3 – Tunangan Juga, Akhirnya

1518 Kata
Rombongan keluarga besar Daniel dibawa menuju ruang tamu yang sudah lenggang dari sofa dan meja. Mereka disambut langsung oleh Farhan, Kamala, Kamil, Airlangga, juga Pradana, dan Paramitha, selaku orang tua dari Airlangga. Mereka turut membantu acara lamaran Kamala hari ini. Karena sudah lama hidup bertetangga, membuat mereka tidak ada bedanya dari keluarga. Setelah dipersilakan duduk, Kamil sebagai MC langsung unjuk diri untuk memulai acara. Dibalut baju batik lengan panjang senada dengan keluarganya, Kamil terlihat gagah dan tenang. Raut wajah Kamil tidak menunjukkan keantusiasan, namun ia berusaha profesional demi berjalannya acara dengan lancar. Kamil mengucap salam, yang langsung mendapat sahutan serentak dari orang-orang. Ia juga menyampaikan rasa hormat dan terima kasih pada papanya sendiri, kedua orang tua Daniel, kedua orang tua Airlangga, lalu keluarga besar Daniel. Setelah itu, ia menyebutkan susunan acara lamaran secara singkat dan jelas. Kemudian, tanpa basa-basi lagi menanyakan maksud kedatangan keluarga Daniel ke rumah keluarganya. Salah seorang dari keluarga Daniel langsung berdiri. Kamala mengenalinya, karena sering bertemu saat main ke rumah Daniel. “Perkenalkan, saya Abyan Hutama anak sulung dari keluarga Hutama. Pada sore hari ini, kami hadir di tengah-tengah keluarga Bapak, tidak lain dalam rangka untuk bersilaturrahmi agar saling mengenal dekat antara satu dengan lainnya.” “Berhubung adik kami Daniel sudah lama mengenal dan menjalin hubungan dekat dengan Kamala, maka pada kesempatan ini, saya selaku perwakilan dari keluarga Hutama menyampaikan niat tulus ingin melamar anak Bapak. Sebagai wujud ikatan, adik kami Daniel memberikan seserahan berupa seperangkat alat salat, satu set perhiasan dan beberapa barang lagi.” “Mohon untuk tidak melihat nilai dari seserahan yang diberikan. Ini bentuk niat tulus dari kami untuk melamar anak Bapak. Semoga apa yang menjadi niat tulus dari keluarga kami mendapat ridho Allah SWT.” Semua langsung mengaminkan, termasuk Kamala sendiri. Dari tadi ia hanya menundukkan kepala, mendengar dan meresapi dengan hikmat, apa yang disampaikan orang-orang. Jujur saja jantungnya berdetak kencang, karena bahagia campur haru melingkupi. Momen ini seperti mimpi indah, tapi berwujud nyata. “Mudah-mudahan Bapak sekeluarga meridhoi niat adik kami dengan menerima lamaran ini. Kiranya hanya ini yang dapat kami sampaikan kepada Bapak sekeluarga. Tidak lupa pula kami sekeluarga besar mohon maaf apabila dalam menyampaikan maksud dan tujuan, ada tutur kata serta tindakan yang kurang berkenan.” Kamil mengambil alih setelah salam penutup diucapkan Abyan. Kali ini ia mempersilakan papanya, untuk menyampaikan langsung jawaban atas lamaran Daniel untuk Kamala. Farhan memulai dengan salam pembuka. Setelah mendapat sahutan, Farhan kembali melanjutkan, “Kami ucapkan selamat datang di kediaman kami. Semoga Allah SWT meridhoi silaturrahmi kita pada sore hari ini.” Kata amin kembali diserukan dari berbagai pihak. “Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sebagai papa dari Kamala sendiri beserta keluarga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang teramat sangat atas kehadiran bapak dan ibu sekalian di kediaman kami. Juga, bersama-sama telah kita dengarkan maksud dan tujuan dari kedatangan rombongan keluarga Bapak Irzaldi Hutama dengan sangat jelas dan terbuka.” “Pertama, kami mengucapkan terima kasih atas berkenannya keluarga besar Bapak untuk bersilaturrahmi ke kediaman kami. Kedua, berkaitan dengan maksud dan tujuan untuk melamar anak saya Kamala. Benar bahwa Kamala sudah lama mengenal dan menjalin hubungan dekat dengan Daniel. Tapi, untuk lebih jelasnya, mari kita sama-sama mendengar jawaban yang diberikan langsung oleh Kamala.” Kamala mendongak dengan raut kaget. Atas tindakan tiba-tibanya itu, beberapa orang tidak segan tertawa. Bahkan Airlangga menggeleng-gelengkan kepala, merasa geli karena gerakan refleks Kamala. “Mala?” tunjuknya pelan ke diri sendiri, dengan senyum malu-malu. “Harusnya Papa enggak perlu nanya, jawabannya ‘kan udah jelas. Mmm ... Mala mau nikah sama Kak Daniel.” “Astaga!” Kamil menepuk kepala, tidak habis pikir dengan omongan Kamala. “Tadi jalan-jalan ke mana, La? Ini lamaran, bukan nikahan. Kenapa jawabannya seolah kalian sudah akad?” Pipi Kamala sontak merona. Ia menatap balik orang-orang yang menatapnya. Merasa salah tingkah sendiri karena salah pilih kata. Dalam hati, Kamala merutuki kebodoohannya. Tadi itu terlalu meresapi, sampai tidak sadar menghayal terlalu jauh. “Ehm, maksudnya iya. Kamala menerima lamaran Kak Daniel.” Ucapan hamdalah terdengar, seiring dengan derai tawa kembali menggema. Ketegangan yang tadi menguasai, seketika mencair hanya karena jawaban absurd dari Kamala. Mereka kini merasa, calon mempelai perempuan tidak hanya cantik saja, tapi lucu juga dengan sifat polos dan agresifnya.  “Alhamdulillah. Baru saja kita dengar sama-sama jawaban dari anak saya Kamala dalam menerima pinangan dari Daniel Hutama. Maka sebagai orang tua, saya hanya bisa meridhoi dan mendoakan apa yang menjadi niat baik dari anak saya dan niat tulus dari Daniel. Dengan demikian, saya selaku orang tua dan keluarga besar menerima sepenuhnya lamaran dari Daniel Hutama.” “Saya hanya berpesan, jagalah tata krama, akhlak islami dalam pergaulan kalian berdua selama bertunangan hingga bersanding di pelaminan. Karena kalian berdua belum muhrim.” “Untuk pembahasan lebih lanjut tentang waktu pernikahan Kamala dan Daniel, kami sekeluarga akan memusyawarahkan terlebih dahulu dan akan kami informasikan kepada keluarga Bapak Irzaldi.” “Demikianlah sambutan dari saya. Mohon maaf kalau ada tutur kata yang kurang berkenan, baik yang sengaja maupun tidak disengaja. Semoga Allah SWT meridhoi pertemuan kita hari ini dan semoga silaturrahmi yang sudah terjalin, dapat selalu terjalin dengan baik dan erat.” Setelah Farhan mengakhiri dengan salam, pemberian seserahan langsung dilakukan. Kamala berdiri di depan dengan wajah berseri-seri, menyambut seserahan yang diberikan keluarga Daniel. Tidak tertinggal, momen diabadikan lewat foto. Ia memberi senyum terbaiknya ke arah kamera. “Selamat ya,” ucap Tante Latifa, ibu dari Daniel. “El udah bilang beberapa bulan lalu niatnya ini, tapi kami sama sekali nggak tau kalau dia siapin lamaran heboh buat kamu. Maafin anak Tante kalau agak norak.” “Enggak norak sama sekaliiii. Mala suka bangeeeeeet, Tante.” “Syukurlah kalau begitu.” Tante Latifa mencubit gemas pipi Kamala. Selesai dengan seserahan, acara dilanjutkan dengan pemasangan cincin. Daniel lantas maju dengan grogi, dibantu dua sepupunya membawakan benda yang dibutuhkan. Sementara di pihak Kamala, ada Tante Paramitha sebagai perwakilan. Dalam momen ini Kamala mendadak sedih, karena ia teringat almarhumah mama. Tante Latifa memasangkan cincin ke jari manis Kamala, Tante Paramitha juga memasangkan cincin ke jari manis Daniel. Semua yang menyaksikan kompak bertepuk tangan, kecuali Kamil yang masih betah memasang raut lempeng. “Udah, coba terima aja,” bisik Airlangga. Ia coba bantu menabahkan sahabatnya. “Enggak bisa. Gue punya firasat buruk, Lang. Nggak tenang sama sekali gue lepas Mala sama dia.” “Siapa tahu udah tobat sejak pacaran sama Mala.” “Manusia berubah cepat, itu mustahil! Lo denger sendiri desas-desus, setiap cewek yang pacaran sama dia, udah nggak utuh lagi. Mala itu, kalau nggak gue pantau hubungan mereka, nggak ada jaminan bisa utuh juga.” “Mau gimana lagi, kan? Udah sampai tahap ini. Lagian, anaknya mabuk cinta banget. Lo sebagai abang, doain yang terbaik buat dia. Sama pastiin, kalau Daniel mulai aneh, langsung aja kasih pelajaran. Gue bakal bantuin lo.” Kamil mendengkus. “Gue bakal main kekerasan, enggak ada basa-basi lagi.” “Itu yang gue suka,” kekeh Airlangga. *** Malamnya, setelah teleponan romantis sama Daniel, Kamala cuci muka dan gosok gigi. Tidak lupa ia lakukan rutinitas skincare malam sebelum naik ke tempat tidur. Senyumnya dari tadi tidak luntur. Malah yang ada, makin menjadi-jadi. Bahagia sekali. Pernikahan diadakan tiga bulan lagi. Selama tiga bulan itu, Kamala yakin setiap hari ia jalani dengan berdebar-debar. Mengurus yang berhubungan dengan acara, pasti jadi salah satu hal yang menyenangkan. Ah, pokoknya Kamala antusias! Saat membersihkan tangan dengan tisu, notif ponsel mencuri perhatian. Kamala mengambil benda itu, ia kira dari Daniel, tapi nama Airlangga terpampang nyata di sana. Bang Angga : [Udah tidur? Kalau belum, ke teras rumah, dong. Kita nongkrong.] Kamala memutar mata malas. Chat Airlangga tidak dibalas, ia justru men-charge ponsel di atas nakas. Tapi, bukan menolak, kok. Kamala memenuhi undangan Airlangga. Buktinya ia mengambil jaket kemudian keluar dari kamar. Di teras depan sudah ada Airlangga dan Kamil. Rupanya bukan berduaan, tapi bertigaan. “Ngobrolin apa coba? Udah jam sepuluh juga,” gerutu Kamala. Ia mengambil tempat duduk di samping Kamil. Sementara Airlangga di ujung sebelah kanan. “Ya banyaklah!” “Bang Kamil sensi mulu, deh.” “Kesel dilangkahin kali,” timpal Airlangga asal. Kamil tentu tidak terima. “Ngasal aja kalau ngomong.” Airlangga terkekeh. “Dia galau, La. Masih khawatir sama Daniel. Kamu juga, kenapa cintanya sama anak mama kayak gitu? Playboy kelas kakap, manjanya amit-amitan.” “Kak Daniel baik. Dia ganteng, poin lebihnya berduit!” jelas Kamala sarkas. Bosan ditanya begini terus. Selalu saja dua makhluk ini meragukan calon suaminya. “Kenapa, sih?! Dari awal kenal nggak berubah-berubah. Musuhin kakak terus. Atau Mala curiga, kalian tertarik sama dia. Makanya sewot sama Mala.” Airlangga yang tadi diam santai di kursi, langsung bangkit. Ia berjalan pelan menuju Kamala, buat gadis itu was-was. “Umumnya, La, cowok straight marah dikatain menyimpang. Sekarang coba tebak ekspresi Abang gimana?” “Bi-biasa aja, tuh!” Airlangga tersenyum tipis, tapi penuh siasat. Secepat kilat ia memiting leher Kamala, kemudian menjepit kepala gadis itu di ketiak. “Mil, anak bandel ini bagusnya diapain? Lo serahin dia sepenuhnya ke gue, kan?” “Racunin aja sama bau ketek lo,” sahut Kamil acuh. Kamala berteriak, “Ih, Bang Angga jorooooook!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN