Mendung nyaris bergumul di wajah Anjani sekeluarnya perempuan itu dari toilet. Ia merenggut tasnya dari tangan Kai tanpa berkata sepatah kata. Di sepanjang jalan menuju tempat parkir, Anjani menahan kepalanya tetap tegak. Sesekali ikut tersenyum basa-basi saat Kai menyapa orang-orang yang dikenalnya. Rasanya seperti kerumunan manusia itu menjatuhkan pandang ke dadanya dan mencibir, seolah-olah memiliki p******a mungil adalah aib. "Jani, kamu kenapa?" Kai berbisik kecil, merasa ada yang tidak beres pada pacarnya. "Gak apa-apa." Napas Kai sontak tertahan. Kalimat tidak apa-apa yang terlontar dari mulut perempuan biasanya pertanda mula bencana. Apalagi menilik raut wajah Anjani yang semakin lama semakin masam. Petugas valet menyerahkan kunci ke tangan Kai. Suara pintu yang terempas kasar

