng, entah kenapa ia jadi tidak berselera makan mangga. Mungkin karena bukan Gavril yang memanjat dan membawakannya. Saski menghela napas pasrah tapi tetap tersenyum. "Terus kenapa kak Gavril minta gue bawain mangga buat lo kalau lo nggak mau?" Alana hanya tersenyum meski senyuman yang seperti dipaksakan. Fake smile sudah sering Alana lakukan, mungkin kalau ada award kategori the queen of fake smile Alana akan memenangkannya. "Kak Gavril yang tolongin lo?" Alana mengangguk karena memang Gavril yang membawa Alana ke rumah sakit. "Gimana ceritanya?" tanya Saski penasaran. "Tanya saja sama kak Gavril. Oh iya, aku mau pulang." Saski menatap Alana bagaimana mungkin ia meminta pulang sedangkan luka di kepalanya masih basah meski sudah diperban. "Please, Sas. Aku baik-baik saja kok. Aku mau pulang." Mau tidak mau Saski keluar ruangan memberi tahu dokter kalau Alana ingin pulang. *** Gavril sudah diberi tahu oleh Winata tentang permintaan Airyn agar setelah menikah Gavril tinggal terpisah dengan Alana tetapi ia sama sekali tidak menyetujuinya karena sudah sewajarnya suami-istri tinggal bersama meski menikah hanya bentuk pertanggungjawaban. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Winata yang benar-benar tidak memikirkan kebahagiaan Alana padahal Alana juga anaknya sama seperti Airyn. "Maaf, om. Saya akan bawa Alana tinggal di apartemen saya!" Winata dan Airyn menunjukkan raut keterkejutannya karena penolakan Gavril sementara Lisa tersenyum bahagia karena Gavril menolaknya. "Saya menikah dengan Alana memang hanya sebagai bentuk pertanggungjawaban tapi saya tapi saya tidak ingin menjadi pria yang sangat b******k karena mengabaikan istri dan anak saya!" jelasnya tegas. Gavril mengelus kepala Airyn yang duduk di sampingnya dengan raut wajah kesal. "Saya mencintai Airyn tapi biarkan saya menjadi suami dan ayah yang baik untuk 9 bulan ke depan, setelah waktunya tiba saya akan menceraikannya dan menikahi Airyn." Sebelumnya Gavril memang menentang menikahi Alana dengan alasan ia tidak mencintainya tapi setelah kejadian di rumah sakit tadi membuat ia berubah pikiran, terbesit sedikit rasa kasihan terhadap Alana juga untuk menebus rasa bersalahnya karena hampir membunuh Alana dan bayinya. Ya, hanya sebagai rasa kasihan dan bentuk pertanggungjawaban. "Semuanya tergantung Airyn," ujar Winata. Airyn menghela napas. "Baiklah kalian boleh tinggal bersama tapi dengan syarat kamu tidak boleh mencintai Alana dan kita masih tetap menjadi sepasang kekasih." Gavril mengangguk. Ia memang sangat mencintai Airyn, mereka menjalin hubungan sudah satu tahun dan sudah lama Gavril ingin menikahi Airyn tapi Airyn yang jenius lebih mengutamakan pendidikannya daripada menerima pinangan kekasihnya pada saat itu. Beberapa saat kemudian Alana dan Saski masuk ke dalam rumah membuat 4 orang yang sedang duduk di ruang tamu terkejut. Tapi Alana lebih terkejut dengan kehadiran Gavril. "Alana apa yang terjadi? Kenapa kepalamu diperban, sayang?" tanya Lisa lalu menghampiri Alana yang sedang berdiri di samping Saski. Alana tersenyum. "Alana diserempet mobil karena———" Alana menatap Gavril sekilas 'karena kak Gavril yang mendorongku ke jalan raya' "Karena Alana jalannya tidak hati-hati," alibi Alana. "Makanya Alana kalau jalan itu pakai mata!" Lagi-lagi Alana harus berusaha tetap tersenyum meski ia sedih atas tanggapan ayahnya, bukannya Winata khawatir tapi ini ia berbicara seakan tidak peduli sama sekali dengan kondisi Alana. "Ayah, anaknya kecelakaan bukannya di———" "Sudah, bun. Tidak apa-apa, Alana ke kamar dulu. Ayo, Sas." Saski menarik pergelangan tangan Alana membiarkannya tetap di sini. "Berhenti jadi cewek lemah, Na. Berhenti bersikap seolah baik-baik saja, berhenti fake smile, lo nggak bisa diam terus! Gue benci lihat lo pura-pura bahagia padahal hati lo rapuh, gue benci lihat lo yang diperlakukan nggak adil oleh ayah lo!" Alana tertunduk mendengar ucapan sahabatnya, ia berusaha menepis air mata yang sebentar lagi akan membasahi pipinya. Sementara Winata hanya bersikap biasa saja, ia sama sekali tidak tersinggung oleh ucapan Saski, kemudian ia berkata dengan tenang. "Kamu hanya orang luar tidak tahu apa-apa tentang keluarga saya. Jadi, stop berkomentar apa-apa!" "Tapi———" "Sudah jangan diteruskan, ayo ke kamar!" Saski semakin mencengkram kuat pergelangan tangan Alana. Saski ingin sekali Alana berubah menjadi gadis kuat yang bisa memberontak saat ia diperlakukan tidak adil tapi mungkin Alana lebih suka menjadi gadis lemah yang selalu mengalah. "Sampai kapan, Na? Lo cuma manusia biasa yang butuh kebahagiaan." Alana menggeleng dan ia sudah tidak bisa menahan air matanya. "Benar kata ayah, Sas. Kamu cuma orang luar jadi stop berkomentar apa-apa." Saski akhirnya melonggarkan cengkramannya dan membiarkan Alana berlari ke kamarnya dengan air mata yang tak terbendung. Ia juga tidak ingin menyusul Alana karena jujur ia sedikit kecewa karena Alana lagi-lagi mengalah. "Kak Gavril, ayo pulang!" Saski menarik tangan Gavril secara paksa. Ia tidak sudi kakaknya itu terus berdekatan dengan Airyn. Membayangkan Airyn yang menjadi iparnya sungguh menggelikan. Mereka mengendarai mobil masing-masing menuju rumah. *** "Kak, kapan sih putus sama si Airyn. Muak aku lihat kakak dekat-dekat sama dia!" geram Saski saat mereka sudah sampai di rumah. Gavril menghela napas dan menatap sengit adiknya itu. "Aku nggak perlu pendapatmu, adik kecil." Gavril jadi teringat sesuatu. "Tadi aku yang balas chatmu di ponsel Alana." Saski terkejut tapi setelah itu ia tersenyum bahagia. "Berarti kakak tahu dong kalau Alana cinta sama kakak." Gavril mengangguk. "Jadi, kakak harus menikahi Alana secepatnya." "Memang." "Aku tahu kakak menikah hanya sebatas tanggung jawab tapi aku mohon kakak jangan sakiti dia dan yang paling penting kakak harus belajar mencintai Alana." Gavril bergeming rasanya ia tidak sanggup menyanggupi permintaan Saski. "Alana gadis yang baik tapi ia selalu tersakiti. Aku sahabatan sama dia dari SMP dan dia itu baik banget," Saski menatap penuh harap. "Dari dulu aku selalu ingin melindunginya tapi dia selalu bersikap seakan semua baik-baik saja. Aku minta tolong sama kakak jaga dan lidungi Alana buat dia bahagia." Saski tersenyum menatap Gavril yang sedang dilanda kegalauan. Gavril sekarang sedang berada di titik terberatnya, ia mencintai Airyn tapi ia tidak akan sanggup menolak permintaan Saski. Percayalah sebrengsek apapun Gavril ia sangat menyayangi adiknya, Saski Tivania Natasha. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN