Bevrlyne tak terlalu suka bergaul dengan orang lain, ia lebih nyaman untuk berada dalam dunianya sendiri, bahkan dalam kelas biologinya, ia hanya berbicara seperlunya saja ketika berdiskusi. Saat ini, di dalam kelas biologi, Bevrlyne sedang mempelajari mengenai telur katak. Banyak dari murid perempuan yang tampak jijik dengan titik hitam berlendir di dalam mangkuk.
Setiap murid memiliki masing-masing mangkuk berisi telur, lalu ada beberapa alat lab yang akan digunakan sebagai alat untuk meneliti mengenai materi kali ini. Semua sudah diberi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk materi pelajarannya.
Mr. Howard adalah pengisi kelas hari ini, sebelum memulai praktik, ia memberikan beberapa penjelasan dasar mengenai materi singkat hari ini, pada papan tulis ada gambar yang di sorot oleh infokus. Keadaan kelas begitu kondusif, semua murid yang ada di dalam sana tampak fokus memperhatikan apa-apa saja yang sedang dijelaskan oleh guru mereka.
“Serupa tapi tak sama, inilah yang bisa kita katakan mengenai makhluk amfibi ini. Di sana, apa yang kalian lihat?” Setelah menerangkan dan menjelaskan beberapa hal, akhirnya Mr. Howard buka suara untuk mengajukan pertanyaan pada murid-muridnya.
“Katak!”
“Kodok!” Sebagian murid berseru jika yang ada pada gambar adalah katak, sebagian lagi menyerukan jika pada gambar adalah kodok. Hanya Bevrlyne saja yang tak mengatakan apa-apa, ia tampak melamun. Pikirannya kosong, ia tak memikirkan apa-apa dan merasa jika dirinya tak ada di mana-mana, seluruh indranya tertutup sehingga dirinya tak merasakan berada di dalam lab.
Mr. Howard kemudian memberikan penjelasan mengenai materi ini. Tapi Bevrlyne tampak tak memperhatikan, bahkan layar pada infokus yang memperlihatkan gambar-gambar tentang apa yang dijelaskan sama sekali tak dilirik.
Selama beberapa lama, ruangan itu hanya menghasilkan suara dari seorang pria yang berbicara mengenai beberapa hal dari materi hari ini, tidak ada yang mengobrol, tidak ada yang mengganggu, semua berjalan begitu baik dan normal.
Ketika penjelasan selesai, Mr. Howard mendapati jika Bevrlyne tampak tak memperhatikan dan tak memberikan respons apa-apa, mungkin apabila Bevrlyne adalah murid biasa seperti yang lain, tingkahnya tidak akan terlalu kentara. Sayangnya, ia adalah salah satu murid yang aktif dan begitu konsentrasi dalam pelajaran, bahkan semua guru pasti akan menunggu hasil pekerjaannya yang memang selalu menjadi yang pertama, selalu tak pernah mengecewakan sehingga setiap guru selalu merasa berhasil dalam mengajar.
Ketika murid yang biasa menonjol kini malah diam saja, tentu itu membuat setiap guru mana pun bertanya-tanya dan tak bisa untuk acuh tak acuh saja. Maka dari itu, Mr. Howard yang merupakan salah satu guru yang suka dengan cara belajar gadis itu tak bisa untuk mengabaikannya. Ia segera mendekat pada gadis tersebut lalu memanggil namanya. Teman wanita di sampingnya menepuk pelan bahkan menyenggol bahu Bevrlyne untuk menyadarkannya, tapi itu juga tetap tak menghasilkan respons yang sesuai dengan yang seharusnya. Sepertinya ia benar-benar terlarut dalam pikirannya sehingga segala gangguan di luar benar-benar ia abaikan.
Ketika sudah berada tepat di hadapan Bevrlyne, Mr. Howard masih tidak mendapatkan tanggapan yang dirinya harapkan, maka dari itu ia segera memanggil muridnya itu.
“Miss Drexell.” Mr. Howard memanggilnya, tapi Bevrlyne sama sekali tak menanggapi.
“Miss Drexell!” Kali ini nada suara panggilan lebih kencang, Bevrlyne sontak mengangkat wajahnya pada pria yang menjadi gurunya itu.
“Ya, Mr. Howard?” tanyanya agak terperanjat, Bevrlyne mengangkat wajah menghadapi Mr. Howard.
“Sepertinya kau tak memperhatikan dan menyimak kelasku,” kata Mr. Howard dengan nada suara yang tak puas disertai gelengan kepala yang kecewa. “Ini pertama kalinya kau berbuat seperti ini.”
“Saya memperhatikan.” Bevrlyne buru-buru berkilah, tapi karena reaksinya yang seperti itulah yang makin kalimatnya jadi tak meyakinkan.
“Kukira tidak. Aku tahu kau seperti sedang memikirkan hal lain.”
“Aku tidak,” kilah Bevrlyne yang tampaknya tak mau bahwa dirinya tidak menyimak kelas.
“Mungkin dia sedang membayangkan diri menjadi kodok betina yang dinaiki kodok jantan.” Salah satu wanita di dalam ruangan itu mengejek, namanya adalah Helena Grey, sang penindas Bevrlyne, banyak yang menertawakan ejekan itu.
Sebenarnya, hampir setiap hari Helena selalu mencari masalah dengan Bevrlyne, hanya saja Bevrlyne selalu menghindari berkontak langsung dengannya, bahkan sebisa mungkin ia akan menjauh meski Helena kadang sudah menunggu atau lebih tepatnya menjaga di tempat biasanya Bevrlyne muncul, tal jarang Helena akan menunggu di tempat loker berada untuk mencari masalah pada Bevrlyne.
Namun, entah bagaimana caranya, Bevrlyne selalu berhasil menghindari bertatapan dengan gadis itu, bahkan sudah hampir sepekan Bevrlyne berhasil tidak bertatap muka dengan Helena. Hanya karena mereka berada dalam kelas yang sama adalah pengecualian Bevrlyne tak bisa menghindarinya, bagaimanapun caranya, hal itu mustahil untuk dihindari.
Meski begitu, Bevrlyne sengaja untuk tak berkontak dengan siapa pun termasuk Helena, ia hanya ingin kehidupan sekolahnya aman dan tenteram sesuai dengan keinginannya. Sayang, hal yang terdengar sepele itu rasanya luar biasa susah tatkala ada saja orang yang mengganggu hidupnya. Helena selalu mencari apa saja yang bisa membuatnya menyerang Bevrlyne, bahkan hal kecil sekalipun akan menjadi sumber dari ulahnya.
“Oh, bukan. Bahkan kodok jantan saja tidak akan sudi mendekatimu,” ralatnya membuat yang lain yang mendengarnya lanjut tertawa. Bevrlyne sendiri tampak tak memedulikannya, ia benar-benar tidak ingin menanggapi celotehan Helena.
Mr. Howard mengangkat tangan untuk mereka tutup mulut, seketika saja kelas hening ketika murid-murid yang sengaja memeriahkan ejekan Helena tidak bersuara. Meski Mr. Howard bukan guru yang mengerikan dan keras, tapi ia tetap mendapatkan rasa hormat dari murid-muridnya, hanya segelintir murid yang berani lancang dan tidak mau mendengarkannya.
“Aku tak tahu apa yang menjadi masalah pribadimu, tapi aku ingin kau bersikap dewasa, ketika berada si dalam kelaskuーbahkan kelas siapa pun, tolong fokus dan utamakan apa yang menjadi pembelajaran, urusan pribadi di luar sekolah tidak perlu dilibatkan.”
“Aku ….”
“Ini pertama kalinya, Miss Drexell. Aku tak menyangka bahwa dirimu juga bisa tidak fokus pada pelajaran.”
“Aku fokus. Hanya saja ….”
“Mungkin kau harus datang ke lab seusai pelajaran terakhirmu sore ini untuk menebus kelas yang kau lewatkan, bagaimana menurutmu, Miss Drexell?” Mr. Howard menawarkan dengan nada yang tenang. Ia tidak mendesak dan tidak membuat siapa pun kesal meski nyatanya ini adalah bentuk lain dari suatu ketegasan dalam belajar.
Bevrlyne ingat jika dia sudah berjanji akan menonton pertandingan football Velgard, tak mungkin kegagalan pelajaran biologi merusak segalanya, apa pun yang terjadi ia harus menyaksikan pertandingan saudaranya, apalagi ini adalah pertama kalinya ia menyaksikan pertandingan langsung yang serius. Mengingat akan hal tersebut, Bevrlyne segera menggeleng keras sehingga rambut yang diikat twintail itu berayun.
“Aku benar-benar memperhatikan, sungguh.” Ia menegaskan, berusaha meyakinkan gurunya jika dia tak lalai dalam menyimak pelajaran hari ini. “Aku tidak bisa mendapatkan tugas tambahan.”
“Oh, baiklah. Kalau begitu mari kita dengarkan apa yang sudah dijelaskan.”
Ini jelas penindasan, tak akan ada murid yang bisa menangkap semua penjelasan secara gamblang dan mengulang lagi. Bevrlyne tampak bingung dengan apa yang harus ia katakan, tapi teman di sampingnya berbisik.
“Perbedaan kodok dan katak,” bisiknya sepelan mungkin supaya hanya Bevrlyne yang bisa mendengar suaranya. Sepertinya, teman di sampingnya cukup baik untuk memberitahu yang sebenarnya, tidak menjerumuskan.
“Perbedaan kodok dan katak?” Bevrlyne buka suara dengan hati-hati, takut salah. Tapi Mr. Howard mengangguk pelan.
“Benar, silakan lanjutkan,” katanya.
Bevrlyne kini sadar jika penjelasan yang sudah dirinya lewatkan adalah pembahasan mengenai kodok dan katak. Ia cukup hafal mengenai ini, terlebih sebelumnya ia sudah membaca mengenai adaptasi, lalu membahas mengenai katak dan kodok. Meski itu adalah buku yang pernah ia baca beberapa bulan yang lalu, mungkin hampir satu tahun yang lalu.
“Perbedaan katak dan kodok ... telur, ya telur yang beda bentuk.” Bevrlyne coba menggali memorinya lebih dalam.
“Ya, lalu telur apa yang ada pada mangkuk kaca di hadapanmu?” tanya Mr. Howard seperti memberi kuis.
Bevrlyne menoleh ke arah mangkuk kaca miliknya, itu mengumpul seperti biji berlendir. Tentu hanya dalam sekali lihat, Bevrlyne sudah mengenalinya, ia yang sudah mempelajari sesuatu tidak akan mudah lupa begitu saja.