"Mbak hamil?" Aku mengulang pernyataan Mbak Rere. Dia mengangguk dengan bersemangat. Wajahnya terlihat berseri, berbeda dengan saat pagi tadi. "Serius, Mbak?" tanyaku lagi karena masih tidak percaya dengan ucapannya. Mbak Rere hamil? Ini seperti jawaban dari doa-doanya. "Iya!" jerit Mbak Rere. Aku memeluk Mbak Rere dengan perasaan bahagia. Setelah empat tahun, doa Mbak Rere terjawab juga. Mbak Rere memelukku dengan sangat erat. Aku bisa melihat titik air mata bahagia di wajahnya. Perasaanku berdebar, aku juga merasa sangat bahagia. Aku tahu bagaimana rasanya menanti kehamilan, karena saat ini aku juga sedang mengalaminya. Bedanya, aku sama sekali tidak pernah mendengar Mbak Rere mengeluh kenapa dia belum hamil juga. Dia terlihat menjalani pernikahannya dengan Mas Beri tanpa beban. Tida

