Delapan tahun yang lalu. Dua orang pria berjalan tergesa-gesa menyusuri kota di sekitar pelabuhan Larnaka. Mereka memasuki toko demi toko yang menyewakan ataupun menjual perlengkapan selam. Besar maupun kecil, disasar teliti satu persatu. “Besok kita kembali ke Munich,” ujar Jean terengah-engah memasuki bangku penumpang sebuah taksi dan menyuruh sang sopir menginjak gas menuju alamat berikutnya. Ia mengumpat ketika taksi tersebut berhenti cukup lama di lampu merah. Sudah hampir dua minggu keberadaan mereka di Siprus setelah diutus oleh perusahaan tempat keduanya mencari makan di Munich, dalam rangka survey lapangan sebelum mengerjakan pembangunan resort bernilai cukup fantastis di salah satu tepian laut Siprus. Al sampai terpaksa mengirimkan tugas-tugas kuliah magisternya via email agar

