Sosok pria berusia 30 tahun bernama Daffin Gunandra berjalan dan hendak memasuki kamar tamu yang berisi Ahtissa di sana. Kamar tamu yang dua hari ini sudah dijadikan tempat menginap gadis malang itu. Seketika Ahtissa terbelalak saat menyaksikan sosok Daffin Gunandra yang sebenarnya. Ia mencoba memutar otak untuk meyakinkan diri jika mengenal pria itu sebelumnya. Sampai Daffin angkat suara.
“Hai, Ahtissa Jihan Pratama ...” sapa Daffin yang sangat mengagetkan gadis itu karena menyebut nama lengkapnya.
Ahtissa mengerutkan kening dalam sampai bayangan masa lalu itu hadir. Terlintas kejadian dua tahun yang lalu yang terdapat Ahtissa dan Daffin di sana.
Ahtissa yang baru berusia 16 tahun tengah berjalan-jalan di mall bersama dua orang temannya saat tengah libur sekolah. Diajak nongkrong di cafe yang ada di dalam mall. Saat mereka berbincang-bincang sambil mengobrol, ada pria bernama Daffin Gunandra yang berada di sana juga. Terpesona dengan wajah Ahtissa yang mengingatkan pria itu pada kekasihnya yang telah meninggal pada sebuah kecelakaan beberapa waktu yang lalu. Kekasih yang hendak dinikahi oleh Daffin, tetapi akhirnya gagal.
Daffin yang seorang CEO kaya raya, berbicara dengan sang asistennya di kantor saat masih berada di cafe tersebut.
“Cari tahu tentang gadis itu. Nama lengkapnya. Dia siapa dan tempat tinggalnya dimana. Aku penasaran dengan gadis itu. Aku mulai tertarik padanya. Dia mirip Natasha,” pinta Daffin yang diangguki oleh asistennya.
Selama berada di sana, Daffin memandangi wajah Ahtissa terus-menerus. Memang tidak mirip layaknya saudara kembar dengan Natasha, hanya saja sekilas mirip. Mulai dari rahangnya yang sama saat tersenyum, kulit yang putih bersih, dan wajah yang ada campuran dari negara lain.
“Sekarang kau berikan uang ini padanya. Bilang hari ini aku mau mentraktir mereka semua,” ucap Daffin sambil menyodorkan lima lembar uang pecahan 100ribuan.
“Baik, Bos. Tunggu sebentar,” sahut asisten yang bernama Galih itu.
Galih pun mendekati Ahtissa. Membuat gadis itu terkejut saat dihampiri oleh pria asing.
“Mbak, Bos saya Pak Daffin Gunandra sedang berbaik hati mau mentraktir kalian semua makan dan minum di sini. Ini uangnya,” celetuk Galih menaruh uang lima ratus ribu rupiah di meja Ahtissa.
Ahtissa terperangah. “Wah, dalam rangka apa ini, Mas? Saya nggak bisa menerima cuma-cuma seperti ini,” sahut gadis itu sambil melirik ke arah Daffin yang memandanginya sambil tersenyum.
“Lho, diterima saja, Mbak cantik. Bos saya suka berbagi. Itu orangnya,” pinta Galih sambil menoleh ke arah Daffin.
Salah seorang teman Ahtissa ikut bersuara.
“Tissa, kau terima saja! Lumayan kita nggak keluar duit buat bayar ini semua. Kapan lagi coba? Kita bisa pakai uang kita buat nonton bioskop. Iya kan?”
Temannya yang lain mengangguk lalu ikut menimpali. “Iya Tissa, Anggun benar. Terima saja.”
Karena desakan dua sahabat Ahtissa tersebut, akhirnya Ahtissa mau menerima traktiran Daffin. Saat itulah pertemuan pertama mereka berdua. Sejak saat itu Daffin mencari tahu tentang identitas Ahtissa hingga tahu nama ayahnya dan profesinya yang sebagai buronan mafia.
Kini Ahtissa dan Daffin bertemu lagi di Wisma Dahlia setelah dua tahun berlalu. Gadis itu terperanjat ketika bertemu lagi dengan pria yang sudah mentraktir makan dan minum dulu.
“Aku ingat, jadi kau Daffin Gunandra yang waktu itu. Bagaimana kau bisa tahu nama lengkapku? Apa yang sudah membawamu ke sini?” cecar Ahtissa seraya mengernyit.
Daffin maju selangkah ke posisi Ahtissa, hendak membelai pipi halus gadis yang sudah membuatnya terpikat itu. Gadis itu mulai ketakutan lalu mundur lagi sampai hampir menyentuh dinding.
“Jangan sentuh aku!” tolak Ahtissa dengan napas memburu akibat ketakutan.
Daffin terkekeh. “Sayang, jangan takut padaku. Aku takkan menyakitimu. Aku tahu segala hal tentangmu termasuk keluargamu yang sudah berantakan dan papamu yang seorang buronan mafia.”
Ahtissa terbelalak lalu meneguk ludah.
“Lantas kenapa kau datang ke sini sebagai tamu? Apa keinginanmu???” tanya Ahtissa sembari menatap tajam ke arah Daffin.
“Tentu saja karena ingin memilikimu sebagai wanita simpananku. Kau akan dapat kesejahteraan dariku. Aku akan memberikanmu apartemen, uang , dan mobil. Kau tak perlu susah-susah di sini. Apalagi kau masih perawan. Lebih baik aku yang menawarmu dengan harga tinggi sebelum orang lain yang menikmatinya. Jadilah istri keduaku. Aku mohon,” pinta Daffin lalu meraih tangan Ahtissa.
Daffin memang sudah memiliki istri sah yang telah dijodohkan keluarganya untuk pria itu setelah kematian Natasha. Keluarganya memang tak suka dengan wanita pilihan Daffin yang hendak dinikahi. Ingin pria itu menikah dengan wanita yang berasal dari keluarga konglomerat seperti mereka, sedangkan Natasha kurang sesuai hingga membuat wanita itu mengalami kecelakaan tragis.
Kalimat yang terlontar dari mulut Daffin seketika membuat Ahtissa menangis. Masih tak menyangka ia akan terjepit oleh pria yang mau merenggut kehormatannya sebagai wanita. Ia pun langsung menampar wajah Daffin dengan cukup keras.
PLAKKK!!!
“TISSA, KAU . ..” pekik Daffin seraya meletakkan tangannya di pipinya akibat tamparan keras dari Ahtissa.
“Aku ini disekap di sini. Aku nggak mau jadi PSK. Jadi jangan harap kau bisa menyentuhku malam ini!” tegas gadis itu yang langsung berontak melawan Daffin.
Saat masih bersekolah, Ahtissa memang pernah mengikuti ekstrakurikuler taekwondo di sekolah. Meski masih level pemula, tetapi setidaknya bisa dilakukan untuk melawan Daffin. Berharap ilmu yang didapat bisa dipraktikkan di sini. Tanpa berlama-lam lagi, gadis itu berusaha kabur dari sang tamu. Mulai berlari agar bisa keluar dari tempat terkutuk itu sekarang.
“TISSA!!! KAU MAU KEMANA? KAU MILIKKU!!!” sergah Daffin yang tak terima karena Ahtissa memberontak.
Ahtissa mengambil langkah seribu untuk hendak keluar dari kamar, namun siapnya telah dijaga ketat oleh anak buah Bagong dan Rudi. Ia pun terpaksa hendak melompat dari jendela. Sebelum digagalkan oleh Daffin yang mengejar gadis itu, Tissa melempar kursi ke arah pria itu terjatuh dan kesakitan.
“Tissa, kau sudah berani, ya memukulku! Kau takkan bisa lepas dariku!” tandas Daffin yang kemudian bangkit lagi untuk menggagalkan rencana Ahtissa yang hendak melompat dari jendela kamar. Melompat setelah dipecahkan kacanya karena jendela itu sudah sengaja dikunci agar PSK tidak kabur.
“s**t!!!” umpat Daffin usai tahu Ahtissa yang lincah berhasil kabur melewati jendela.
Ahtissa pun lekas mencari cara untuk keluar dari area Wisma Dahlia yang dijaga ketat. Kali ini aksinya terlihat oleh Mawar yang baru saja selesai melayani tamu. Wanita itu yang selama ini tak suka dengan PSK yang hendak kabur lekas memberitahu Bagong dan Rudi. Saat ia hendak memberitahu kedua mucikari tersebut, ternyata mereka berdua sudah diberitahu oleh Daffin yang tak terima dengan kaburnya Ahtissa.
“Camelia, kau takkan bisa pergi dari sini. Aku akan menyeretmu kembali ke sini!!!” pekik Bagong dengan mata berkilat sempurna.
Bagong dan Rudi pun bergegas mencari-cari Ahtissa di sekitar Wisma Dahlia. Gadis itu berhasil kabur dibantu Bunga melewati pagar belakang yang cukup aman. Wanita baik itu berusaha membantu Ahtissa dengan dalih sakit perut pada sang tamu yang mau menunggu setelah berhasil dirayu-rayu dengan aktivitas make out tadi.
“Bunga, terima kasih banyak kamu sudah membantuku selama ini. Aku berhutang budi padamu. Jika kita bertemu lagi, akan aku balas,” ucap Ahtissa sambil menatap lembut pada Bunga.
“Sama-sama, Camel. Aku hanya mau menyelamatkan wanita yang harus kuselamatkan sebelum menjadi sepertiku. Pergilah sekarang, sebelum Bos Bagong dan Bos Rudi tahu kau lewat sini,” pinta Bunga.
Ahtissa mengangguk setuju. Sebelum meninggalkan tempat itu, ia berkata lagi.
“Bunga, nama aslimu siapa? Aku ingin mengingatmu sebagai orang baik dengan nama aslinya, bukan nama samaran untuk tamu,” tanya Ahtissa.
Bunga tersenyum lega. “Namaku Astari. Biasa dipanggil Tari di rumah. Nama aslimu siapa?”
“Oh iya. Aku Ahtissa. Biasanya dipanggil Tissa. Semoga lain kali kita bertemu lagi ya, Tari. Kuharap kau bisa pergi juga dari sini. Hidup seperti wanita normal pada umumnya.”
Bunga atau Astari manggut-manggut. “Eh, cepatlah pergi dari sini. Mereka mau ke sini!!!”
Ahtissa pun lekas beranjak pergi dari sana, sedangkan Bunga mencoba bersembunyi agar tak ketahuan oleh Bagong maupun Rudi.
“Berengsek, siapa yang sudah ngasih tahu Camelia untuk lewat sini?” pekik Bagong geram.
“Sudahlah, itu nggak penting. Yang penting sekarang kita harus mengejar Camelia. Pasti dia masih berada di sekitar sini,” tukas Rudi.
“Ya sudah, ayo kita cari!” ajak Bagong.
Kedua mucikari itu pun berlari mengejar Ahtissa yang sudah berada di luar wisma. Langkah kaki seorang wanita tak bisa mengimbangi langkah kaki pria yang begitu cepat. Gadis itu berlari dengan napas memburu dan hampir dekat posisi mereka bertiga.
Ketika menambah kecepatan lari, Ahtissa melihat mobil BMW mewah berwarna putih yang seperti pernah ia lihat sebelumnya. Dugaannya benar dan seketika bisa bernapas lebih teratur setelah melihat sosok pria yang pernah ia temui sebelumnya baru saja keluar dari mobil.
Adrian Hadiningrat. Pangeran Berkuda Putihku. Apakah dia datang untuk menyelamatkanku???
Ahtissa bergumam dalam hati. Ia pun lekas menyerbu Adrian untuk bisa membawanya masuk kembali ke dalam mobil yang baru saja dibuka pintunya itu. Akibat ulah gadis itu. Keduanya terjatuh dalam posisi Ahtissa menindih Adrian di dalam mobil. Pria itu terperanjat dengan tingkah laku sang gadis yang spontan membuat mereka berdua dalam posisi intim.
“Maaf-maaf, Mas. Aku terpaksa begini agar dua pria jahat itu tak menemukanku,” celetuk Ahtissa.
Adrian mendesah lirih. “Apa? Dua orang jahat?”
Ahtissa mengangguk. “Iya, tolong bawa aku pergi dari sini. Aku mohon.”
“Ya sudah, tapi posisi kita berdua seperti ini. Aku nggak bisa bawa kamu pergi,” sahut Adrian seraya mengernyit.
“Oh iya, aku tutup saja dulu pintunya agar nggak kelihatan orang-orang itu. Aku masih trauma,” ujar Ahtissa sambil meraih gagang pintu mobil untuk segera ditutup.
Usai pintu mobil ditutup, Ahtissa langsung bangkit dari posisinya dengan Adrian. Dengan raut muka merah padam karena malu, ia meminta maaf pada pria tampan itu.
“Maafkan aku. Maaf. Aku dikejar-kejar oleh dua orang mucikari. Nanti aku akan jelaskan semuanya dalam perjalanan. Mohon lajukan mobil ini terlebih dahulu,” pinta Ahtissa yang masih ketakutan jika tertangkap.
“Baiklah, aku akan jalankan mobil ini. Kau mau aku antar kemana?” tanya Adrian ramah.
Ahtissa berdeham. “Hmm ... kemana saja, Mas.”
Adrian terbelalak setelah mendengar ucapan Ahtissa. Ia jadi menggaruk kening.
“Maksudku terserah, Mas Adrian saja. Yang penting pergi dari tempat ini dulu.”
“Ya sudah. Oke,” sahut Adrian seraya menyalakan mesin mobil lalu membawa Ahtissa untuk segera meninggalkan tempat itu. Saat mobil yang ditumpangi oleh Ahtissa beranjak pergi, Bagong dan Rudi tampak frustasi di luar hingga mencari ke tempat lain untuk menemukan Ahtissa.
Ahtissa lega akibat bertemu Adrian, ia bisa lepas dari Bagong dan Rudi. Sepanjang perjalanan, gadis itu menceritakan semuanya hingga membuat pria itu geleng-geleng kepala. Ahtissa terus bercerita dari awal sampai akhir dengan seksama. Terutama tentang ia yang sebatang kara dan susah mencari kerja. Sampai Adrian membuka jawaban atas segala kegelisahan Ahtissa.
“Begini saja, kebetulan aku sedang mencari seorang baby sitter untuk anakku yang masih berumur dua tahun,” ujar Adrian yang kemudian melanjutkan kalimatnya lagi. “Maukah kau jadi baby sitter untuk putraku, Auriga? Kami hanya tinggal berdua. Aku seorang single parent.”
Ahtissa takjub dengan penawaran yang diberikan oleh Adrian. Ia merasa lega dengan kata ‘single parent' yang artinya pria itu tak memiliki seorang istri.
“Aku mau, Mas atau Tuan ini aku manggilnya?” tanya Ahtissa.
“Terserah kamu. Sepertinya manggil Mas lebih baik agar tidak terlalu kaku. Aku ingin baby sitter anakku lebih dekat dengan kami. Tak terlalu canggung,” ungkap Adrian.
“Baiklah, Mas. Terima kasih banyak sudah memberikan penawaran ini padaku. Aku suka anak kecil dan aku nggak perlu sewa kontrakan lagi.”
“Ya sudah, kalau begitu aku ajak kamu ke rumahku.”
Ahtissa manggut-manggut. Dalam hati ia sangat berterima kasih pada Tuhan dan dua orang penyelamatnya hari ini. Bukan hanya Bunga atau Astari yang menjadi penyelamat, namun sang penyelamat yang bisa menjamin kehidupannya mulai hari ini adalah Adrian Hadiningrat. Berusaha membantu Ahtissa untuk melanjutkan hidupnya yang malang untuk jadi lebih membaik. Gadis itu bersyukur tentang ini.