Bab. 51

2021 Kata
"Aruna?" aku yang sedang makan bersama Bu Winda menoleh ketika nama ku di panggil. Aku melihat ke arah ibu yang berusaha untuk duduk. Pun aku langsung saja berdiri dan berjalan ke arah kasur ibu untuk membantu ibu untuk duduk. Setelah aku membenarkan posisi duduk ibu, aku langsung saja menanyakan keperluan ibu. "Ibu mau apa? Biar aku bantu ambilkan?" tawar ku. "Tolong ambilkan minum nak, tenggorokan ibu kering," ucap nya. Aku pun langsung saja membantu mengambilkan segelas air untuk ibu minum. "Ini bu" ucap ku. Aku pun mengambil gelas itu kembali setelah ibu menghabiskan air yang berada di dalam gelas tersebut. "Aduh Emma, kau ini membuat orang-orang pekerja di cafe khawatir aja," ucap Bu Winda setelah menyelesaikan makanan nya itu. "Maaf ya mba, aku udah buat kalian semua repot," ucap ibu ku. Aku yang sedang mengupas kulit buah-buahan dan memotong nya pun hanya diam saja, tanpa berniat ikut campur dalam pembicaraan bu Winda dan ibu ku itu. "Ini Bu," ucap ku sambil menyodorkan satu potongan buah-buahan apel yang telah ku kupas dan ku potong tadi ke hadapan ibu. Ketika aku masih mengupas buah-buahan untuk ibu, aku pun teringat kembali dengan ayah yang tadi masih saja belum mengangkat telpon dari ku. Aku pun berniat untuk menelpon ayah kembali. "Ibu, aku ijin keluar sebentar ya," ucap ku kepada ibu yang masih mengobrol dengan Bu Winda. Ibu dan Bu Winda pun menoleh ke arah ku. "Mau kemana nak?" tanya ibu sambil memegang lengan ku. "Sebentar aja Bu, aku mau telpon ayah," ucap ku memberitahukannya. "Yasudah," aku pun langsung saja beranjak dan melangkah menuju pintu keluar kamar rawat inap ibu ini. Aku berjalan ke kursi yang tersedia di depan kamar rawat inap ibu. Aku pun duduk di sana. Lalu, aku langsung saja menelpon ayah kembali. Aku menunggu ayah menjawab panggilan telpon dari ku. Panggilan pertama tidak di angkat. Lalu, panggilan kedua pun sama tidak di angkat. Aku pun mencoba kembali menelpon ayah lagi. Di panggilan ketiga, tidak ku sangka ayah malah menolak panggilan telpon dari ku. Aku pun tetap berusaha untuk menghubungi ayah lagi. Di panggilan ke empat, akhirnya ayah menerima panggilan telpon dari ku, walaupun tadi sempat sedikit lama untuk ayah menerima panggilan telpon dari ku ini. Lantas, aku pun menempelkan ponsel ku ke sebelah telinga kanan ku. "Halo ayah," sapa ku terlebih dahulu. "Apa sih?! Daritadi kau menelpon itu mau apa?!!" damprat ayah langsung kepada ku. Mendengar suara ayah yang membentak ku itu, dengan spontan aku langsung menjauhkan ponsel ku yang semulanya aku tempelkan di telinga ku. "Ayah, kemana saja? Daritadi aku telpon ayah, tapi tidak diangkat-angkat?" tanya ku kepada nya. "Kau mau apa telpon saya terus hah?! Dan ini di rumah kenapa tak ada orang? Kau kemana? Pulang sekolah bukannya pulang ke rumah malah main-main kemana-mana. Mau jadi perempuan apa kau hah?!!" ucap ayah dengan kalimat pedas nya yang dilontarkan untuk ku. Aku memejamkan kedua mata ku, menahan emosi ku ketika mendengar ucapan ayah yang membuat hati ku sakit mendengar nya. "Ayah bisa dengar dulu aku mau ngomong apa tidak?" ucap ku masih sabar. "Kau ini dimana sekarang hah?! Cepat pulang!!! Saya ini mau makan di rumah, tapi tidak ada satupun makanan. Ibu kau itu kerja cari duit, dan kau bukannya sekolah yang benar malah main-main dengan kawan-kawan kau itu! Cepat pulang Aruna!!!" ucap ayah dengan tuduhan nya yang tidak jelas seperti itu. "Ayah!!!" panggil ku dengan nada sedikit tinggi, aku tak peduli dengan orang-orang yang sedari tadi lewat di hadapan ku melihat ku dengan tatapan yang aneh. Aku sudah sangat kesal dengan ayah. "Bisa tidak ayah dengarkan aku dulu? Ayah selalu saja seperti ini. Selalu saja menuduh ku dengan tanpa alasan," ucap ku. "Ya memang kenyataannya seperti itu kan," ucap ayah tak mau mengalah. Aku menghela napas ku kasar, menahan emosi ku agar tidak kelepasan. "Terserah ayah mau menuduh ku apa. Aku sudah tidak peduli lagi. Yang jelas sekarang aku hanya ingin memberitahu ayah, kalau sekarang ibu di rawat di rumah sakit. Dan aku. Aku pun juga sama berada di rumah sakit untuk menemani ibu di sini," ucap ku. Namun, reaksi ayah pun tidak aku duga. Aku pikir ayah akan langsung menanyakan dimana rumah sakit ibu di rawat, tapi ternyata tidak. Bahkan, ketika aku sudah memberitahukan nya, ayah malah langsung memutuskan sambungan telpon dari ku. "Benar-benar ayah sudah sangat kelewatan! Tidakkah ayah memiliki rasa kasihan nya kepada istri nya yang sedang sakit dan di rawat di rumah sakit sekarang?" gumam ku dengan masih menatap layar ponsel ku. "Aruna?" aku menoleh ketika ada yang memanggil nama ku. Ternyata itu Bu Winda yang keluar dari kamar rawat inap ibu dengan membawa tas ransel kecil yang berada di punggung nya. Aku pun berdiri dan langsung menghampiri Bu Winda. "Bu Winda mau kemana?" tanya ku ketika aku sudah berada di hadapan nya. "Bu Winda mau pulang dulu ya Aruna, mau salin baju dulu di rumah," ucap nya. "Oh yaudah, terima kasih ya Bu Winda udah bersedia membantu ibu ku," ucap ku kepada nya dengan tersenyum tulus. Bu Winda mengusap pelan rambut lurus panjang ku yang terurai. "Iya sama-sama, nanti malam kalau Bu Winda ada waktu, Bu Winda akan jenguk ibu kau lagi ya bersama suami Bu Winda," ucap nya. Aku pun mengangguk. Setelah itu, Bu Winda pun langsung berjalan pergi. Aku pun langsung saja masuk kembali ke dalam kamar rawat inap ibu. Dan di sana ibu sedang menatap ke arah jendela yang melihatkan pemandangan berbagai gedung-gedung tinggi di sana. "Ibu.." panggil ku ketika aku sudah menutup pintu. Aku pun berjalan ke arah ibu. "Gimana? Apa kata ayah?" tanya ibu kepada ku. "Tadi belum di angkat telpon nya ibu, nanti aku pulang dulu aja sekalian ambil baju untuk ibu. Dan nanti akan aku katakan langsung ke ayah," ucap ku berbohong. Aku memilih berbohong kepada ibu, karena aku tidak ingin membuat keadaan ibu drop lagi mendengar suami nya itu yang tidak peduli dengan keadaan diri nya. "Oh yaudah, kalau gitu," ucap ibu. "Kalau gitu, sekarang aku pulang dulu ya Bu. Dan ibu aku tinggal sendirian di sini tidak apa-apa?" tanya ku. "Iya sayang tak apa-apa, yaudah hati-hati di jalan ya," ucap nya. Aku pun mengangguk dan mengambil tangan kanan ibu untuk ku cium pipi tangan nya. Bersaliman. Setelah itu, aku mengambil tas sekolah ku yang telah ku taruh di sofa. Setelah itu, aku pun langsung saja pergi keluar kamar meninggalkan ibu sendirian di kamar rawat inap ini. Pun aku langsung saja memesan ojek online lewat aplikasi yang aku instal di ponsel ku untuk mengantar ku pulang ke rumah. --- Sesampainya aku di rumah. Aku langsung saja membuka pintu rumah, dan pintu rumah itu pun tak terkunci. Mungkin di dalam rumah ada ayah, pikirku. Aku melepas sepatu sekolah ku dan kaos kaki nya dan langsung ku taruh di rak sepatu. Aku langsung saja berjalan ke menuju kamar ku untuk membersihkan tubuh ku serta mengganti baju seragam sekolah ku dengan baju biasa. Setelah aku mengganti baju, aku langsung pergi keluar kamar ku. Dan sampai sekarang aku pun belum melihat ayah. Tanpa buang waktu, aku pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk ayah. Setelah semua nya selesai, aku ke kamar ibu untuk mengambil beberapa baju ganti untuk ibu di rumah sakit. Aku pun membuka pintu kamar ibu, namun tidak ku sangka ternyata ayah sedang enak-enakan tidur di atas kasur tanpa memikirkan keadaan ibu sekarang. Pun aku segera berjalan menghampiri ayah di atas kasur. "Ayah!" panggil ku sambil menggoyangkan bahu ayah, agar ayah cepat bangun dari tidur nya. "Eunghh..... Apa sih?" ucap ayah sambil mengucek-ngucek mata nya. Kemudian, ayah pun membuka kedua mata nya itu dan langsung melihat ke arah ku yang sedang berdiri di samping nya itu. "Ayah kok malah enak-enakan tidur sih? Ayah tidak berpikir ibu yang sedang ada di rumah sakit?" tanya ku heran melihat sikapnya. "Kan sudah ada kau, ngapain juga saya harus merepotkan diri saya untuk merawat orang sakit," jawab nya. "Apa? Apa ayah bilang? Repot? Eh ayah! Selama ibu sehat, ibu tidak repot tuh mengurusi ayah selama ini. Lantas, sekarang. Sekarang ibu sakit, dan ayah tidak mau repot-repot merawat ibu? Ibu itu istri ayah loh, kok bisa-bisanya ayah punya pemikiran seperti itu," ucap ku mencoba menyadarinya. "Udahlah, perut saya ini lagi lapar. Kau tak usah banyak omong. Sekarang kau pulang ini mau ngapain? Dan oh iya, apa kau sudah membuatkan saya makanan? Saya sudah menunggu daritadi sampai-sampai saya ketiduran seperti ini dengan masih menahan lapar," ucap nya sambil bangun dari posisi tiduran nya itu. Aku mendengar ucapan nya itu tidak habis pikir, dia malah lebih mementingkan perutnya yang lapar itu daripada keadaan ibu. Aku pun tak menjawab pertanyaan dari nya, aku langsung saja beranjak dari hadapan nya itu dan langsung membuka lemari baju ibu. Aku mengambil tas yang berada di atas lemari, dan langsung memasukkan beberapa baju ibu ke dalam tas tersebut. "Heh! Kau mau apa itu?" tanya ayah. Dan aku masih tidak menggubris pertanyaan dari nya. "Heh Aruna! Kau ini tidak ada sopan santun ya! Ayah kau dari tadi bertanya, kenapa tidak kau ladeni?!" panggil ayah yang lagi-lagi membentak diri ku. "Lebih baik sekarang ayah makan, aku sudah menyiapkan makanan untuk ayah di meja makan," ucap ku yang membelakangi diri nya. Setelah aku mengatakan seperti itu, terdengar suara derap langkah kaki ayah yang berjalan. "Dasar anak tidak sopan!" ucap ayah ketika melewati diri ku. Sudah biasa ayah mengatai ku seperti itu. Aku sudah kebal dengan omongan-omongan pedas dari ayah. Setelah, aku membereskan baju-baju ibu, aku membawa tas itu keluar dan kembali masuk ke dalam kamar ku. Aku mengambil buku-buku mata pelajaran yang akan di ujikan esok hari. Malam ini aku akan belajar di rumah sakit. Setelah semua selesai. Aku pun keluar dari kamar dengan membawa tas tersebut. Aku berjalan melewati dapur yang disana ada ayah sedang makan dengan lahap di meja makan. "Heh Aruna!" panggil nya yang mungkin tidak sengaja melihat ku lewat. Aku menolehkan kepala ku ke arah ayah. Menatap ayah tanpa ekspresi. "Kau mau kemana heh?" tanya nya sambil menyuapkan nasi ke dalam mulut nya itu. "Ke rumah sakit. Aku mau menjaga ibu di sana," jawab ku. "Oh, yaudah sana! Nanti kalau saya ada waktu, saya akan ke rumah sakit," ucap nya tanpa memandang ku. Aku pun langsung saja melanjutkan langkah ku yang sempat terhenti tadi. Karena, aku sudah memesan ojek online tadi ketika aku berada di kamar, dan di sana ojek online yang ku pesan itu pun sudah sampai. Lantas, aku langsung saja menghampiri ojek online yang ku pesan itu. Ketika aku ingin naik ke atas motor, tiba-tiba saja ada yang memanggil ku. "Eh Aruna!" aku pun menoleh ke belakang. Ternyata bu Ajeng lah yang memanggil ku. Bu Ajeng berjalan cepat menghampiri diri ku. "Iya Bu Ajeng?" tanya ku ketika Bu Ajeng sudah berada di hadapan ku. "Mau kemana kau nak? Kok sampai bawa-bawa tas segala?" tanya nya sambil melirik sebentar ke arah tas yang sudah ku taruh di atas motor ojek tersebut. "Mau ke rumah sakit Bu, aku mau nemenin ibu di sana," jawab ku. Bu Ajeng pun menatap ku heran. "Loh emang ibu kau sakit? Sakit apa?" tanya nya khawatir. "Ibu kena tipes, Bu Ajeng. Tadi ketika bekerja ibu pingsan dan langsung di bawa ke rumah sakit," ujar ku memberitahunya. "Yaampun, yaudah nanti Bu Ajeng nengok ke sana ya," ucap Bu Ajeng. "Oh iya, ayah kau kemana? Kenapa tidak pergi sama ayah kau saja Aruna? Kok sampai pesan-pesan ojek segala," sambung Bu Ajeng menanyakan ayah. "Iya, nanti ayah menyusul Bu. Ada urusan dia soalnya," bohong ku agar nama ayah tidak semakin di cap jelek. Bu Ajeng pun mengangguk. "Yaudah, Aruna pergi dulu ya Bu," pamit ku kepada nya. "Iya, hati-hati ya nak," ucap nya. Aku pun segera naik ke atas motor. Dan motor pun langsung melaju. Aku sempat terpikirkan dengan ucapan ayah tadi, katanya jika ada waktu dia akan menyusul ke rumah sakit? Jika ada waktu? Memangnya seberapa sibuk nya ayah sampai-sampai bilang seperti itu. Ayah mana ada kerjaan. Dia itu ke sehari-hari nya hanya berkumpul-kumpul tidak jelas dengan teman-teman nya itu, berjudi, menghabiskan waktu dengan tidak ada manfaatnya. Kapan ayah itu bisa sadarnya? Tidak lama, ojek yang ku tumpangi ini pun tiba di rumah sakit. Aku langsung saja turun dan segera membayar tarif nya. Setelahnya aku langsung berjalan masuk ke dalam rumah sakit menuju kamar rawat inap ibu. []
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN