KESAL

3302 Kata
Bibi Milly sangat terkejut saat Tuan muda kembali ke istana dalam keadaan mabuk dan membawa seorang wanita dengan pakaian sangat sexy. "Tuan muda, apa yang terjadi? Bukankah Anda sudah berjanji pada nona Grisella, tak akan membawa wanita malam ini?" Tegur bibi Milly. "Tak apa bibi, malam ini aku butuh teman supaya tidak kesepian." Sahut Tuan muda. "Tuan, lebih baik anda kembali ke kamar anda saja, nona ini biar saya yang antar ke kamarnya. Ini sudah hampir tengah malam Tuan." Ucap bibi Milly sedikit panik. Tuan muda sejenak menatap pada wanita yang bergelayut di lengannya. "Baiklah bibi, lagipula kepalaku sangat sakit." Sahut tuan muda dan langsung melesat naik ke atas menuju kamarnya. Wanita itupun terheran melihat pergerakan tuan muda yang melesat sangat cepat ke atas. "Apakah dia terbang? Cepat sekali larinya." Tanya wanita sexy itu. "Anda hanya mabuk nona, Tuan tadi hanya berjalan biasa." Sahut bibi Milly menutupi. "Ah iya, aku pasti sangat mabuk. Tuanmu itu tadi mengajakku bertaruh minum, karena aku kalah jadi aku ikut bersamanya." Ucap wanita itu dalam mabuknya. "Mari nona, saya antar anda ke kamar tamu." Ajak bibi Milly. Bibi Milly menghela napas lega, kini dia harus mengunci kamar Tuan muda, lalu menghubungi Grisella dan Otista. **** "Ck! merepotkan saja!" Rutuk Grisella saat tiba di istana. Grisella segera menuju kamar tuan muda dan menemuinya. Tuan muda telah berubah wujud menjadi singa namun dia hanya duduk diam menatap Grisella. Grisella duduk di lantai dan menatap singa itu. "Kenapa anda membawa wanita lagi?! Untung saja anda tiba di istana sebelum tengah malam! Apa jadinya jika anda berubah saat dalam perjalanan pulang tadi?!" Omel Grisella marah pada singa dihadapannya. Singa itu hanya menggeliat saja seolah malas berinteraksi dengan Grisella. "Apa sebenarnya yang Tuan inginkan?! Apa salahnya mencoba berhubungan dengan Celine?! Dia gadis yang baik!" Omel Grisella lagi. Singa itu justru memejamkan matanya dan terlihat tertidur, Grisella pun hanya bisa menghela napas besar dan berat. Seolah tak ingin membuat Grisella semakin kesal, singa itupun bangun dan berjalan mendekati Grisella lalu sengaja tidur dengan kepala bersandar di atas pangkuan Grisella. "Kami semua sangat menyayangi anda Tuan, kami tak akan mungkin menjebak anda pada wanita yang akan mencelakai anda. Kumohon cobalah sekali ajak Celine kencan." Ucap Grisella mulai lembut membelai Surai kepala singa itu. Singa itu hanya diam tak bergeming, Grisella pun akhirnya memilih untuk tertidur dengan posisi duduk di lantai dan bersandar pada tembok di belakangnya **** Pagi hari. Tuan muda telah kembali pada wujud manusia, dia melihat Grisella yang tertidur di lantai di dekatnya, lalu Tuan muda mengangkat Grisella dan merebahkannya di atas tempat tidurnya. "Terima kasih, kamu selalu sabar dengan diriku. Terima kasih selalu menjadi kakak sekaligus sahabat di setiap hariku." Ucap Tuan muda sambil menatap Grisella, lalu mengecup punggung tangannya. Tuan muda pun segera keluar dari kamarnya dan menuju ke kamar tamu, dimana dengan pasti dia tahu bahwa bibi Milly pasti meletakkan wanita yang semalam disana. Wanita itu telah terbangun dan menatap tersenyum pada Tuan muda. "Maaf semalam aku sangat sakit kepala, apa kamu bisa tidur nyenyak?" Sapa Tuan muda melangkah mendekati tempat tidur itu. Wanita itu menggeliatkan tubuhnya dengan tatapan menggoda. "Aku bisa tidur namun tidak nyenyak, karena tak ada yang menemani." Sahut wanita itu sambil mengulurkan kedua tangannya pada Tuan muda. Tuan muda tersenyum lalu mulai merangkak naik ke atas tempat tidur, tidak, bukan hanya ke atas tempat tidur tapi ke atas tubuh wanita itu. Tuan muda mulai merasuk dan mengecup leher wanita itu, sedikit menjilatnya dan terdengar suara desahan dari mulut wanita itu. "Eeuughh...aku menginginkannya dari semalam." Bisik wanita itu sambil tangannya merasuk ke dalam ruang diantara tubuh mereka, mencari dan menemukan junior Tuan muda, lalu meremasnya lembut. aaaahhhhhhh!! Tuan muda mengerang nikmat dengan permainan tangan wanita itu. "Kamu terbiasa memainkannya? Karena permainan tanganmu sangat nikmat." Bisik Tuan muda dan membuat sang wanita tersenyum bangga. Eugh!! Aaahhh! Desahan demi desahan terus saling bersahutan dan terdengar hingga keluar kamar. Entah sejak kapan keduanya kini telah dalam keadaan polos tanpa sehelai benangpun pada tubuh mereka. Tuan muda terus menikmati tubuh sexy dibawahnya, begitu juga dengan sang wanita, posisi mereka terus berganti-gantian, bergulat di seluruh area tempat tidur dalam berbagai posisi. Tuan muda bersikap sangat memuja tubuh wanita itu, menikmatinya dengan tangan, lidah dan kecupan-kecupan di setiap jengkalnya tanpa ada yang terlewatkan. Bibir, leher, d**a, perut, paha, hingga yang terutama bagian inti bawah tubuh wanita sexy itu, liang yang sangat basah. Sang wanita terus mendapatkan orgasmenya berkali-kali setiap saat Tuan muda menikmati wilayah sensitifnya di bawah sana. Ouh!!! Ehmm...!!! "Aku suka dengan lidahmu juga jarimu disana." Ucap sang wanita dalam desahannya. "Kamu sudah sangat siap untuk diriku." Ucap Tuan muda lalu bersiap memasuki inti wanita itu. Jleb..blessshh... Aaaahhhhhhh!! Ouh!!! "Tak kusangka kamu masih sangat sempit." Ucap Tuan muda yang duduk diatas inti wanita itu. "Milikmu yang sangat luar biasa, aku baru melihat yang sekokoh milikmu. Eeeuughhh!! Rasanya sangat nikmat." Sahut wanita itu. Tuan muda terus memompa wanita itu, merasakan denyutan pijatan inti wanita itu pada miliknya. "TUAN MUDA!!!!" teriak Grisella melalui telepati dari luar kamar itu. Tuan muda seketika membuka matanya terkejut. "Sial! Grisella kamu mengganggu kesenanganku!" Batin Tuan muda merutuk Grisella, namun tetap memompa miliknya dalam inti wanita itu. Lagipula ini adalah komunikasi telepati, wanita itu tak mampu mendengar percakapan keduanya. "Tuan muda! Anda sudah berjanji tak akan ada korban lagi! Hentikan sebelum aku mendobrak pintu ini!" Omel Grisella dalam batinnya. "Grisella, ini pagi hari, tak mungkin aku berubah menjadi singa dan mencabiknya! Sudahlah jangan ganggu aku! Aku butuh memenuhi kebutuhanku!" Sahut tuan muda mulai kesal, tapi tetap masih memompa terus dan bahkan desahan demi desahan masih terus terdengar dari mulut keduanya bersahutan. Sang wanita terus mendapat kenikmatannya berulang kali, tapi Tuan muda sekalipun belum mendapatkan puncak dari semua kegiatan pagi ini. "Kalau begitu cepatlah! Anda sudah ditunggu Celine dibawah sana!" Batin Grisella terus mengganggu aktivitas panas sang Tuan muda. Tuan muda mendadak berhenti memompa wanita itu, lagipula wajah wanita itupun sudah sangat lemas dibuatnya. "Apa?! Untuk apa gadis itu datang kemari sepagi ini?!" Omel Tuan muda dalam batinnya. "Sepagi ini dia datang??? Dia dari semalam sudah disini! dia memaksa ikut karena aku mengatakan pada Otista bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi pada anda, dan ternyata dia sangat mencemaskan anda!" Sahut Grisella dan seketika membuat gairah Tuan muda melorot turun drastis bahkan menghilang. Wanita sexy itu sungguh sangat kelelahan sehingga tidak peduli saat Tuan muda menarik miliknya keluar dari inti wanita itu, dan segera memakai pakaian nya kembali. "Cepat bersihkan dirimu! Kita sudah ditunggu untuk sarapan bersama di bawah!" Ucap Tuan muda pada wanita itu dan segera beranjak menuju ke pintu untuk keluar dari kamar meninggalkan wanita itu. Grisella sudah merengut di depan pintu kamar tamu itu, Tuan muda hanya mengusap puncak kepalanya dan berjalan menuju kamar pribadinya. "Tunggu aku di bawah, kita sarapan bersama." Ucap Tuan muda sebelum menghilang masuk ke dalam kamarnya. Grisella pun sedikit menahan tawanya. "Hihihi ternyata nama gadis itu sangat berpengaruh untuknya." Bisik Grisella bicara sendiri. Grisella, Otista dan Celine juga bibi Milly telah menunggu di ruang makan. Tuan muda terlihat turun dari tangga bersama wanita berpakaian sexy itu. Grisella kembali merasa geram dan kesal melihat wanita itu bergelayut manja di lengan Tuan muda, dan Tuan muda juga bersikap sangat menikmatinya seolah sengaja ingin menunjukkan kemesraan mereka dihadapan semuanya. Celine menatap ke arah Tuan muda, mata mereka saling bertemu. Grisella menghentakkan alat makannya ke atas piring dihadapannya dengan sengaja, membuat Celine dan semuanya menatap pada Grisella. Celine berpikir bahwa Grisella cemburu pada wanita sexy itu. "Sudahlah, tenang saja, kamu masih lebih cantik dari wanita itu." Bisik Celine pada Grisella, dan semua orang mampu mendengar bisikannya kecuali wanita sexy itu. Tuan muda, Otista, bibi Milly bahkan Grisella sendiri merasa terkejut mendengar ucapan Celine barusan. "Apa maksudmu?" Tanya Grisella mengernyitkan keningnya. "Maksudku kamu tak perlu cemburu pada wanita itu, dia memang sexy, tapi dirimu lebih cantik dan manis. Tuan muda pasti sengaja ingin membuatmu cemburu, jangan mudah terpancing olehnya, nanti dia merasa menang." Sahut Celine dan seketika semua tertawa kecuali Tuan muda yang justru kesal dan juga wanita sexy itu yang tidak bisa mendengar apapun. Celine menatap bingung pada semuanya. "Ach! Sudahlah! Kita mulai sarapan saja, aku sudah sangat lapar." Ucap Otista mengakhiri semua kekacauan di pagi ini. Merekapun sarapan bersama. Wanita sexy itu memang nampak elegan dan anggun dalam sikap makan nya, namun Celine lebih bersikap ramah terhadap pelayan yang melayani mereka. Tuan muda menatap pada Celine lama, hingga terdengar suara Otista terbatuk dengan keras dan sengaja. "Uhuk! Uhuk!" Tuan muda langsung memberikan tatapan tajam pada Otista namun hanya membuat Otista tersenyum menang. Selesai sarapan, Tuan muda dan Otista segera berangkat ke kantor, begitu juga dengan Celine dan wanita sexy itu yang ikut bersama mereka. Tuan muda dan bibi Milly masuk ke dalam dapur sejenak untuk ritual mereka di pagi hari. "Bibi, tolong hilangkan ingatan wanita itu pada istana ini juga pada diriku." Ucap Tuan muda. "Maksud anda nona Celine?" Tanya bibi Milly. "Bukan! Wanita yang satu lagi, entah siapa namanya aku tak tahu." Sahut Tuan muda. "Bagaimana dengan nona Celine? Mengapa anda tidak ingin membuatnya lupa akan istana ini dan semuanya?" Tanya bibi Milly. "Itu tanggung jawab Otista, dia yang membuat gadis itu menjadi sekretarisku sekarang! Jadi tak mungkin aku membuatnya hilang ingatan akan istana ini dan semuanya." Sahut Tuan muda beralasan. Bibi Milly hanya tersenyum mengangguk. "Hentikan senyuman mu itu bibi! aku tahu ada makna dibalik senyumanmu itu!" Ucap Tuan muda kesal dan bibi Milly hanya menahan senyumnya saja. Wanita sexy itu sungguh dibuat tertidur oleh bibi Milly sepanjang perjalanan mereka dari istana menuju ke club malam dimana Tuan muda bertemu dengannya. Otista meninggalkan wanita itu pada pemilik club malam dan saat sadar nanti wanita itu sudah dipastikan tak ingat sedikitpun tentang Tuan muda dan istana Freonheart juga semua kejadian dari semalam hingga saat ini. "Apa jadwalku hari ini?" Tanya Tuan muda pada Celine yang duduk di depan di samping Otista yang menyetir. Celine menoleh ke belakang. "Maaf, apa anda bicara denganku? Atau dengan Otista?" Tanya Celine polos. "Tentu saja denganmu! Kamu yang menjadi sekretarisku! Bukan Otista!" Sahut Tuan muda kesal. "Ouw...maaf saya hanya bertanya, karena anda tidak menyebutkan nama saya ataupun Otista." Ucap Celine lalu membuka iPad nya melihat jadwal hari ini. "hm...hari ini anda hanya akan di kantor hingga sore, karena jadwal anda kosong dari segala pertemuan dan rapat apapun. Selamat menikmati hari kosong anda Tuan muda." Ucap Celine lagi menoleh ke belakang. "Baiklah." Sahut Tuan muda. Celine memanyunkan bibirnya dan menatap sewot pada bosnya itu. "Dasar arogan! mengucapkan terima kasih saja tidak mau! Huh!" Gerutu Celine kesal dan kembali menghadap ke depan. "Aku tidak suka pada karyawan yang suka menggerutu! Lakukan saja tugasmu dengan sebaik mungkin! Kamu dibayar dengan uang bukan dengan kata terima kasih!" Sahut Tuan muda dengan sinis. "Iya iya, aku juga bekerja demi uang bukan kata terima kasih! Tapi setidaknya berikanlah penghargaan pada karyawan anda! Sebuah ucapan terima kasih dari atasan bisa memberikan semangat bekerja yang lebih lagi bagi karyawan!" Ucap Celine. "Tak usah mengajariku kalimat bijak! Belum tentu kamu bijak dalam hidupmu!" Sahut Tuan muda tetap dengan sinis, semakin membuat Celine merasa kesal. "Aku sedikit curiga pada bos kita ini, dia seperti bukan manusia saja! Susah sekali diajak bicara baik-baik!" Bisik Celine pada Otista yang sedang menyetir disampingnya. Uhuk! Uhuk! Uhuk! Otista sampai terbatuk mendengar ucapan Celine. "Kalau saya memang bukan manusia kenapa?! Hah?! Kalau saya ini singa, apa yang akan kamu lakukan?!" Tanya Tuan muda terdengar seperti tersinggung. Sejatinya Tuan muda hanya ingin jujur dan ingin mengerti apa yang akan Celine lakukan jika mengetahui bahwa dirinya adalah singa. "Lebih baik berada di dekat singa daripada di dekat anda!" Sahut Celine dengan asal karena sedang merasa sangat kesal. Otista dan Tuan muda hanya saling menatap melalui kaca tengah. "Apa aku ini lebih ganas dari singa?! Begitu menurutmu?!" Tanya Tuan muda. "Yang pasti anda lebih menyebalkan dibandingkan singa!" Sahut Celine. Perdebatan itu akhirnya berakhir karena mereka akhirnya tiba di hotel dan segera naik menuju lantai dimana ruang kerja mereka berada. Hanya ada Tuan muda dan Celine dalam lift itu, karena Otista segera menuju ke back office di belakang meja receptionis. "Ehem! Terima kasih." Ucap Tuan muda. Celine tersentak kaget mendengar ucapan itu dan menoleh ke belakang menatap Tuan muda. "Anda bicara pada saya?" Tanya Celine ragu. "Kamu pikir dalam lift ini ada siapa lagi?!" Ucap Tuan muda sewot. Celine tersenyum lebar. "Terima kasih Tuan muda, karena sudah memberiku semangat di pagi ini." Sahut Celine lalu kembali menghadap ke depan. Tuan muda sedikit tersenyum melihat sikap Celine barusan. **** Seharian ini Tuan muda hanya berada di ruangannya saja, sedangkan Celine berada di meja kerjanya yang ada di depan ruangan kerja Tuan muda. Tuan muda menatap gadis itu melalui layar CCTV dalam ruangannya. Tak disangka menatap Celine yang kini tengah berdiri itu membuat intinya menegang saat menatap ke bagian kaki Celine yang menggunakan rok pendek dengan stocking hitam. Tangannya sangat ingin menelusuri betis itu naik hingga ke paha bagian dalam rok itu. "Ouh sial! Apa yang dimiliki gadis mungil itu? Mengapa aku sangat ingin menyentuh dan menikmatinya?" Ucap Tuan muda merutuk dirinya sendiri. "Tidak! Tubuh mungil itu pasti akan terluka dan cedera jika tertindih oleh tubuhku. Tidak! Dia bukanlah takdirku! Tak mungkin aku bisa bersetubuh dengan gadis semungil itu, tingginya saja hanya setinggi dadaku." Ucap Tuan muda lagi. "Sial! Hanya menatapnya beberapa menit saja sudah membuatku menegang! Aku tak boleh menatapnya!" Ucap Tuan muda memperingatkan dirinya sendiri. Tuan muda kembali pada MacBook nya untuk mengalihkan gairahnya. Namun gadis yang sedang dihindarinya justru secara nyata masuk ke dalam ruangan kerjanya. "Tuan muda, waktunya makan siang. Apakah anda ingin dipesankan sesuatu? atau anda sudah memiliki rencana untuk keluar kantor?" Tanya Celine berdiri agak jauh dari meja Tuan muda. "Apa kamu punya ide untuk makan siang?" Tuan muda justru bertanya balik. "Ehm..saya sudah membaca catatan sekretaris anda sebelumnya, menurut catatan itu anda sangat menyukai makanan Asia. Secara kebetulan ada sebuah resto sushi yang sangat terkenal di ujung jalan ini, bagaimana jika makan siang disana?" Usul Celine. "Hmm...ide bagus. Tolong hubungi Otista untuk menyiapkan mobil, kita bertemu di lobby 10 menit lagi." Ucap Tuan muda. "Tak perlu memakai mobil, kita bisa berjalan kaki, tempatnya sungguh sangat dekat Tuan muda." Sahut Celine. "Berjalan kaki?" Tanya Tuan muda sambil menatap Celine dari atas hingga ke bawah dan naik ke atas lagi. Celine terlihat bingung dengan tatapan Tuan muda, dan ikut memperhatikan dirinya sendiri. "Kamu yakin akan berjalan kaki di udara panas ini dengan pakaian seperti itu?" Tanya Tuan muda. "Tak ada masalah dengan pakaianku, kenapa? Aku terbiasa berjalan kaki." Sahut Celine. "Ouh pantas saja! syukurlah malam itu kamu tidak diperkosa oleh pria liar diluar sana! Kamu sangat tidak tahu cara berpakaian untuk berjalan kaki! Kita naik mobil saja!" Ucap Tuan muda. "Aku tak mengerti maksud anda." Sahut Celine bingung. "Sudahlah jangan membantah! kita naik mobil saja!" Ucap Tuan muda mulai geram pada Celine. Celine hanya bisa mengangguk lalu melangkah keluar dari ruangan itu untuk menghubungi Otista, meski dia sesungguhnya masih bingung dengan maksud bossnya itu, Celine menatap sekali lagi dengan bingung pada bossnya sebelum menutup pintu. "Ck! Berpakaian seperti itu tapi memilih berjalan kaki di tengah hari panas seperti ini!" Keluh Tuan muda saat Celine telah menghilang di balik pintu. **** "Tuan muda, sekarang sudah waktunya pulang. Saya akan pulang, apakah ada yang harus saya kerjakan lagi? apakah anda masih butuh bantuan saya?" Tanya Celine saat sore telah tiba. "Pulanglah bersama Otista, aku masih ada janji dengan seseorang disini." Sahut Tuan muda. "Eh! Tapi hari ini jadwal anda tidak ada pertemuan janji dengan siapapun." Ucap Celine. "Ini janji diluar pekerjaan." Sahut Tuan muda. "Ehm...apakah anda ada janji dengan wanita?" Tanya Celine menyelidik dengan ragu. Tuan muda menatap tajam pada Celine. "Bukan urusanmu! Pulanglah bersama Otista!" Sahut Tuan muda ketus. "Eh maafkan saya, saya hanya tidak ingin anda menyakiti Grisella lagi. Dia sangat menyayangi anda Tuan muda, setidaknya hargailah perasaannya, jangan menyakitinya dengan bertemu wanita lain." Ucap Celine. Tuan muda hampir meledak tawanya saat mendengar ucapan Celine, namun segera ditahannya. "Bagaimana jika sebenarnya aku sedang ingin membuatmu cemburu?" Tanya Tuan muda. "Eh! Saya?! Apa hubungannya dengan saya?! Saya tidak ada perasaan apapun dengan anda, jadi terserah anda ingin bertemu dengan wanita manapun." Sahut Celine. Tuan muda lantas berdiri dari kursinya dan melangkah pelan mendekati Celine sambil terus menatapnya lekat. "Apa yang anda lakukan?" Tanya Celine saat satu tangan Tuan muda mendadak merengkuh pinggangnya dan sedikit mengangkatnya, Tuan muda lalu membungkuk hingga mendekatkan wajah mereka. "Kita lihat apakah kamu memang tidak memiliki perasaan apapun padaku??? Karena semua wanita tak ada yang pernah menolak diriku." Bisik Tuan muda di hadapan wajah Celine. Celine menatap lekat pada Tuan muda, tanpa sadar bibirnya justru menganga dan sangat mengundang hasrat Tuan muda. mmmppphhh... Tuan muda melumat bibir Celine dan menghisapnya lembut. Mata mereka saling menatap, bibir Celine hanya diam karena terkejut. Tuan muda tak lantas melepaskan bibirnya, selama Celine terus diam, itu berarti tak ada penolakan dan bibir tuan muda terus menikmati bibir Celine. Tuan muda memejamkan matanya, menarik perlahan sebelah tangan Celine dan membawanya ke leher Tuan muda. Entah apa yang merasuk diri Celine, entah karena bibir itu begitu nikmat, entah karena apapun itu hingga Celine ikut menggerakkan bibirnya membalas pergerakan bibir Tuan muda. Tuan muda membuka matanya dan melihat Celine telah memejamkan matanya, sedikit senyum ditengah ciuman mereka ada di bibir Tuan muda. Mereka saling melumat dan menghisap dengan lembut, hingga terdengar seseorang sedang membuka pintu ruangan itu dari luar. Ceklek. Seketika keduanya saling menjauh dan membenahi diri mereka. Otista. Dia masuk dan mengganggu aktivitas keduanya. Celine terus menunduk tak berani menatap Otista maupun Tuan muda. Jantungnya berdegup sangat kencang, napasnya menjadi tak teratur seolah butuh banyak oksigen untuk menenangkan pikiran dan jantungnya. Otista menatap curiga dengan kecanggungan keduanya. "Tuan muda, apakah anda akan pulang sekarang?" Tanya Otista. "Iya aku akan pulang, begitu juga dengan Nona Celine. Kita akan mengantarnya pulang." Sahut Tuan muda. Celine langsung menatap bingung pada Tuan muda. "Eh! Ta..Tapi....tadi an..da.. mengatakan ada janji dengan seseorang?" Ucap Celine kebingungan. "Bukan hal yang penting lagi." Sahut Tuan muda sambil berkemas dan siap untuk pulang. Otista dan Celine terlihat bingung namun pada hal yang berbeda. Saat di dalam mobil, ketiganya hanya diam, hingga tiba di depan rumah Celine. Tuan muda terlihat mengernyitkan keningnya. "Kamu tidak tinggal di apartment? Mengapa kamu memilih tinggal di lingkungan ini? Bukankah disini sangat berbahaya untuk gadis sebatang kara seperti dirimu?" Tanya Tuan muda. Celine hanya tersenyum. "Di apartment saya juga tinggal sendirian, jadi dimanapun sama saja bagiku." Sahut Celine. Tuan muda menghela napas berat dan kesal menatap Celine. "Terima kasih Tuan muda, terima kasih Otista sudah mengantarkan saya, kalian berhati-hatilah di perjalanan, sampai jumpa besok." Ucap Celine lagi. "Besok Otista akan menjemputmu untuk ke kantor, jadi bersiaplah lebih awal." Sahut Tuan muda. "Tidak perlu Tuan muda, Otista akan kelelahan jika harus menjemputku lagi. Terima kasih." Ucap Celine dan segera keluar turun dari mobil. "Ck! Dasar keras kepala! Bagaimana bisa sama?! Tinggal di apartment mewah tingkat keamanannya sangat tinggi, dibandingkan dengan rumah susun di tempat kumuh seperti ini! Apanya yang sama?! Dasar!" Omel Tuan muda sangat kesal pada Celine. Otista hanya tersenyum saja mendengarkan ocehan Tuan muda. Saat mobil mulai berjalan perlahan meninggalkan lingkungan rumah Celine, Otista sesaat melihat bayangan hitam berdiri di ujung jalan lingkungan itu. "Ada yang tidak beres." Batin Otista menatap ke bayangan hitam itu. "Apa maksudmu Otista?!" Tanya Tuan muda merasa tersinggung. "Eh! Bukan! Maksud saya bukan Tuan muda! Tapi coba Tuan perhatikan sosok berbaju hitam berkerudung di depan sana, sepertinya ada yang tidak beres, sosok itu seperti bukan manusia biasa." Sahut Otista. Tuan muda segera melihat ke arah yang dimaksudkan oleh Otista. Singa di dalam dirinya seketika ketakutan sangat ketakutan pada sosok berbaju hitam itu. Ketika mobil mereka semakin mendekat, sosok bayangan hitam itu tiba-tiba menghilang bagai asap ke atas langit. "Benar! Ada yang tidak beres disini. Otista, kembali ke rumah Celine sekarang! Kita harus membawa Celine ke istana." Perintah Tuan muda. "Bagaimana jika Celine tidak mau ikut dengan kita? Dia tidak tahu kenyataan yang sebenarnya tentang kita." Tanya Otista.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN