Bab 54

1608 Kata

"Stop, stop, stop!" Luna menepuk pundak Elang karena dia sudah tiba di depan rumah suaminya. "Rumahmu yang mana?" Elang celingukan. Hanya ada 5 rumah di lorong itu dan yang paling besar adalah rumah Ummi Hanifah. Maklum saja, setelah memiliki banyak cucu, mending Ummi Hanifah merenovasi rumahnya hingga memiliki 5 kamar utama. Kamar kecil-kecil sesuai dengan lahan, tak dibuat dua lantai sebab tak sanggup lagi naik turun tangga—sudah tua. "Itu!" Luna menunjuk rumahnya Rafan. Seketika dia melupakan pernah tinggal di rumah sebelah kirinya. Iya, sejak rumah kosong karena orangtuanya tak meninggalkan kunci. Sedih sekali. Elang menatap rumah sepi tanpa penghuni. "Seperti sepi." "Iya. Fanfan udah berangkat pagi tadi. Jadinya kosong." Luna hendak mengambil barang belanjaan tapi malah dicekal ol

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN