Part 4 like love

967 Kata
Aurora duduk di jendela memangku gitar sambil memejamkan mata menghadap kelangit, menikmati semilir angin yang menerpa wajah manisnya. sambil memetik gitar menyandungkan lagi "bunda" Kubuka album biru Penuh debu dan usang Kupandangi semua gambar diri Kecil bersih belum ternoda Pikirku pun melayang Dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang Tentang riwayatku Kata mereka diriku selalu dimanja Kata mereka diriku selalu ditimang Nada-nada yang indah Selalu terurai respons Tangisan nakal dari bibirku Takkan jadi deritanya Tangan halus dan suci Telah mengangkat tubuh ini Jiwa raga dan seluruh hidup Rela dia berikan Kata mereka diriku selalu dimanja Kata mereka diriku selalu ditimang Oh, bunda ada dan tiada Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku Pikirku pun melayang Dahulu penuh kasih Teringat semua cerita orang Tentang riwayatku Kata mereka diriku selalu dimanja Kata mereka diriku selalu ditimang Oh, bunda ada dan tiada Dirimu 'kan selalu ada di dalam hatiku Sepanjang nyanyian yang keluar dari bibirnya dengan suara yang indah ia membayangkan betapa beruntungnya pengalaman si pembuat lagu, betapa manis setiap lirik dalam lagu itu. Aurora nangis tergugu dalam hati ia menjerit betapa beruntungnya kalian, memiliki kesempatan yang tidak semua orang dapatkan ". Setelah mengeluarkan segala keluh kesahnya lewat nyanyian aurora memutuskan untuk tidur kembali karna banyak hal yang menunggunya untuk di kerjakan. *** Tepat pukul 4.30 pagi aurora bangun dari tempat tidurnya. setelah selesai merapikan tempat tidur ia turun kedapur untuk memasak. Memang dirumahnya ada pembantu bahkan satpam tapi sang mama akan murka bila melihat ia hidup tenang dan nyaman. "pagi bi isyah" sapa aurora sambil membantu bi adalah memasak. eh 'pagi juga non "balas bi isyah sambil tersenyum tulus. "hari ini masak apa nih ceritanya bi" tanya aurora semangat menghibur bi isyah yang sering sedih bila melihatnya. "biasa non hari ini kita masak nasi goreng, ayam sambel sama tempe orek" semangat bi isyah. "wah wah nanti aku bawa bekal ya bi, ngiler aq banyanginnya" balas aurora sambil nyengir. selesai dari aktivitas memasak, aurora buru buru menyapu rumah dan ngepel lantai takut nyonya besar marah rumah belom di pel pagi hari. "non, gak usah ntar bibi aja yang kerjain non mandi aja takunya terlambat ke sekolah" pinta paruh baya tersebut. 'gak papa bik, sekalian raga pagi biar sehat dan penyakit gak ngumpul', jawab aurora olah senyum andalannya. "terserah non deh, tapi jangan sampai telat loh 'pasrah bi isyah sambil memperingati. Sambil mengerjakan pekerjaan rumah dengan latar belakang aurora melirik jam takut waktu gk keburu untuk pergi sekolah. 30 menit kemudian selesai dengan tugasnya langsung bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Dengan terburu buru aurora turun dari tangga tanpa memperdulikan orang disekitarnya karna saat ini yang di kepalanya jangan sampai ia terlambat karna ada tugas untuk di kumpulkan. Pukul 7.30 wib aurora tiba di sekolah dengan napas tersengal akibat maraton dadakan yang dibuat dirinya sendiri. Hoho kasihan ara, apa yang kamu lakukan sekarang 'tanya aurora pada dirinya sendiri. "Heh! Kamu ngapain disitu? ' tanya alvaro dengan muka datar mengintimidasi. Dengan gugup aurora menjawab 'eh alvaro, gak ngapa ngapain kok cuma liatin pagar doang' jawab lexy sambil nyengir dia bingung harus bagai mana di depan seorang alvaro yang penuh dengan kharisma. Alvaro terus memperhatikan gerak gerik aurora yang keliatan gelisah tak sengaja manik mata mereka bertemu 5 detik, 'deg, jantung alvaro berdetak cepat tidak seperti biasanya dan ia mulai tidak nyaman dengan itu karena ini yang pertama dan saya menyukainya. Alvaro langsung memutuskan kontak mata dan mencoba untuk terlihat biasa aja setelah melihat reaksi aurora yang salah tingkah mengibaskan rambutnya dan merapikan pakaiannya. "Kamu udah telat 30 menit, dan itu sudah melewati batas waktu telat yang di sekolah" ujar alvaro sambil melirik jam tangan. "Maaf Al, kali ini aja kasih aku masuk ya, soalnya hari ini ada ulangan harian dan tugas yang di kumpulkan" kata aurora dengan wajah memohon. "Tidak bisa !! Karna bagaimana pun tidak ada izin untuk siswa siswi di sekolah ini dan kami bisa pulang sekarang besok kamu harus datang lebih awal yang bisa masuk ke kelas" tegas Alvaro mencoba menyatakan adil karna jujur saja dia tidak tega untuk mengizinkan gadis itu pulang kembali dengan pucat wajah dan luka di beberapa bagian tubuhnya. Alvaro tersentak seakan teringat sesuatu, ia berjalan aurora bahkan sangat dekat hanya sisa beberapa senti meter saja. "Apakah kamu baik-baik saja ara? ' tanya Alvaro bahkan nafasnya yang beraroma mint dan parfumnya mengenai wajah aurora langsung gugup dan menahan nafas akibat jarak mereka yang begitu tipis. " Hei? Kamu okey? ' tanya Al sekali lagi sambil mengelus pipi aurora yang memar. "Eh eh iya aku gak apa apa kok itu udah biasa, santai aja Al" jawab aurora gugup sambil memegang pipinya yang memerah. "oh baiklah, kalau begitu kamu silahkan kembali kerumah kamu dan datang besok dengan tepat waktu" kata Al final. Sambil menunduk aurora mundur dan berbalik dengan perasaan kecewa pada dirinya sendiri. Sampai dirumah pun aurora harus merasa sedikit kecewa lagi, melihat bagaimana perbedaan kasih sayang yang diberikan oleh orang tuanya terhadap dia. Sambil tersenyum aurora datang kepada ibunya dan siap mengambil keputusan untuk salam, "pagi ma, mama mau kemana sama papa sama semuanya, tunggu bentar ara siap dulu ma". Sambil emosi yang mengalir menampar aurora dan menjambak rambutnya, "eh anak sialan, kamu memang ahli ya merusak mood saya yang lagi bahagia" ujar laurent sambil mendorong aura dengan kasar dan tidak sengaja keningnya merusak sudut pintu rumah dan berdarah. Sambil meringis memegang dahinya aurora "maaf ma 'ucapnya yang hanya di sambut tatapan datar oleh laurent beserta adik dan kakaknya serta papanya." Hufffft, ini masih pagi masa, sial banget ada drama disini' kata vanya sang adik ceweknya. Dan mereka satu persatu meninggalkan dia sendiri yang masih terduduk di pintu sambil menunduk tidak ada air mata yang jatuh yang ada hanya senyuman manis yang terpatri di wajahnya, entah apa yang sedang di fikirkan sehingga dia tersenyum di situ. Sang kaka lexa saudara kembarnya yang melihat itu mendengus sambil berkata "uda halu hidupnya, gila".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN