Bertindak

933 Kata
Tanpa ada angin, tanpa ada hujan, Neira tiba- tiba di bawa dua orang berbadan besar. Mulutnya dibekap dan ia langsung jatuh dalam kegelapan. Neira tidak tahu apa yang terjadi sampai akhirnya ia sadar dan berada di tengah keluarga Broson. Neira berusaha mati-matian bangkit dari lantai, tapi punggungnya diinjak seseorang. Neira hanya menganga tak percaya jika ia akan mengalami hal ini. "Siapa kalian, apa maksud semua ini!?" teriak Neira. Namun sebelum ia menyelesaikan ucapannya, rambutnya dijambak dan ditarik hingga kepalanya mendongak. Sebuah tamparan pun melayang di pipinya sampai bibirnya pecah. " Jadi kamu yang berani merayu cucuku?" ucap seseorang dengan dingin. Kepala Neira pusing karena tamparan tadi. Dia pun berusaha menyesuaikan pengelihatannya dan fokus. Barulah ia tahu jika orang yang menculiknya adalah tuan Homes. Pemegang saham terbesar perusahaan SI Internasional Corp. "Dasar tidak tahu diri," cibir Sally. James dan Caty hanya diam. Sedangkan adik- adiknya menyaksikan dengan penuh ketertarikan. Neira bergetar hebat karena ia seperti hewan yang menjadi tontonan. Apalagi Sei juga diam tanpa bergerak. "Apa kamu sungguh mencintai wanita seperti ini Sei?" tanya Homes. "Tidak." "Bearti kamu tidak akan keberatan kalau dia ditendang dari agensi kita?" tanya kakek itu lagi. "Tidak. Lakukan sesuka kalian. " Jawaban dingin dan tanpa perasaan Sei membuat air mata Neira menetes. Walau Neira tahu kalau tidak ada cinta di hati Sei, tapi ia masih miliknya. Bukankah Sei seharusnya melindungi apa yang ia miliki, terutama setelah menunjukkan sikap posesif selama ini. "Sei, apa kamu lupa jika hanya aku yang kamu butuhkan?" "Diam." "Sei, bukankah kamu meminta ku tidak melirik pria lain selain dirimu?" "Hentikan, apa yang kamu pikirkan hanyalah omong kosong belaka. Aku hanya memakai dan membayar mu. Tidak lebih!" desis Sei. Tatapan mengerikan yang Sei tunjukkan benar-benar hati Neira hancur. Cinta dan semua hal yang ia lakukan justru berakhir seperti ini. Lalu apa gunanya ia berjuang tour ke mana - mana demi mendapatkan uang. Buat apa ia membuang uang yang ia miliki untuk menjalankan semua nasehat Johan. Semua sia- sia jika Sei memutuskan segala hubungan dengan kejam di depan semua keluarganya seperti ini. "Kamu tidak mencintai Sally, Sei. Itulah kenyataannya. " Sei melihat Neira yang menyedihkan. Namun ia tidak bereaksi selain memberikan tatapan dingin. Begitu pula dengan Sally yang matanya memerah karena marah. Dia tidak terima pria yang ia cintai memiliki hubungan dengan gadis yang bukan apa - apa. "Sama halnya dengan mu. Aku hanya menganggap mu barang bekas yang mudah untuk dibuang." " Bawa dia pergi," perintah Sei. Kedua orang yang menahan Neira dengan kakinya melihat ke arah Homes. Bagi mereka, Homes adalah tuan utama yang tidak bisa diabaikan. Mereka menunggu isyarat dari Homes sebelum bertindak. Homes mencengkeram tongkatnya. Ia mengangguk sehingga dua orang itu bergerak menyeret Neira. "Sei!" panggil Neira. Sayangnya Sei tidak bergeming. Dia bahkan tidak menatap Neira yang diseret pergi. Neira seolah bukan sesuatu yang di anggap penting. Neira berjuang untuk melepaskan diri dari kedua orang tadi. Namun hal itu terhenti ketika ia sadar kalau sedang di seret ke lar gedung menuju jalanan sehingga dilihat oleh orang-orang. Yang mana hal itu tentu membuat orang yang berada di sana mengeluarkan ponsel dan merekam dirinya yang di lempar ke jalanan. Lihat di sana! Mengejutkan, dia akan penyanyi pedatang baru terbaik. Sally keluar dari arah gedung. Dia menyilangkan tangan di depan perutnya. "Sungguh tidak tahu malu. Kamu mencoba merebut tunanganku hah!" Satu kalimat itu cukup untuk membuat semua orang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Gosip pun menyebar cepat dan dengan mudah membuat kondisi Neira semakin terpuruk. Dia tidak hanya dikucilkan oleh semua artis tapi dia juga ditendang dari dunia hiburan. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengurung diri di kamar dan menangis. "Sei..." Neira merasakan kepedihan di hatinya tidak berkurang meski sudah berhari- hari. Adiknya yang kini lebih baik dan menjalani rawat jalan adalah satu-satunya yang menemaninya. "Kak, " panggil Kristal. Neira menatap adiknya dengan tatapan kosong. Dia mencoba berbicara tapi bibirnya sulit bergerak. Walau dia bertekad untuk tidak menunjukkan kesedihan nya nyatanya Neira gagal mengendalikan ekspresi wajah dan hatinya. Hanya keberuntungan yang membuat ia tidak mengalirkan air mata. "Aku tidak perduli dengan apa yang kakak lakukan. Aku justru minta maaf, sebab aku yakin kakak melakukan itu karena biaya pengobatan ku," ucap Kristal. Kakaknya yang baik tidak mungkin merebut tunangan orang lain tanpa alasan. Dan Kristy yakin kalau alasannya adalah dirinya. "Tidak, kakak yang salah di sini. Kamu sama sekali tidak ada kaitannya dengan perbuatan kakak," jawab Neira. Sungguh ia kesal dengan dirinya sendiri sehingga membuat adiknya menyalahkan dirinya untuk yang Neira lakukan. "Jika kamu melihat Sei, pasti kamu akan paham kenapa aku jatuh cinta padanya. Dia pria yang mampu membuat semua gadis menahan nafas saat ia lewat. Tatapannya yang tajam menembus jantung dan mencurinya dalam diam. Kakak tergila-gila padanya." Mengingat Sei menimbulkan senyum di hatinya. Namun sesaat kemudian ia kehilangan senyumnya saat mengingat ekspresi terakhir kali mereka bertemu. Dingin, kejam tanpa perasaan. Dia tidak lebih dari sekedar objek pemuas hasratnya. "Kakak..." Barulah Kristal tahu jika kakaknya benar benar cinta pada Sei. Kakaknya yang tidak pernah mendambakan kasih sayang siapapun kini rapuh dan hancur karena seseorang dan itu menyakiti hati Kristal. "Sudahlah, apa kamu sudah minum obat?" tanya Neira. Adiknya tidak boleh terpengaruh dengan kesedihan yang ia rasakan. Dia tidak mau kondisinya memburuk karena pikiran. "Sudah kak. Jangan khawatir, aku sudah meminum obat." "Kalau begitu kamu tidur lah," perintah Neira lembut. Kristal menggelengkan kepalanya. "Apa aku bisa tidur bersama kakak?" Neira mengangguk. Sudah sangat lama ia tidak tidur bersama adiknya. Jadi ia membuka selimut agar Kristal masuk. Kristal tentu saja segera masuk ke dalam selimut. Neira ikut dan berbaring. Dia menahan diri agar tidak menangis saat bersama Kristal. "Aku merindukan saat seperti ini." "Ya. Kakak juga."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN