Tetap Bungkam

1346 Kata
Ruang wakil kepala sekolah adalah tempat yang cukup sempit, hanya ada satu meja kerja penuh berkas dan laptop yang digunakan untuk bekerja. Ada lemari berisi buku dan meja yang berisi banyak berkas. Bevrlyne dan Velgard duduk di atas kursi yang disediakan di sana. Mereka hanya duduk menunduk tanpa daya, ini adalah hukuman bagi mereka. Tampak Caitlin memang wajah yang begitu marah dan merasa sangat kecewa. Ia benar-benar tak menyangka bahwa selama ini kedua anaknya yang selalu bertingkah baik akan sampai berbuat sejauh itu, melakukan hal yang tidak pernah dirinya harapkan. “Kupikir aku tak pernah mengajarkanmu berbuat seperti itu. Apa yang kau lakukan, nak? Kau mau menjadi gengster dan berkeliaran di jalanan? Menindas dan melakukan k*******n pada murid lain sama sekali tak bagus, jauh dari keren.” Caitlin melepaskan kalimat itu dengan kekesalan yang tak disembunyikan lagi. Bukan hanya karena beberapa berita yang masuk atas apa-apa saja yang si kembar lakukan, tapi ia melihat sendiri jika Velgard berbuat hal yang benar-benar tak bisa ditolerir. Velgard menggeleng lemah. Tak punya pembelaan untuk membalas perkataan itu. “Lalu kenapa kau, kalian bersikap seperti ini? Aku kira kalian sudah bersikap baik. Bagaimana bisa kalian merusaknya sendiri?” tanyanya. Untuk yang ini, entah Bevrlyne maupun Velgard tak mengucapkan apa-apa dan tak memberikan isyarat apa-apa sebagai respons. “Aku bertanya pada kalian!” Wanita itu berbicara dengan tegas ketika putra dan putrinya sama sekali tak menggubris perkataannya. Bevrlyne menoleh pada Velgard untuk meminta persetujuan. Tapi Velgard menggeleng. Pada akhirnya mereka bungkam, tak memberikan jawaban apa-apa. Caitlin Drexell hanya menghela napas lemah. Ia memijit keningnya atas semua emosi yang dirinya tahan itu. Bevrlyne yang mengangkat sedikit kepalanya tampak tak kuasa dan tak tega melihat ibunya yang bersikap seperti itu. Ia hendak buka suara, tapi Velgard memegang tangannya untuk menghentikan gadis itu buka mulut. “Aku sangat kecewa dan sedih, aku hancur atas apa yang kalian lakukan. Ketika aku mendengar Velgard diusir dari kelas dan bisa saja kena skors, aku sudah menyiapkan segala hal cara untuk memohon pada kepala sekolah, sebisa mungkin meyakinkan dia untuk memberi keringanan padamu.” Wanita itu duduk bersandar pada kursi kerjanya, kedua tangan berada di atas meja dan kepalanya menunduk. “Aku berusaha memungkiri apa yang kau perbuat dan terus menganggap jika ini salah paham. Siapa murid yang menyukai Sarah Jordan? Hampir semua membencinya. Dengan keyakinan itu, aku berharap besar padamu. Lalu masalah pertama belum selesai, muncul masalah lain. Putriku berbuat ulah di kelas biologi. Tak berhenti di situ, dia merusak properti sekolah dan memukuli beberapa murid. Kau tahu apa yang kupikirkan ketika kau berbuat seperti itu? Tidakkah kau memikirkan diriku sebelum bertindak?” Caitlin berbicara panjang lebar seolah kata-kata yang beberapa lama hendak ia keluarkan kini disemburkan semuanya tanpa adanya jeda dan tanpa ada yang menahan. Ia memandang Bevrlyne dan Velgard yang memiliki ekspresi wajah yang bersalah. Bevrlyne bahkan sudah menangis ketika mendengar kalimat panjang yang dilontarkan oleh ibu mereka. “Mom, aku minta maaf.” Bevrlyne akhirnya buka suara meski dengan isakan. “Kami tak bermaksud melakukan semua itu.” Velgard menyambung. Tentu saja dikarenakan saat ini keduanya tidak sedang terpengaruh oleh kekuatan itu, mereka tampak seperti biasanya sehingga ketika mengatakan itu, mereka memasang ekspresi menyesal dan tak tega melihat ekspresi wajah ibu mereka yang seperti itu. “Lalu, kenapa kalian tak pergi ke kantor kepala sekolah? Dari mana saja kalian?” Caitlin menginterogasi putra dan putrinya lagi. Ia menuntut jawaban karena keduanya langsung hilang entah ke mana setelah kejadian di toilet. Ia sampai harus mencari ke seluruh bagian sekolah sampai harus meminta bantuan juga pada petugas sekolah. “Mom.” Bevrlyne tak bisa melanjutkan perkataannya. Ia tidak tahu apa yang harus dirinya katakan di saat seperti ini. “Aku tak menyangka putra dan putriku akan melakukan hal seperti ini.” Caitlin kembali berbicara dengan nada yang begitu kecewa. Jujur saja, entah Velgard maupun Bevrlyne, keduanya tidak senang dengan apa yang mereka lihat saat ini. Mereka tidak bermaksud membuat ibu mereka seperti itu. “Kami minta maaf.” Velgard berucap pelan. Ia benar-benar mengatakan kalimat itu dengan sungguh-sungguh. “Sepertinya kalian sudah berbuat banyak hari ini.” Caitlin lanjut berbicara seolah tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Velgard. “Apa ada yang mau menjelaskan? Kupikir kalian adalah anak-anak yang baik.” Ia masih menuntut penjelasan dari mereka. Kenapa ia memaksa? Karena sejauh yang dirinya ketahui, kedua anaknya bukan tipe orang yang bisa berbuat k*******n, ia sudah mendidik mereka dari bayi sampai sekarang dengan didikan yang begitu baik dan sudah sempurna sama halnya seperti ibu pada umumnya. Ia tahu seperti apa kepribadian dan kebiasaan Velgard dan Bevrlyne. Maka ketika ia mendapat keluhan dari Sarah Jordan atas perbuatan Velgard, lalu tak lama muncul Thomas Howard yang menceritakan masalah yang diperbuat oleh Bevrlyne, Caitlin benar-benar tak percaya bahwa kedua anaknya melakukan hal semacam itu di hari dan waktu yang sama. Ia ingin mencari mereka untuk meminta penjelasan, belum sampai di situ, ia segera mendapatkan kabar bahwa Bevrlyne kembali berulah di dalam toilet di mana gadis itu bukan hanya saja merusak properti sekolah, tapi juga sampai menghajar beberapa murid. Kenyataan itu benar-benar tidak bisa diterima olehnya. Ia memungkiri semua itu, Caitlin tidak memercayai semuanya karena baginya kedua anak yang ia rawat tidak mungkin berbuat sedemikian rupa. Tapi segala yang ia bantah dan ia hindari kenyataannya segera terbukti ketika secara tak sengaja ia menyaksikan dengan matanya sendiri ketika Velgard dengan kasarnya menjatuhkan salah satu murid senior dengan mudahnya. Betapa sedih dan hancurnya perasaan yang ia rasakan. Meski begitu, ia masih berusaha untuk tak percaya. Dua anak baik yang ia kenal tiba-tiba menjadi nakal, tentu saja harus ada penyebabnya, harus ada alasan dan penjelasan di balik perbuatan mereka yang benar-benar bertolak belakang dari yang biasanya. “Mom, kami ….” Bevrlyne tampak ragu untuk mengutarakan apa yang hendak dirinya sampaikan. Rasanya ibu mereka tidak akan percaya apabila ia mengatakan hal yang sejujurnya. Ia sendiri tidak bisa memberi bukti dengan mengeluarkan kekuatannya, kekuatan itu tidak bisa dirinya panggil begitu saja, itu hanya datang dengan sendirinya tanpa dirinya inginkan. “Ya? Kau mau mengatakan sesuatu?” Ia menoleh ke arah Bevrlyne yang tampak agak ragu tuk berbicara. “Mom, ada sesuatu yang aneh pada diriku, Vel juga sama.” Bevrlyne memutuskan untuk berterus terang, Velgard menoleh padanya karena kaget. Padahal mereka sudaj berjanji untuk tidak memberi tahukan hal ini pada siapa pun. “Bev.” Velgard menoleh pada gadis itu, coba menghentikan apa-apa saja yang hendak dia katakan pada ibu mereka. Gelagat itu malah makin membuat wanita itu makin penasaran dengan apa yang disembunyikan putra dan putrinya. “Oh, dan apa itu? Beri aku alasan yang masuk akal. Karena perbuatan kalian hari ini bukan sesuatu yang bisa kumaafkan.” Ia menekankan agar keduanya buka mulut. Mereka adalah anak didiknya dan sejauh pengetahuannya, sepasang saudara itu tak akan melakukan hal-hal berupa pelanggaran yang terjadi saat ini. Bahkan Caitlin masih tak memercayai jika Velgard telah menghajar seorang muridーyang merupakan seniornya di dalam lingkungan Morgana High Schoolーdi depan banyak murid lainnya. Selama ini tak ada keluhan apa pun mengenai mereka, tak ada yang berkomentar buruk tentang keduanya. Tapi hari ini, semuanya berubah seketika. “Bev, jangan.” Velgard berbisik sambil menggeleng. Ia tentu melarang keras karena mungkin saja ini bisa menjadi kesalahpahaman apabila ibu mereka menangkap penjelasan itu dengan salah. “Kenapa? Kalian melakukan hal yang tak kuketahui? Meminum alkohol dan mengonsumsi obat terlarang?” tanyanya saat melihat jika Velgard berusaha menahan Bevrlyne untuk berbicara. Seperti mereka memiliki suatu rahasia besar atau aib yang tak ingin mereka sembunyikan dari semua orang. “Tidak!” seru keduanya serempak. Mereka menggeleng menyanggah prasangka yang ibu mereka tuduhkan. “Baiklah, kita sudahi ini semua dan mari ke kantor kepala sekolah.” Caitlin beranjak dari duduknya, melangkah berjalan memimpin. Ia sudah habis kesabaran karena kedua anaknya yang tidak mau buka suara untuk menjelaskan segalanya. “Mom.” Velgard bergumam pelan. Caitlin yang berada di ambang pintu segera menghentikan langkah lalu berbalik memandang keduanya yang masih bergeming di tempat mereka. “Ada apa? Kau juga mau membantahku? Seperti membantah guru matematikamu?!” tanyanya pada Velgard dengan nada yang tegas dan bersikap seperti ibu yang bertanggung jawab mendisiplinkan anaknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN